NovelToon NovelToon
CEO Tampan Itu, Suamiku

CEO Tampan Itu, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Animous

"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"

"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.

"Apa yang saya tidak tau?"

"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.

"Besok besok gak usah temui Leya!"

"Kalau saya mau ketemu?"

"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"

"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masalah

Leya kembali masuk sekolah, beberapa hari ini dia memang sedikit lemas. Damian yang tidak mengunjungi nya, dan Nia yang tidak mengabari nya lagi. Leya mengerti, mereka semua sedang sibuk.

"Leya, akhirnya Lo masuk sekolah juga!" Ria dan Ama berlari langsung memeluk Leya.

"Dih Lo aja baru semalam masuk." ketus Ama menatap Ria sinis membuat gadis yang di sindir itu tertawa kecil.

Leya tersenyum lega, walaupun tidak ada Damian dan juga teman yang lain. Tapi, Leya masih memiliki dua sahabat nya ini.

Awal masuk ke dalam kelas pandangan nya tertuju pada Vano yang seperti nya sedang tidur menggunakan earphone di telinga nya. Leya harus nya bersyukur kan.

Leya berjalan ke bangku nya, di sebelah kirinya adalah tempat duduk Vano. Leya ingin pindah namun dia takut teman nya akan curiga

"Ama, itu si Vano gak punya temen ya? Dia di sini kek sendiri mulu."

"Leya, dia itu dulu teman nya angkatan kita. Jadi dia gak ada main atau deket sama adek kelas ataupun seangkatan."

"Menurut kamu, dia orang nya gimana?" cicit Leya penasaran.

"Lo kenapa?" tanya Ria tiba tiba.

"Ah gakpapa, cuma rasa aneh aja."

"Sut, kalau dia tau kita lagi ngomongin dia.."

"Kenapa?" Leya menatap Ria serius

"Habis lah kita."

Leya cukup kaget."Jadi kalian udah tau?"

"Tau apa?" tanya Ama.

Leya langsung gelagapan, dia diam dan memikirkan apa yang akan dia katakan selanjutnya. Sepertinya dia sudah salah bicara.

"Habis gimana?" tanya Leya.

"Dia itu orang nya aneh, bahkan kita gak tau asal usul nya! Seakan akan orang tua nya tuh penting banget sampe gak ada yang boleh tau identitas nya! Dan asal Lo tau, dia dulu pernah bertengkar dengan Gilang hanya karna Gilang salah kata. Duh babak belur si Gilang, mulai saat itu gak ada yang berani ganggu dia." jelas Ama panjang lebar.

"Duh ngeri juga ya." bisik Leya pelan.

"Ah kemarin ada nih viral di sekolah kita, ada cewek yang ngejar ngejar si Vano. Tapi pas si cewek itu ungkapin perasaan nya ke Vano, besok nya tu cewek gak ad masuk bahkan hilang kabar. Nah ini kejadian pas kita kelas 11." cerita Ama dengan sangat pelan.

Leya bergidik ngeri."Aneh juga ya."

"Nah makanya kemarin gue was was kalau Lo bareng sama dia, tapi untung Lo cuma kebetulan ketemu kan? Lo jangan sampe deh berurusan sama dia!"

"Loh kemarin Lo ketemu Leya sama Vano?" tanya Ria penasaran.

"Leya gak ada apa apa kok, emang beneran pas pas an aja. Jadi Leya sapa deh."

"Duh Leya, jangan lagi ya! Bahaya" Ria sambil melihat ke arah Vano, jujur dia takut jika pria itu mendengar percakapan Leya.

Guru masuk membuat Vano terbangun, pandangan nya bertemu dengan pandangan Leya. Pria itu tersenyum smirk membuat Leya langsung mengalihkan pandangan nya.

Leya benar benar takut, jujur saja dia tidak tau harus cerita ke siapa tentang ini. Pertama adalah mapel fisika. Mereka di suruh untuk memilih kelompok sendiri sebagai tugas minggu depan.

"Ibu minta kalian membuat kelompok, untuk satu kelompok terdiri dari lima orang ya. Materi kali ini tentang listrik statis." ucap Bu Ida.

Leya bingung mencari kelompok nya, karna mereka sudah memiliki kelompok sendiri sendiri.

"Ria, Lo gak setia banget ya! Kita aja di sini masa Lo mau ke kelompok lain!" kesal Ama.

Ria menunjuk ke arah Vano dengan raut wajah takut, ah Ama mengerti. Sudah ada 5 kelompok, dan sisa nya hanya ada Leya, Ama, Vano, Sandy dan juga Mika.

"Parah Lo!" ketus Ama kesal. Dengan berat hari Ama dan Leya mengatur kursi mereka berdekatan untuk berdiskusi.

"Leya, aku tunggu di perpus." bisik Vano pelan langsung melenggang pergi.

