Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7: Alea dan Edgar terusir dari rumah
Alea telah kembali ke rumahnya, dia menatap cincin yang tidak jadi dirinya jual akibat berlian yang ada di cincin itu.
"Kakak sudah pulang?" tanya Edgar yang baru saja pulang sekolah.
Alea mengangguk, dia masih bingung dengan cincin yang Ady berikan untuknya. Dia menduduki dirinya di sofa ruang tamu dan mengabaikan Edgar.
"Kak, kakak kenapa sih?" bingung Edgar sambil menduduki dirinya di sebelah sang kakak.
Alea memberikan cincinnya pada Edgar, Edgar pun menerimanya dengan bingung. Tak biasanya sang kakak seperti ini, walau dirinya kecewa tetapi selama ini sang kakak telah berubah dan hal itu membuat hubungannya dan sang kakak kembali membaik.
"Ada apa dengan cincinnya? apa cincinnya gak laku?" heran Edgar.
"Bukan tidak laku, ternyata itu berlian," ujar Alea.
Edgar terkejut, dia menatap mata dari cincin itu. Apakah benar berlian asli? edgar sampai menggosok matanya berharap jika dirinya salah liat.
"Kakak jangan bercanda dong, masa bang Putra sanggup beli cincin berlian begini? gaji sebagai pelayan hanya seberapa kak, cukup buat sebulan aja nggak," tak terima Edgar.
"Makanya itu kakak bingung," ucap Alea.
"Terus, uang sekolah aku gimana?" tanya Edgar.
Alea memijat pelipisnya, tanahnya belum terjual dan dia harus membayar uang sekolah Edgar. Apalagi adiknya itu akan mengadakan ujian semester.
"Nanti kakak pikirkan, sekarang kamu ganti baju dan kakak akan masak makan siang. Kau akan berangkat bekerja nanti bukan? maka bersiaplah," pinta Alea dan mengelus rambut sang adik.
Edgar mengangguk, dia merasa kasihan dengan sang kakak yang pusing memikirkannya. Sang kakak benar-benar membantunya, seharusnya dia tidak bersekolah sang kakak malah sibuk mencari uang sekolahnya.
Sedangkan Alea, dia beranjak dari duduknya. Dia melepas tas selempang dan menaruhnya di sofa, setelah itu dia pergi ke dapur untuk memasak makan siang.
Selang beberapa menit, Alea sudah selesai memasak. Dia menaruh makanan itu di meja makan, setelahnya dia menaruh nasi dan menduduki dirinya di kuris makan.
"ED, AYO MAKAN!" titah Alea.
"Iya kak!" seru Edgar yang ternyata sudah menghampirinya.
Edgar pun menduduki dirinya di sebelah sang kakak, dia menatap menu kakan siang dengan tatapan heran.
"Kok ayamnya cuma satu? untuk kakak mana?" heran Edgar.
"Ehm, kakak mual kalau makan ayam. Jadi kakak makan tempe aja, gak usah pikirin kakak yang penting kamu kenyang," ujar Alea.
Edgar terheran, kemarin lusa sang kakak makan ayam. Apakah ketidaksukaan seseorang berubah secepat ini?
"Makanlah, kau akan terlambat nanti," ujar Alea.
Edgar mengangguk, dia memakan makanannya begitu pula dengan Alea. Tatapan Edgar tak sengaja melihat tangan Alea yang memerah, sontak saja dia menarik tangan sang kakak dan melihatnya.
"Kenapa tangan kakak mengelupas seperti ini? aku kan sudah bilang, jangan menjadi tukang cuci lagi kak. Kakak gak bisa memegang detergen, kulit kakak akan mengelupas seperti ini," geram Edgar.
Alea terdiam, dia teringat dengan Ady. Selama mereka menikah, Ady tau jika dirinya alergi terhadap detergen. Maka dari itu Ady yang mencuci baju, dan sekarang dirinya harus merasakan penderitaan Ady.
"Tidak papa, nanti di kasih salep pun sembuh." ujar Alea sambil menarik kembali tangannya.
"Tapi kak,"
"Ed, sekarang ini kita sedang butuh uang. Kaka di pecat karena melakukan korupsi, perusahaan mana yang mau menerima kakak? menjadi tukang cuci juga sesuatu hal yang patut kita syukuri sekarang ini Ed," sela Alea.
"Baiklah kak," pasrah Edgar.
Alea tersenyum, dia melanjutkan makannya sambil memikirkan apa yang dia lakukan selanjutnya untuk membayar uang sekolah Edgar.
"Apa aku gadaikan saja tanahnya? lumayan kan, bayar sekolah Edgar dan mencoba usaha catering untuk kami bertahan hidup," batin Alea.
DUGH!
DUGH!
Alea dan Edgar terkejut, mereka segera beranjak menuju pintu untuk melihat siapa yang menggedor rumah mereka.
Cklek!
"Anda siapa sih?! seenaknya gedor rumah orang!" kesal Alea.
Tampak dua preman menatap Alea dengan garang, mereka memperlihatkan surat hak milik di depan wajah Alea.
