Jingga lelah dengan kehidupan rumah tangganya, apalagi sejak mantan dari suaminya kembali.
Ia memilih untuk tidak berjuang dan berusaha mencari kebahagiaannya sendiri. dan kehadiran seorang Pria sederhana semakin membulatkan tekadnya, jika bahagianya mungkin bukan lagi pada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Hati hati dijalan Jingga...." Koa yang berdiri di salah satu sudut teras masjid tersenyum menatap mobil pajero hitam yang membawa Jingga dan sang suami.
Ia sebenarnya tak ada maksud untuk menguntit Jingga.
Namun secara tidak sengaja ia melihat Jingga didalam mobil saat motornya berhenti di Lampu merah ketika ia baru pulang dari membeli peralatan melukisnya, dan karena rasa penasaran ia mengikuti mobil tersebut. Tapi tidak sampai diperkebunan karena lagi lagi ban motor Koa Bocor dan terpaksa harus diganti dibengkel sehingga Koa kehilangan jejak. Pria itu hanya berputar putar tak tentu arah kemudian berakhir di Masjid, ia tak menyangka bisa melihat Jingga disana yang melipir disudut ruangan dengan air mata yang terus berderai. Jingga tak pernah sadar jika ada seorang pria yang terus menatapnya sendu.
Koa hanya terus menatapnya tanpa berani mendekat dan menjadi pelipur lara meski hanya untuk sekedar mengusap air mata Jingga. Sejak bertemu wanita malang itu Koa selalu menyisipkan nama Jingga dalam setiap doanya berharap suatu saat wanita itu bisa benar benar menemukan kebahagiaannya.
Kadang Koa merasa miris jika mengingat perkataan orang orang mengenai tahta tertinggi mencintai adalah saat Ada kita sanggup mendoakannya meski pada akhirnya ia bersama orang lain.
Koa kembali ke Kamar kosnya yang hanya berukuran enam belas meter persegi, dimana sudah ada kamar mandi dan Dapur mini didalamnya.
Ia merebahkan tubuh jangkungnya diatas kasur berukuran kecil sembari terus menatap lukisan yang menyatu dengan tembok dìhadapannya.Beruntung pemilik kos selalu memberikan kebebasan kepada setiap penghuni untuk mendesain kamar mereka sendiri sehingga Koa bebas melukis wajah tertawa Jingga begitu besar ditemboknya.
Tidak! Koa sama sekali belum pernah melihat tawa Jingga yang begitu lepas, Wanita itu hanya selalu nampak tersenyum tulus atau senyum disertai luka. Dan Koa Berharap suatu saat Jingga akan tertawa persis yang terlihat dalam lukisan yang ia buat.
.
.
.
'Siang ini kerumah sakit untuk melepas alat kontrasepsi ditubuhmu!'
perintah Danish begitu jelas dan bersemangat, sayangnya Jingga mulai kehilangan asa. Bahkan sebelum disuruh pun Jingga sudah melakukannya.
"Selamat Siang Buk Jingga." Sapa salah satu resepsionis saat Jingga tengah berkunjung ke kantor.
Jingga sebenarnya lebih senang berkunjung ke perkebunan, peternakan yang memelihara sapi sapi perah dan Pabrik, ia kerap kali mentraktir para pekerjanya makan siang setiap berkunjung kesana, dan terkadang tanpa sepengetahuan Danish. Bagi Jingga pekerja diketiga tempat itu lebih ramah dan mudah diajak bergaul. Sedangkan orang orang dikantor sangat kaku dan serius seperti Danish.
Meski jarang namun beberapa staf dikantor masih mengenalinya sebagai istri Danish Bratajaya.
"Siang...."balas Jingga dengan senyum ramahnya kepada dua orang resepsionis. Hari ini Jingga nampak sangat dewasa dengan stelan kemeja dipadukan rok pensil. Ia terlihat elegan sambil menjinjing tas Branded hadiah dari Danish. Jingga memang sangat pandai mengatur style berbusananya sesuai dengan tempat yang ia kunjungi. Selain karena penampilan, Latar belakang keluarga Jingga juga membuatnya selalu dihargai dan dihormati oleh semua bawahan suaminya. Meski begitu Jingga tak pernah sombong ia selalu tampil rendah hati.
"Ibuk mau keruangan pak GM ?" Tanya resepsionis itu saat Sudah bersiap melakukan panggilan ke Sekertaris Danish, Sella.
"Ah tidak. Aku akan keruangan Manager pemasaran."
"Oh....iya silahkan bu." Sang resepsionis memberi kode pada security untuk mengantar Jingga kelantai yang dituju.