Jujur saja, Leya tidak tau harus apa. Apakah dia harus izin untuk keluar? Atau dia beritahu Ama? Tapi dia benar takut jika Ama masuk ke dalam masalah nya.

"Lo kenapa gelisah gitu?" tanya Ama.

"Gakpapa, Leya lagi gak enak badan."

"Pergi ke UKS aja." saran Mika.

"Gue antar." ajak Ama.

"Gak usah, Leya sendiri aja." kekeuh Leya.

Akhirnya Ama membantu Leya izin untuk keluar, Leya bukan ke UKS melainkan ke perpustakaan. Perpustakaan lumayan jauh dari kelas nya, jadi Leya berjalan dengan cepat agar Ama tidak mencurigai nya.

Leya sampai di perpustakaan, dia melihat jauh ke arah kelas nya, untung saja Ama tidak keluar.

Tiba tiba saja pergelangan tangan Leya di tarik oleh Vano membuat nya cukup kaget.

"K-kamu mau apa?" cicit Leya.

"Aku hanya ingin melihat mu dengan jelas." Vano tersenyum manis pada Leya, bahkan pria itu memegang pipi Leya dengan cepat gadis itu menepisnya.

Leya benar benar tidak bisa menebak tingkah pria itu, dia benar benar seperti orang aneh.

"Sudah aku jelaskan, jangan sampe orang lain tau." ucap nya pelan tapi tajam.

Di sisi lain Ama merasa khawatir dengan Leya, dia melihat jam sekarang pukul 10:28 yang artinya dua menit lagi mereka akan istirahat.

Ting.

Bel berbunyi, Ama langsung menyimpan buku nya dan juga Leya, dia langsung menarik Ria keluar untuk pergi ke UKS menemui Leya.

"Mau kemana?" tanya Vano kasar menarik pergelangan tangan Leya.

"Mau ke kantin." jujur Leya.

"Aku merasa tidak tenang kamu berdekatan dengan mereka."

"Leya gak akan kasih tau siapa siapa!" ucap Leya cepat, dia langsung melepas kan cengkram Vano dan berlari cepat.

"Leya!" teriak Ama.

"Lo katanya di UKS?"

"Iya tadi, tapi Leya lapar jadi mau ke kantin." gelagap Leya.

Teman nya hanya mengangguk kepala paham, mereka pergi ke kantin bersama sama. Di kantin Ama semakin kesal, dia benar benar muak bertemu dengan para cegil itu.

Disa bersama tiga teman nya menghadang Leya, dia menatap Leya tajam. Terlarut emosi Disa menjambak rambut Leya kasar. Leya meringis kesakitan, dia tidak tau apa salah nya sampai sampai Disa tidak menyukai nya.

"Jujur gue muak bertemu cewek gatel seperti Lo! Ah bukan cuma sekali, sudah berulang kali! Tapi apa yang bisa di lakukan mereka jika saingan nya gue?" ucap Disa tertawa kecil.

"Apaansih! Lepasin temen gue!" ucap Ama mendorong gadis itu.

"Maksud Lo apa?" tanya Ria.

"Dari kelas 10 sampe sekarang masih aja banyak yang gatel ke Vano, tapi apa boleh buat kalau saingan nya gue!" tekan Disa.

"Leya gak ada dekatin dia!" kesal Ama.

"Oh ya, jadi tadi gue lihat yang lagi berduaan siapa? Setan??" kesal Disa.

Leya gelagapan mendengar itu, tapi dia sudah tidak cukup kuat untuk berdebat dengan Disa, Leya hanya pasrah apa yang di katakan gadis itu.

"Duh, kalau memang benar Leya dekat sama Vano apa urusan nya sama Lo? Lo itu bukan siapa siapa nya! Oh ya atau jangan jangan sering hilang nya siswi di sekolah ini yang bersangkutan dengan Vano, Lo dalang nya?" teriak Ama membuat seisi kantin menatap Disa. Perkataan Ama ada benar nya, ada beberapa dari mereka yang melapor pada kepala sekolah tentang hal ini.

Vano yang melihat itu dari jauh hanya diam, dia melihat rambut Leya yang sudah acak acakan. Sudah pasti Disa pelakunya.

Plak!

"Pasti mama lo jal*ng, makanya anaknya jadi begitu!"sarkas Disa.

Tamparan itu bukan untuk Ama melainkan Leya, Disa benar benar malu sekarang. Setelah menampar Leya dia langsung pergi begitu saja.

"Kamu boleh hina Leya, tapi jangan ibu Leya!" teriak Leya.

Setelah itu Leya langsung berlari menuju toilet sekolah nya, Ama yang berusaha mengejar namun di tahan Ria, mungkin Leya butuh sendiri untuk nenangin pikiran nya.

Leya melihat dirinya sendiri di kaca. Rambut yang acak acakan, pipi yang sudah merah. Leya meremas rok nya kuat dia menangis tersedu sedu. Dia menangis bukan karena tamparan itu tapi dia menangis karna dirinya terlalu lemah hingga tidak bisa melawan perkataan Disa saat menghina ibu nya.