"Rumah ini adalah milik bos kami, ayahmu telah berhutang lada kami dan memberikan sertifikat rumah ini pada kami! sekarang kosongkan rumah ini dan pergi dari sini sekarang juga!"
Alea terkejut, dia akan menarik sertifikat itu. Namun, preman itu malah menariknya kembali dan mendorong tubuh Alea. Jika saja Edgar tidak datang dan menahan tubuh Alea, pasti wanita itu akan terjatuh.
"Kakak gak papa?" khawatir Edgar.
"Hiks ...apalagi ini Ed, kenapa rumah ini bisa jadi milik mereka?" isak Alea
***
"Kakak ipar, aku ada meeting sebentar lagi. Bisakah kau menggantikan aku menemui klien perusahaan Xx?" tanya Ady pada kakak iparnya yang sedang sibuk mengerjakan berkas.
"Tidak bisa, sebentar lagi aku akan kembali ke kantorku. Kau hanya memegang cabang perusahaan, sedangkan aku harus menghandle kantor pusat," gerutu Vernando yang merupakan suami dari siska, kakak dari Ady.
Ady menghela nafasnya, dengan berat dirinya berangkat menuju ruang meetingnya. Nando pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sang adik ipar.
Ady meeting dengan tidak semangat, dia menatap kliennya yang sedang menerangkan tentang bisnis mereka.
"Bagaimana pak Ady?" tanya Klien tersebut.
"Ya, tapi ku rasa perlu beberapa tambahan agar lebih sempurna," ujar Ady.
"Hm, apa kita perlu menambah promosi?" tanya sang klien.
Ady mengangguk, dan tak lama meeting selesai. Ady pun kembali ke ruang kerjanya untuk menyiapkan meeting.
Cklek!
"Maaf tuan, klien dari perusahaan xx membatalkan janji temunya," ujar Aciel.
Ady menghentikan kegiatannya, dia menatap Aciel dengan pandangan bertanya.
"Memangnya ada apa?" bingung Ady.
"Istrinya akan melahirkan untuk itu dia tidak bisa datang, dan dia meminta maaf atas hal ini tuan," ujar Aciel.
Ady mengangguk, dia kembali menaruh berkasnya yang tadi sempat dirinya siapkan untuk meeting.
"Pasti dia sedang bahagia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah," ujar Ady.
"Benar tuan, apakah tuan tidak berniat memiliki keluarga?" tanya Aciel sambil menduduki dirinya di sofa.
Ady terdiam sejenak, dirinya sudah menikah. Namun, dia belum memiliki anak. Dan sekarang status pun dia tak tahu, apakah Alea sudah mengajukan cerai mereka atau tidak.
"Sebenarnya saya sudah berkeluarga," ujar Ady.
Aciel yang sedang minum pun akhirnya tersedak, dia menatap tak percaya pada bosnya itu.
"Benarkah? kenapa anda tak pernah memperkenalkan istri anda?" bingung Aciel.
"Haah ... Aciel, kau adakah orang kepercayaanku. Maka dari itu akan ku ceritakan sesuatu, aku telah berkeluarga tapi rumah tangga kami di ambang kehancuran. Aku memilih untuk meninggalkannya dan membiarkan dia melakukan sesuatu yang membuat dirinya bahagia," terang Ady.
"Ku berpesan padamu, jangan menceritakan ini pada siapapun termasuk orang tuaku. Mereka bahkan belum tau jika aku sudah menikah," ujar Ady.
Dapat Aciel lihat, Ady merupakan seorang yang rapuh dan membutuhkan teman untuk bercerita. Dia paham bagaimana kesedihan Ady, apalagi pria itu yang selalu tertutup.
"Kau meninggalkannya dengan menggantung statusnya tuan, aku tak mengerti apa masalahmu dengannya. Tapi yang jelas, dia butuh sebuah keputusan darimu," ujar Aciel.
"Rasa sakit hati yang dia berikan untukku membuatku enggan untuk menemuinya," ujar Ady.
"Kau harus memastikan terlebih dahulu, bagaimana kehidupannya saat ini? apakah dia bahagia atau tidak? pasalnya dia masih istri anda," terang Aciel.
Ady terdiam, benar apa yang di katakan Aciel. Alea masih istrinya karena mereka belum bercerai, apa yang harus dirinya lakukan sekarang? apa dia harus menemui Alea?
"Aciel, bisa bantu aku untuk mendapatkan kabar tentang istriku?"
**Oh iya, minta sarannya kawan. Menurut kalian judulnya cocok gak? aku tuh sebenarnya ragu dengan judul novel ini, ada yang bisa ngasih saran judul yang bagus gak? judul yang bisa buat pembaca tertarik terus pas sama cerita novel nya.
Tadinya aku mau buat judul My baby, ada lagi sih judulnya buah hati pengikat cinta.
Galau buat judul aku😩😩😩😩, tolong sarannya dong🤧🤧🤧**
Jaga & lebih hargai suami kamu ya..