"Mengemislah!"
Awalnya hubungan mereka hanya sebatas transaksional diatas ranjang, namun Kirana tak pernah menyangka akan terjerat dalam genggaman laki-laki pemaksa bernama Ailard, seorang duda beranak satu yang menjerat segala kehidupannya sejak ia mendapati dirinya dalam panggung pelelangan.
Kiran berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali kebebasannya dan berjuang untuk tetap teguh di tengah lingkungan yang menekan dan penuh intrik. Sementara itu, Ailard, dengan segala sifat dominannya terus mengikat Kiran untuk tetap berada dibawah kendalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lifahli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Sebab Pria Itu Jadi Begini
...Happy reading!...
...•••...
Tepat ketika Ailard memulai pernikahannya dengan Lilyane, semuanya terasa sempurna. Lilyane adalah perempuan yang telah ia cintai sejak masa kuliahnya di luar negeri, seorang wanita yang ia kejar dengan sepenuh hati hingga akhirnya bisa bersanding di altar pernikahan bersamanya. Ailard tak bisa lebih bahagia lagi, terutama ketika Lilyane yang ia dambakan kini telah menjadi miliknya secara sah.
Pernikahan mereka dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan. Ailard, yang saat itu bekerja di perusahaan ternama, merasa bangga memiliki istri seperti Lilyane, yang sedang meroket dalam dunia modeling. Hubungan mereka terlihat harmonis, dengan saling mendukung karier masing-masing. Lilyane sering kali menghadiri acara-acara perusahaan bersama Ailard, memperlihatkan betapa mesranya mereka sebagai pasangan yang diidamkan oleh banyak orang.
Namun, kebahagiaan pernikahan Ailard dan Lilyane mulai goyah saat Lilyane mengandung anak mereka setelah empat tahun menikah. Ailard merasa senang dan sangat antusias menyambut kehadiran anak pertama mereka, membayangkan keluarga yang sempurna bersama istri dan anaknya. Sayangnya, perasaannya tidak dibagi oleh Lilyane.
Bagi Lilyane, kehamilan bukanlah kabar baik. Sebagai seorang model yang tengah berada di puncak kariernya, ia merasa bahwa kehamilan dan memiliki anak akan menghancurkan tubuhnya dan merusak jalur karier yang telah ia bangun dengan susah payah. Lilyane mulai menunjukkan sikap dingin terhadap kehamilannya sendiri, seolah menolak kenyataan bahwa tubuhnya akan berubah dan bahwa karier modelingnya mungkin tidak akan sama lagi.
Perbedaan pandangan ini menjadi jurang pemisah dalam hubungan mereka. Ailard, yang begitu mendambakan menjadi seorang ayah, merasa kebingungan menghadapi sikap Lilyane yang tidak sejalan dengan harapannya.
"Oke Mas minta maaf, tapi Mas mohon untuk tetap mempertahankan bayi kita sayang," Ailard memohon dengan sangat kala istrinya berniat ingin menggugurkan kandungannya.
"Kamu tidak paham Mas! I didn't want it from the start, I even went crazy thinking this child would ruin my body." (Aku tidak menginginkannya dari awal, aku bahkan berpikir menjadi gila karena anak ini akan merusak tubuhku).
"Lily! Watch your words!" (Jaga ucapanmu!). Ailard membentak kala perempuan ini sudah berbicara diluar batas dengannya apalagi hingga membuat bayi mereka yang belum lahir disalahkan oleh ibunya sendiri.
Begitulah pertengkaran mereka hampir setiap hari, namun Ailard dapat menahan segala tindak-tanduk niat tak baik Lily pada anak mereka sampai akhirnya istrinya berhasil melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik, Rosemary.
Tetapi ibunya tak pernah mencintai putrinya sendiri, hingga Ailard benar-benar sudah hilang kesabaran begitu mengetahui istrinya berselingkuh dengan seorang aktor ternama.
Begitu cintanya Ailard pada Lilyane sampai-sampai memaafkannya dan memberikan kesempatan berharap Lily akan kembali padanya dan mencintainya seperti sediakala. Namun, kebaikan yang ia berikan tak ada artinya di benak perempuan itu kala ia dengan sangat sadar melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa istrinya tengah melakukan hubungan badan dengan pria yang berbeda, dan emosinya semakin menjulang tinggi kala Rosemary hampir saja terjatuh di ranjangnya jika ia tidak cepat bertindak.
...•••...
"Aku rindu dengan kamu dan anakku."
