Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
"Jangan pernah sentuh saya!" Ucap Kejora dingin.
Mega sampai terperangan melihat gadis yang tadinya begitu lemah, lugu dan penurut itu berani padanya, tidak akan dia biarkan Kejora semena-mena padanya.
"Oh, udah berani ya!" Tantang Mega mengangkat dagunya ke depan serta tangan melipat di dada.
"Kenapa tidak?" Kejora menaikkan satu alisnya sambil tersenyum miring. Jika dulu dia diam saja saat wanita di hadapannya menghina, maka tidak untuk sekarang karena dulu Mega lah yang begitu menginginkan Kakaknya menjadi menantu dan menghempaskannya begitu saja.
Mega mengepalkan tangannya, dia melirik kearah sekitarnya dimana banyak orang berkumpul disana.
"Ingat ini baik-baik! Keluarga kalian itu adalah penipu, jangan harap anakku mau kembali pada perempuan j*l*ng seperti kalian berdua. Menjual tubuh ke pria lain, itulah pekerjaan kalian bukan? Miris sekali, anak seorang Wilyatama berbuat memalukan." Sinis Mega.
"Oh ya? Aku kembali pada anakmu? Cih, mimpi sekali nyonya Mega yang terhormat! Lebih baik aku tidak menikah daripada harus buang-buang waktu menemani anakmu yang ternyata--- upsss, hampir aja keceplosan." Ucap Kejora pura-pura menutup mulutnya.
Kening Mega mengernyit, di dalam benaknya bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Kejora, apa ada hal yang di ketahui Kejora tapi tak diketahui oleh dirinya.
"Apa maksudmu perempuan murahan?!" Tanya Mega dengan ketus.
Kejora tertawa pelan, mudah sekali memancing emosi wanita tua di hadapannya itu.
"Dengar semuanya! Kalian tahu keluarga Wilyatama? Mereka punya tiga anak perempuan, tapi yang satunya sudah mati! Satu perempuan telah menipu keluargaku, sepertii kabar yang beredar kalau perempuan bajingan itu sudah hamil 4 bulan sebelum anakku menikahinya." Ucap Mega dengan lantang membuat orang-orang saling berbisik menjelekkan kakaknya Kejora.
"Gak jauh beda dari Kakaknya, justru perempuan murahan di hadapanku juga menjajakan tubuhnya pada pria tua hidung belang. Perhatikan wajahnya, kalian harus berjaga-jaga jangan sampai pasangan kalian atau ayah kalian di goda olehnya." Sambung Mega tersenyum miring.
"Huuhhh, murahan!"
"Perempuan seperti dia harus di hempaskan, dasar sampah!"
"Badan lidi tapi nyalinya gede jadi simpenan om-om."
"Cari duit mahal ya, sampai jualan pepek segala. Menjijikan!"
Banyak lagi lontaran kata hinaan yang membuat dada Kejora bergemuruh, tangannya mengepal kuat mendengar semua omongan orang-orang. Tetapi di tempat umum seperti ini, dia tidak boleh terlihat lemah dan membuat Mega menang.
Kejora menghembuskan nafasnya pelan, untuk mengahadapi ular kita tidak boleh bertindah gegabah.
"Kata siapa? Aku, jual diri? Terlalu berharga diriku kalau hanya untuk melayani pria-pria haus belaian di luar sana, semiskin apapun aku, tidak pernah sekalipun terbesit dalam pikiranku menjual diri. Lebih baik aku mati kelaparan, daripada harus mengotori diriku sendiri. Tapi satu hal yang harus kau ingat, nyonya." Kejora berucap sambil berjalan dua langkah maju di hadapan Mega.
"Wanita yang kau rendahkan ini adalah wanita yang dulunya menerima kekurangan yang ada pada anak Anda, wanita yang mampu menutupi rahasia yang anakmu tutupi. Aku heran, mengapa ada wanita tua yang begitu angkuh, disaat usianya itu sudah bau tanah? Aku tahu keluarga kalian kaya dan mampu membeli segalanya, termasuk kepuasan! Suamimu saja bisa loh keluar masuk dari hotel sama j*l*ng, sangking bingungnya buat ngabisin uang? Uppssss. ." Kejora tertawa pelan sambil membekap mulutnya, kemudian ia memukul mulutnya pura-pura keceplosan. Setelah itu, dia tersenyum lebar.
Mega membelalakan matanya, darimana Kejora tahu kalau suaminya suka jajan. Kini dirinyalah yang menjadi bahan gunjingan, sebagian orang tahu Mega dari kalangan mana.
"Dengarkan aku baik-baik, tidak ada yang mau menerima laki-laki dengan masa lalunya yang pernah menentang norma. Aku rasa kau ibu yang abai, sampai anakmu yang penyuka sesama jenis saja tidak tahu? Apa kau juga tahu kalau anakmu itu impoten, oh Astaga... Aku rasa kau juga tidak mengetahuinya. Jika kau terus mengusikku, maka tak segan-segan aku sebarkan berita putra kesayanganmu dan suamimu itu." Bisik Kejora di telinga Mega, sebuah ancaman dia sampaikan agar wanita tua itu mati kutu.
Kejora tersenyum penuh kemenangan, dia pun berjalan menerobos kerumunan tanpa memperdulikan bagaimana kondisi Mega.
Sedangkan Mega sendiri, dia terkejut mendengar bisikan dari Kejora. Kini tubuhnya diam terpaku, wajahnya pucat pasi bahkan tangannya dingin.
"Arrgghhh, awas kau bajingan!" Geram Mega.
"Ngapain kalian masih disini, BUBAR!" Teriak Mega dengan nafas memburu.
Kerumunan pun berhasil di bubarkan, gegas Mega pergi dari Mall berniat untuk pulang, dia harus memastikan apakah benar apa yang di katakan Kejora atau hanya sebuah kebohongan belaka. Jika Kejora berbohong, maka Mega tak akan segan-segan membuat perhitungan padanya.