"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Membawa Salah Paham Berkepanjangan
Rafli belum mampu menguasai diri dari rasa terkejut setelah membaca sepucuk surat yang ditinggalkan Arumi. Ternyata benar dugaan Yuna tadi, bahwa Alesha tidak lain adalah Arumi yang menyamar sebagai pengasuh.
Untuk beberapa saat Rafli tidak tahu harus melakukan apa. Ia sedang memikirkan ke mana Arumi membawa putri mereka. Apakah ke tempat yang sangat jauh atau hanya di kota yang sama.
Ia tak dapat menebak.
Padahal baru saja Rafli ingin meminta maaf atas semua kesalahan yang telah dilakukannya di masa lalu. Namun, semua seolah terlambat. Arumi telah pergi dengan membawa salah paham berkepanjangan di antara mereka.
Kepergian Arumi dan Aika secara mendadak pun membuat gempar di kediaman keluarga Alvaro. Semua orang menjadi panik karena Rafli dalam keadaan marah dan tak dapat mengendalikan emosi meledak-ledak.
"Cepat kalian semua berpencar mencari Arumi dan Aika. Sisiri setiap sudut di kota ini!" perintahnya setengah berteriak.
"Saya akan melacak melalui rekaman CCTV di jalan-jalan, Tuan. Mungkin ada petunjuk dari sana," ucap Osman.
"Cepat lakukan! Arumi pasti belum jauh dari sini, pastikan dia ditemukan dalam keadaan baik-baik saja."
"Baik."
Tanpa banyak kata, Osman beranjak dan membagi tugas dengan anak buahnya. Berbekal nama besar Rafli Dylan Alvaro, ia dengan mudah mendapat bantuan dan menemukan jejak-jejak kepergian Arumi.
Sementara Rafli masih berusaha untuk bersikap tenang dan tidak gegabah di tengah ketidakpastian keberadaan dua orang yang paling berharga dalam hidupnya itu.
"Cobalah untuk tenang dulu! Kita tunggu kabar dari Osman dan lainnya," ucap Evan yang sedari tadi melihat Rafli berjalan mondar-mandir dengan gelisah.
"Bagaimana aku bisa tenang sementara anakku berada di luar sana!" pekik Rafli.
"Setidaknya Aika bersama ibu kandungnya, bukan dengan penjahat. Dia pasti akan baik-baik saja."
Ucapan Evan membuat Rafli sedikit tersadar dan lebih tenang.
Kurang dari satu jam, Osman sudah kembali dengan membawa beberapa petunjuk penting. Ia menunjukkan rekaman CCTV yang telah di-copy ke ponselnya. Rafli meraih ponsel dan meneliti rekaman itu.
Dari sana terlihat seorang wanita bercadar berjalan dengan menggandeng anak kecil. Meskipun tidak melihat wajahnya karena rekaman dari jarak jauh, tetapi Rafli yakin itu adalah Arumi dan Aika. Setelah melihat pakaian yang dikenakan anak perempuan tersebut.
"Nona Arumi terakhir kali terlihat masuk ke sebuah apartemen, Tuan. Kira-kira tiga jam lalu. Mungkin Nona Arumi tinggal di apartemen itu selama ini."
"Kau tahu alamat apartemennya?"
"Tentu saja!" jawab lelaki itu.
"Baiklah, kita ke sana sekarang! Semoga mereka memang ada di sana."
*
*
Dengan ditemani Evan dan Osman, Rafli mendatangi sebuah apartemen yang diduga adalah tempat tinggal Arumi. Ketegangan sempat terjadi antara mereka dan para petugas keamanan apartemen karena Rafli menerobos tanpa permisi.
Nahas, ternyata Arumi telah meninggalkan apartemen sejak dua jam lalu. Hal yang membuat mereka lagi-lagi kehilangan jejak.
Malam itu juga semua anak buah Rafli dikerahkan untuk mencari. Perbatasan kota dijaga dan diperiksa dengan ketat. Seluruh stasiun bus, kereta api, pelabuhan dan bandara tak luput dari pemeriksaan.
Namun hasilnya tetap nihil, karena Arumi tidak juga ditemukan.
Rafli memijat kening yang terasa berdenyut. Saat ini mereka sedang berada di sebuah stasiun bus. Semalaman penuh hingga pagi menjelang mereka mencari tanpa henti, namun belum membuahkan hasil. Mereka kehilangan jejak seolah Arumi dan Aika hilang ditelan Bumi.
"Tuan, istirahatlah sebentar. Anda terlihat sangat lelah. Biar saya dan mereka yang mencari Nona Arumi dan Nona kecil," tawar Osman.
Namun, Rafli seakan tak peduli. Sebelum menemukan Aika dan Arumi, ia tidak akan bisa tenang.
"Aku tidak butuh istirahat! Terus lanjutkan pencarian, jangan berhenti sebelum kalian menemukan mereka!"
Osman hanya mengangguk patuh. Yang dapat mereka lakukan adalah terus dan terus mencari.
Rafli memilih naik ke mobil dan bersandar sejenak demi mengistirahatkan tubuhnya. Pikirannya melayang-layang. Andai saja ada sedikit kesempatan untuknya, akan ia perbaiki semua kesalahannya terhadap Arumi dan memulai dari awal.
"Kenapa aku begitu mudah mempercayai Yuna dan tidak mendengarkan penjelasan Arumi?"
Sepasang mata Rafli terpejam. Baru saja akan memasuki alam mimpi, panggilan Osman sudah terdengar.
"Tuan, saya mendapat informasi, ada pembelian tiket pesawat atas nama Arumi Miyuzha dan Aika Sakura. Jadwal pesawatnya kurang lebih satu jam lagi!"
...****...