Betapa tidak ada malu dan tahu dirinya perempuan ini setelah mencampakkan ia dan putrinya untuk pria bajingan yang lebih bisa mengerti keadaannya pada saat itu.
Ailard mendecih jijik kala kedatangannya kerumah Ailard karena ia merindukan mantan suaminya yang sudah dibuang bersama dengan putrinya yang sangat cantik.
"Kamu tidak memiliki tempat lagi bagi saya juga putri saya, dia bukan anakmu dan selamanya tak akan menganggap ibunya ada didunia ini." Begitu ia menegaskan ucapannya dengan sarkastik, dan Lily menunduk karena malu.
Ia mendongakkan kembali kepalanya, menatap mantan suaminya itu dengan netra mengendap air mata dikedua kelopak matanya.
"Aku minta maaf Mas, tapi sungguh aku merindukan kalian. Aku ingin menebus dosa ku terhadap kamu dan putri kita—"
"Putri saya, hanya saya orang tuanya," potong Ailard cepat, kali ini lebih pelan namun dengan penekanan yang begitu jelas di setiap kata. Tidak ada ruang untuk negosiasi atau penebusan. Baginya, Rosemary adalah satu-satunya yang layak ia pertahankan, dan Lilyane yang begitu tega ingin menghancurkan nyawa putrinya sejak dalam kandungan tidak akan pernah memiliki kesempatan lagi.
Lilyane terisak, air matanya mulai menetes. Tapi bagi Ailard, tangisan itu tidak mempengaruhi apa pun. Ia sudah memutuskan. Penghianatan yang Lilyane lakukan dulu terlalu besar, dan sekarang, meski ia menangis dan berlutut, Ailard takkan membiarkannya mendekati putri mereka.
"Kamu tidak akan pernah bisa menebus apa yang sudah kamu lakukan. Rosemary tidak butuh kamu. Dia tumbuh dengan baik tanpamu," Ailard melanjutkan, suaranya penuh kepastian. "Jadi berhenti berpura-pura peduli."
Lilyane terdiam. Ia tahu Ailard tidak main-main. Setelah semua yang ia lakukan, ia hanya bisa menunduk dalam-dalam, sadar bahwa Ailard dan putrinya telah hilang selamanya dari genggamannya.
Cara untuk mendeskripsikan bagaimana Lilyane yang sekarang berada dihadapan Ailard adalah bahwa perempuan itu tak secantik dan seindah dulu lagi. Kala wajahnya yang Jerman totok itu tetap menawan namun tak ada artinya lagi Dimata Ailard.
Setahun setelah perceraian mereka, kabar dari Indonesia sampai di telinga Ailard. Ternyata, karir Lilyane sebagai model hancur berantakan. Wanita yang dulu begitu bangga dengan profesi dan kecantikannya itu kini terjerat dalam masalah yang lebih dalam. Selingkuh dengan pria yang ia kira mengerti dan mencintainya ternyata hanya berujung pada kehancuran. Pria itu, yang Lilyane kira bisa menjadi pelariannya, malah menghancurkan segalanya. Lilyane tidak hanya kehilangan karirnya, tetapi juga harga dirinya. Karir modeling yang ia bangun selama bertahun-tahun lenyap seketika, dicekik oleh penghianatan yang begitu kejam.
Bagi Ailard, itu adalah karma yang adil. Perempuan yang pernah mencoba menggugurkan putrinya sendiri dan mengkhianati cinta mereka akhirnya menerima akibatnya.
"Mas..."
Suara lembut dan mendayu yang begitu asing di telinga Lilyane terdengar dari belakang tubuh mantan suaminya. Lily mendadak merasa seluruh tubuhnya menegang, napasnya seakan terhenti. Ia perlahan menatap kearah sana, pandangannya bertemu dengan seorang perempuan yang menggenggam tangan seorang anak kecil.
"Kembali Kiran, bawa putri saya masuk kedalam. Sebelum saya perintah, kalian harus tetap didalam." Ailard memerintah Kiran, sang empu yang sedikit kebingungan mengangguk paham.
"Baik Mas."
Hendak pergi, langkah Kiran terhenti kala perempuan yang sedang berbicara dengan pria itu memanggil Rosemary.
"Rosemary... Sayang..."
"Kiran, saya bilang bawa putri saya masuk ke dalam!" Suara Ailard terdengar tajam, perintahnya tidak memberikan ruang untuk pembangkangan. Kiran segera mengangguk dengan cepat, menggenggam tangan Rosemary sedikit lebih erat, sebelum berjalan dengan langkah tergesa kembali ke dalam rumah. Ia tahu, ini bukan waktu untuk berdebat, apalagi ketika ketegangan antara Ailard dan Lilyane memuncak.