"Sampai lift saja pak, saya bisa naik sendiri....oh iya ini." Jingga mengeluarkan Uang seratus ribu sebanyak lima lembar dan memberikannya kepada petugas keamanan itu, "Nanti buat makan siang sama mbak mbak resepsionis juga ya" lanjut Jingga tak lupa menepuk pundak pria berbadan tegap itu.
"Terima kasih banyak buk!" Seru Security itu girang sambil tersenyum lebar sebelum akhirnya pintu lift yang membawa Jingga Tertutup.
"Traktiran.... Ibuk....." Sang security berjalan sambil mengibas ngibaskan uang lima ratus ribu didepan wajahnya. Membuat petugas keamanan lainnya dan juga dua resepsionis ikut gembira. Artinya mereka tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli makan siang.
Semenjak tidak lagi mengandalkan pembayaran Secara online, kini di tas Jingga memang lebih banyak uang kes.
"Siang.....semuanya..." Sapa Jingga ramah, membuat semua orang dibalik kubilkel berdiri dan menyambut Jingga.
"Siang buk...."
"Selamat datang buk..."
Namun ada juga yang saling berbisik mengenai Kedatangan Jingga ke Divisi pemasaran.
Sebelum masuk ke ruangan Manager Jingga terlebih dahulu berdiskusi dengan beberapa staf divisi pemasaran.
"Jingga?" Pria paruh baya itu berdiri dan menyambut Jingga yang mencium tangannya dengan takzim.
"Om...Daud Sehat?"
"Alhamdulillah nak..."
Sebenarnya kedatangan Jingga hanya ingin memberi masukan, ia berusaha membujuk Sahabat ayahnya itu untuk mengikuti sedikit sarannya yang ternyata sudah terlebih dahulu diusulkan oleh beberapa staf pemasaran hanya saja karena pemikiran berbeda generasi sehingga Pria yang dipanggil Daud itu sukar menerima saran para stafnya.
"Bukankah ini terlalu kekorea korean?" Daud menatap layar macbook salah satu bawahannya yang dibawa Jingga, itu adalah semua desain kemasan baru bernuansa Korea. Bahkan merk mereka ditulis dengan huruf Hangeul .
Jingga hanya membawa ide agar perusahaannya menjadikan Salah satu gadis muda yang kini berkiprah sebagai salah satu Idol di Korea selatan.
Mungkin Di korea sana grupnya belum terlalu terkenal namun di Indonesia mereka memiliki fanbase yang lumayan besar. Jingga juga menyarankan untuk meletakkan beberapa kemasan spesial bertanda khusus yang bisa ditukarkan dengan Boneka monster spesial yang sekarang sedang viral.
Hal sejenis ini sebenarnya sudah diutarakan beberapa staf pemasaran namun mereka mengusulkan Idol terkenal dimana perusahaan akan menggelontorkan budget yang tidak sedikit maka dari itu sang manager menolak. Ditambah cara menyampaikan mereka yang mungkin terkesan memaksa.
Sedangkan Jingga memiliki latar belakang sebagai mahasiswa Pendidikan luar Biasa membuat penyampaiannya lembut dan tertata sehingga lebih mudah diterima orang yang usianya lebih tua.
"Hah...." Pak Daud menghela nafas kasar, sebenarnya ia juga hampir frustasi dengan penjualan yang terus menurun.Jadi tidak ada salahnya mencoba ide Jingga ini dan kemasan baru yang diusulkan anak buahnya.
"Tapi Om jangan bilang bilang kalau ini Ide aku ya, aku gak mau Abang tahu." Pinta Jingga serius.
"Iya....nak, mungkin sekarang om tidak akan bilang bilang, tapi saat penjualannya berhasil naik Om akan dengan bangga menyebut namamu didepan semua orang."
"Yah....yah...Baiklah..." ujar Jingga Pasrah.
"Oh...iya Om. Aku mau tanya Apa Om kenal pengacara yang bagus?Tapi aku maunya perempuan." Tak ada salahnya meminta saran dengan orang yang lebih sepuh, apalagi ini menyangkut masa depannya.
"Loh kenapa? Bukannya keluarga Bratajaya punya pengacara. Jangan bilang kamu kena kasus." Pak Daud menyodorkan sebuah kartu nama yang ia ambil dari dalam lacinya. Tatapannya penuh selidik.
"Enggak om...bukan aku kok, tapi temen ku." Jingga tak ingin Pak Daud curiga.
.
.
.
semoga ada karya baru yg seindahhh ini... aamiin
semua karya author yg pernah aku baca keren semua... 👍👍👍
(sedih banyak penulis yang keren yang gak lanjut disini)