"Jangan hina ibu Leya!" gadis itu tersedu-sedu menangis, dia benar tidak kuat menjalani kehidupan seperti ini. Selalu ada masalah yang menimpa nya.

"Jangan menangis." Vano menyorongkan sebuah tisu. Leya mengambil nya dan mengelap air matanya, dia mulai merapikan rambutnya.

"Ingin membalas?" tanya Vano serius.

Leya hanya menggeleng kepalanya takut, dia pergi begitu saja. Tidak mungkin dia membalas Disa dengan nyalinya yang seperti ini.

Gadis itu kembali ke kelas nya, sepanjang pelajaran dia hanya diam, bahkan istirahat kedua dia tidak pergi ke mana mana. Tidur di kelas adalah pilihan nya.

Setiap Ama dan Ria mengajak nya berbicara, dia hanya diam tidak menjawab. Hal ini benar benar membuat kedua sahabat nya khawatir, atau dia memberitahu Damian tentang keadaan Leya? Namun mereka takut

Setelah menunggu waktu yang cukup lama, akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Beberapa murid sudah kembali pulang, sedangkan Ama dan Ria membujuk Leya agar mau mereka mengantarnya pulang.

Namun Leya terus saja menggeleng kepalanya tidak mau, dia ingin berjalan kaki. Ama dan Ria pasrah, mereka berdua pulang. Sekarang sekolah sudah sangat sepi dan pak satpam sudah menutup gerbang.

Leya berjalan sendiri, dia tidak tau ke mana dia harus pulang. Dia butuh seseorang untuk mengetahui semua keadaan nya, sedangkan Damian? Dia tidak tau sesibuk apa pria itu sekarang.

"Leya."

Leya bahkan tidak menoleh saat Vano memanggil nya.

"Leya, kamu bisa mati!" tekan Vano menarik pergelangan tangan Leya. Pasal nya gadis itu menyebrang jalan tidak melihat kendaraan yang berlalu lalang.

"Kamu mau apa? Leya gak akan bilang siapa siapa. Jangan ganggu Leya lagi."

"Kamu tidak bisa menghentikan apa yang ingin aku mau, Leya!" Tekan Vano

Pria itu langsung menarik pergelangan tangan Leya, dia mengantar Leya untuk pulang. Leya hanya menurut saja. Pria itu menatap Leya sangat dalam membuat Leya takut.

"Aku ada sebuah hadiah." bisik Vano

"Apa?"

"Tunggu sampai, aku akan memberikan nya."

Setelah mengantar Leya, Vano langsung pergi. Leya hanya mengucapkan terima kasih dan mulai membersihkan dirinya lalu makan. Setelah itu Leya kembali ke kamar nya.

Vano mengirimkan sebuah rekaman yang tidak terlihat itu Vidio apa, hanya ada suara saja. Leya mencoba membuka nya.

Suara itu melengking di telinga Leya, suara Disa yang berteriak minta tolong, bahkan gadis itu memohon ampun pada Leya. Leya melempar handphone nya takut.

"Apa yang dia lakukan?" panik Leya, Leya benar benar tidak bisa tenang.

Ting.

"Bagaimana hadiah nya? Kamu suka? Ah atau kamu ingin melihat video nya tanpa aku tutup?"

Notif itu membuat Leya bergidik ngeri, dia langsung mematikan telpon nya dan menutup tubuhnya menggunakan selimut. Jujur saja, sekarang dia merasa takut di seluruh tubuhnya suara itu terbayang bayang di pikiran nya.

Telpon Leya berdering, Leya berusaha berani untuk melihat siapa yang menelpon nya. Ternyata itu Arion. Leya langsung mengangkat nya.

"Leya, aku ingin beritahu jika Damian tidak bisa menghubungi mu dalam beberapa waktu ini."

"Kenapa? Dia baik baik saja?" tanya Leya.

"Tentu, cuma ada sedikit problem jadi dia tidak bisa meninggalkan itu. Aku harap kamu mengerti, dua hari lagi dia akan kembali."

"Baiklah, Leya akan tunggu."

"Leya, kamu baik baik saja? Kenapa suaramu ketakutan seperti itu."

"Leya gakpapa, Leya matikan dulu ya mau tidur." ucap Leya cepat langsung mematikan telepon sepihak.

"Bagaimana kamu bisa masuk?!" panik Leya.

"Apa yang aku gak bisa, Leya?" ucap Vano tertawa kecil.

"Kamu mau apa?"

"Aku ingin membawa mu ke suatu tempat."

"Leya gak mau!"

Vano tidak suka penolakan, dia langsung menarik gadis itu untuk keluar. Lagi lagi Leya hanya bisa pasrah, apa yang bisa di lakukan gadis lemah ini

1
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!