Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Jawaban Annisa
...Setiap orang punya banyak alasan untuk berani mengungkapkan, Akan tetapi dia hanya memiliki satu alasan, Sampai pada Akhirnya Cukup memutuskan untuk saling mendo'akan ...
...🍁...
Setelah menyampaikan maksut dan tujuannya mengenai kedatanganya, Pak Malik pun menyerahkan segala keputusan pada Abi Ali dan tentunya pada Annisa.
Mendengar penuturan pak Malik, Abi Ali menganggukkan kepala. Meski sebelumnya telah ada pembicaraan mengenai hal ini, namun sejujurnya Abi Ali tidak menyangka akan secepat ini.
Abi Ali tampak menghela nafas dalam, dan kemudian mengarahkan pandanganya pada Zyan, dan setelahnya beralih memandang sang putri, Annisa.
"Mengenai Hal ini, kami selaku orang tua dari Annisa sangat bahagia" Ucap Abi Ali.
"Selain bisa menyambung silaturahmi diantara kita, juga bisa saling mendekatkan hubungan antara keluarga kita Malik" Ucap Abi Ali kemudian.
"Namun sebagai orang tua, saya tidak bisa mengabaikan hal ini, berkaitan dengan jawaban atas pinangan Nak Zyan" ucap Abi Ali
"Sebuah pernikahan itu nantinya akan di jalani oleh anak -anak kita, Tentunya mereka pun berhak untuk memilih dan menerima, Bukan kah begitu Malik ?" Ucap Abi lagi.
Pak Malik pun menganggukkan kepala, menyetujui ucapan sahabatnya.
"Sekarang Abi mau tanya, apa Nak Zyan betul-betul mantap memilih Annisa menjadi calon pendamping nak Zyan?" Tanya Abi Ali dengan menatap lekat Zyan di hadapannya.
Meski tidak pernah melihat bagaimana Wajah Annisa, karena sejak Sekolah menengah pertama, Annisa telah menutupi wajahnya dengan cadar. Namun Zyan yang memang memiliki ketertarikan pada gadis di hadapannya sejak lama pun, dengan yakin menjawab.
"InshaAllah Saya siap lahir batin Abi" Ucap Zyan dengan lantang, tanpa sedikitpun keraguan.
Abi Ali tersenyum puas mendengar jawaban Zyan.
Setelahnya Abi Ali mengarahkan pandangan pada putrinya, yang duduk di sebelah Ummi Fatimah.
"Annisa " Panggil Abi Ali.
Deg.
Berdebar. Mendengar panggilan sang Abi, seketika Annisa pun mendongakkan wajahnya, menatap sang Abi lekat.
"Untuk keputusan besar ini, Abi Menyerahkan semua pada mu" Ucap Abi Ali.
"Apa Annisa Mau menerima Pinangan Nak Zyan, dan bersedia menjadi pendamping nya?" Tanya Abi Ali mantap.
Terasa begitu berdebar jantung Annisa saat itu, mendengar kalimat pertanyaan dari Abi nya.
Merasa tengang, hingga terlihat Annisa yang menghela nafas dalam, kemudian menghembuskan perlahan.
Begitu juga yang lain, harap-harap cemas menunggu jawaban dari Annisa.
"InshaAllah Abi" Jawab Annisa
" InshaAllah Annisa Menerima Mas Zyan Sebagai calon suami Annisa" Ucap Annisa dengan mantap
"Alhamdulillah " Seru Zyan dan kedua orang tuanya bersamaan.
Binar bahagia seketika muncul di wajah Zyan dan kedua orang tuanya.
Bahkan Bu Rina pun mendekat pada Annisa, Lalu memeluk Annisa dengan penuh cinta.
Bu Rina merasa sangat beruntung dengan perjodohan ini, sejujurnya Annisa merupakan gadis yang selalu di harapkan untuk mendampingi putranya.
Mengingat selama ini Zyan selalu menjalin hubungan dengan gadis-gadis yang tidak jelas asal-usulnya.
Bahkan beberapa kali Bu Rina menolak keras setiap wanita yang di bawa oleh putranya Zyan, Beberapa wanita terlihat hanya menyukai Zyan karena alasan harta dan wajah tampan dari sang putra.
"Terima kasih sayang" Ucap Bu Rina dengan tulus.
Anissa pun menganggukkan kepala, dengan senyum manis di balik cadar yang dia kenakan.
Semua orang merasa lega, akhirnya semua pertanyaan telah mendapatkan jawabannya, dan merasa puas dengan jawaban yang di terima.
"Alhamdulillah jika kalian sudah saling menerima" Ucap Abi Ali.
"Abi sangat bahagia, dan Berharap semua akan berjalan lancar, dan kalian menjadi sepasang suami istri yang di ridho i oleh Allah SWT " Ucapnya lagi.
Tidak menunggu lama, Pak Malik segera membuka topik pembicaraan baru.