Rosemary, yang awalnya sempat menoleh ketika mendengar panggilan yang lembut itu. Namun, dengan patuh ia mengikuti langkah Kiran.
Lilyane menatap putrinya yang perlahan menjauh, matanya berkaca-kaca. Ini pertama kalinya ia bisa melihat Rosemary setelah sekian lama, dan nyatanya, putrinya tampak tidak mengenalinya. Sakit hati yang selama ini ia abaikan, kini menyeruak seiring kenyataan bahwa ia telah kehilangan hubungan dengan anaknya.
Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa pun lagi, Ailard melangkah ke depannya, membatasi pandangannya dari Kiran dan Rosemary yang sudah masuk ke dalam rumah.
"Pergi, saya tidak memiliki batas toleransi lagi Lily!"
Ketika wajah mereka sangat dekat sekali, Lily mengambil sikap berani untuk merapatkan jarak mereka dan secepat kilat menci*m bibir Ailard.
Ailard terdorong mundur sejenak setelah Lilyane berani mengambil langkah itu. Bibirnya kini merona merah bekas lipstik perempuan itu, ia tidak lagi begair*h padanya, melainkan karena amarah yang bergejolak di dalam dirinya. Pandangannya menyala tajam, tatapannya dingin dan penuh kebencian. Dengan gerakan tegas, ia mendorong Lily menjauh dari dirinya, membangun jarak yang takkan pernah terjembatani lagi.
Lilyane tersenyum getir, matanya penuh air mata yang jatuh. "Mengapa, Mas? Apa secepat itu kamu melupakan aku? Apa kamu sudah tidak peduli lagi pada kita?"
Ailard tertawa pendek, suara tawanya terdengar dingin dan pahit. "Lupa?" ulangnya sinis. "Bagaimana saya bisa lupa? Saya tidak akan pernah melupakan siapa kamu, Lily. Kamu yang menghancurkan semuanya, bukan saya. Kamu yang memutuskan meninggalkan kami, meninggalkan saya dan Rosemary demi nafsu dan ambisi pribadimu. Dan sekarang kamu kembali, berpikir saya akan menerima itu? Kamu sungguh tidak tahu apa-apa."
Tatapan Lilyane melembut, namun tidak cukup untuk menyentuh hati Ailard yang telah membeku. "Mas, aku menyesal. Aku ingin kita kembali seperti dulu."
Ailard memandang Lilyane dengan datar, tanpa sedikit pun simpati. "Tidak ada lagi 'kita', Lily. Kamu bukan lagi bagian dari hidup saya, dan yang pasti, bukan bagian dari hidup Rosemary."
Telak, setelah pernyataan itu di tegaskan, Lily diusir Ailard tanpa bermartabat. Entah ia seorang anak orang kaya di negaranya, Ailard tidak peduli.
...•••...
"Hmphh..."
Kiran tak diberikan jeda kala pria itu mencumbunya kasar sekali, ia seperti tengah melampiaskan emosinya setelah bertemu perempuan tadi pada Kiran.
Setelah mengantarkan Rosemary kesekolah nya, pria ini langsung mengeksekusi Kiran didalam mobilnya. Lihatlah bagaimana ia tak sabaran mel*mat bibir Kiran hingga ia kesulitan bernafas dan dengan cara menepuk-nepuk pundaknya keras barulah Ailard melepaskannya.
"Saya hanya ingin menghilangkan sisa rasa menyebalkan di bibir saya Kiran, nikmati saja!
Dan ia kembali mengakusisi bibir Kiran, kali ini lebih lembut, namun tak ada tanda-tanda pria ini ingin bercinta dengannya, seakan-akan disisi lain ia sedang menguji Kiran.
Setelah beberapa waktu, Ailard akhirnya melepaskan pagutannya, membersihkan noda lipstik di bibirnya dengan gerakan acuh, kemudian kembali memegang kendali kemudi.
"Mas mau aku bersiap malam ini?" Kiran kembali bertanya, barang kali pria ini butuh tubuhnya untuk meredakan emosinya.
Ailard melirik ke arahnya sekilas, senyum sinis terukir di wajahnya. "Lucu sekali melihat perempuan seperti kamu mencoba merayu demi mendapatkan uang. Kamu memang cocok disebut 'murahan', bukan?" ujarnya dengan nada penuh penghinaan, membuat Kiran hanya bisa diam dalam keterpaksaan.