"Lalu mengenai tanggal pernikahan bagaimana Ali ?" Tanya pak Malik lagi tanpa basa-basi
Abi Ali hanya tersenyum, Mendengar pertanyaan sahabatnya. Tapi tidak heran, Bukan Malik namanya jika tidak seperti itu, Abi Ali sangat mengenal bagaimana teman kecilnya itu.
"Sejujurnya Lebih cepat lebih baik, tapi kembali lagi pada kedua calon, bagaimana" Ucap Abi Ali menengahi.
"Saya juga berharapnya begitu Abi, Lebih cepat lebih baik" Timpal Zyan dengan menatap lekat Annisa di hadapannya yang sedari tadi hanya menundukkan wajah.
Abi Ali menganggukkan kepala.
"Bagaimana denganmu Annisa ?" tanya Abi Ali.
Annisa pun mendongakkan wajahnya menatap sang Abi
"InshaAllah Annisa menurut pada Abi, apa pun itu, Annisa akan terima" ucap Annisa dengan suara lembut
Suasana terasa begitu menyenangkan, tatkala kesepakatan demi kesepakatan dengan mudah di dapatkan. Tidak ada penolakan atau sanggahan apa pun, semua begitu mudah dan lancar. Begitu kira-kira pikiran Pak Malik.
"Baiklah jika begitu bagaimana jika pernikahan kita adakan Minggu depan" Pinta Pak Malik
Deg.
"Minggu depan" Gumam Annisa dalam hati
"Apa tidak terlalu cepat Malik ?" Tanya Abi Ali yang juga merasa terkejut.
"Untuk persiapan pernikahan kami yang akan mengurus semuanya Ali, kau terima jadi saja" Ucap pak Malik dengan congkak.
Abi Ali hanya tersenyum dan menganggukkan kepala mendengar penuturan pak Malik.
"Bagaimana Annisa ?" Tanya Abi Ali.
Annisa hanya menjawab dengan menganggukkan kepala, karena memang dirinya tidak memiliki jawaban apapun.
"Baiklah jika memang begitu, InshaAllah kami setuju" Ucap Abi Ali
"Alhamdulillah" ucap Zyan dan kedua orang tuanya yang merasa lega.
Meski terkesan begitu cepat, namun tidak masalah bagi Abi Ali, toh juga lebih cepat lebih baik, karena jika sudah saling setuju mau menunggu apa lagi.
"Annisa" Panggil Abi Ali lirih.
"Ya Abi " Jawab Annisa dengan lembut.
"Karena kamu sudah Menerima pinangan Nak Zyan, maka Abi Rasa Kamu bisa membuka Cadarmu Agar Nak Zyan pun Bisa melihatmu secara langsung" Pinta sang Abi
Deg.
Lagi dan lagi Annisa merasa berdebar dalam situasi tersebut.
"Tidak perlu Abi, Jika Annisa tidak nyaman saya rasa tidak perlu" Tolak Zyan dengan sopan.
Abi Ali pun tersenyum melihat Ungkapan calon menantunya, merasa tidak salah memilih Zyan sebagai calon pendamping sang putri.
"Bagaiman Annisa?" Tanya Abi Ali kemudian.
Annisa terlihat menghela nafas panjang dan begitu dalam.
"Baik Abi, Annisa telah menerima pinangan Mas Zyan, Annisa rasa Mas Zyan pun berhak melihat wajah Annisa" ucap Annisa lirih dengan pandangan masih menunduk.
Zyan yang mendengar ucapan Annisa pun tersenyum dengan hingar bahagia di wajah tampannya.
Setelahnya Annisa melepas tali pengait cadar yang dia kenakan.
Membuka perlahan cadar yang dia kenakan, dan akhirnya Sedikit demi sedikit tanggal lah cadar yang Annisa kenakan.
Menampakkan sosok gadis cantik, berparas manis, kulit putih, hidung mancung, bibir tipis nan ranum dengan senyuman manis yang menampakkan lesung pipi di wajah nya.
"MashaAllah" Gumam Zyan lirih menatap sosok di hadapannya yang terasa begitu indah bak Bidadari dalam perwujudan nyata begitu kira-kira pikiran yang ada dalam diri Zyan.
Setelah memperlihatkan wajah nya, Annisa kembali menutupi wajahnya dengan cadar nya lagi.
Senyum manis tidak pernah tanggal dari wajah tampan Zyan sejak setelah melihat paras ayu dari Annisa.
Kebahagiaan yang dia rasakan berkali lipat bertambah setelah menyadari sosok di hadapnya yang begitu cantik dan mempesona.
Tidak sabar rasanya Zyan menantikan hari bahagia antara dirinya dengan Annisa.
Setelah semua urusan dan pembicaraan antar keluarga selesai, pak Malik pun berpamitan pada Abi Ali.
Selain karena hari sudah semakin larut, esok hari juga Keduanya harus sama-sama kembali bekerja di kantor masing-masing.
***
apa lagi lihat di balik cadarnya anissa.
wahhh takutnya emran kena serangan cinta jantungnya