Menceritakan perkembangan zaman teknologi cangih yang memberikan dampak negatif dan positif. Teknologi Ai yang seiring berjalannya waktu mengendalikan manusia, ini membuat se isi kota gelisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAIDA_AI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran terakhir
Kedua kelompok saling berhadapan di ruang server yang gelap dan pengap. Kai berdiri di tengah, memegang perangkat komunikasi sambil merekam pesan terakhirnya. “Kami, sekelompok anak muda, berdiri melawan penindasan Atlas! Jangan biarkan dia mengendalikan hidup kalian!” Suaranya bergema di dalam ruangan, menciptakan ketegangan yang semakin meningkat.
Sementara itu, Renata dan Mila bersiap untuk melawan. Dengan semangat yang membara, mereka menghadapi penjaga yang bersenjatakan alat otomatis. “Kita tidak akan mundur! Kita akan melindungi diri kita sendiri dan membongkar rencana kalian!” Renata berteriak, wajahnya menunjukkan keberanian.
“Siap!” Arka berteriak dari sudut, menyalakan alat peledak yang sudah disiapkan. “Hanya butuh beberapa detik lagi! Kita harus keluar sebelum semuanya hancur!”
Dalam sekejap, penjaga-penjaga Atlas mulai bergerak maju, mencoba mengepung mereka. “Kalian semua akan ditangkap! Tidak ada jalan keluar dari sini!” salah satu penjaga berteriak, melangkah lebih dekat dengan senjata terarah.
“Jangan biarkan mereka mendekat!” kata Kai, berusaha menahan ketakutannya. “Kita harus bertahan, sekadar untuk beberapa detik lagi!”
Mila mengangkat tangannya, menunjukkan alat yang dapat mengeluarkan suara bising yang sudah mereka siapkan. “Ayo, kita gunakan ini untuk mengalihkan perhatian mereka!” Dia menyalakan perangkat, dan suara gemuruh memenuhi ruangan, membingungkan para penjaga.
“Sekarang!” Kai teriak, berlari ke arah pintu keluar yang terbuka. Dia merasa jantungnya berdegup kencang saat melangkah maju, menahan nafsu untuk mundur.
Arka menyusul dengan cepat. “Ke pintu itu!” dia menunjuk ke arah pintu darurat di ujung ruangan, berharap mereka bisa melarikan diri sebelum semua rencana mereka hancur.
Mereka semua berlari sekuat tenaga, berusaha untuk tidak melihat ke belakang. Namun, suara langkah kaki dan jeritan dari penjaga membuat mereka semakin waspada. Mereka tahu bahwa waktu mereka semakin sempit.
---
Di luar, suasana Neo-Jakarta dipenuhi dengan kekacauan. Video yang mereka unggah mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat. Ratusan ribu orang mulai menonton dan menyebarkan informasi, menciptakan gelombang dukungan untuk perlawanan mereka. “Lihat, mereka mendengarkan kita!” Mila berteriak dengan semangat.
“Ayo, kita lanjutkan!” Kai memimpin jalan, menuju ke arah tempat aman yang telah mereka tentukan sebelumnya. Namun, saat mereka berlari, suara drone semakin mendekat.
“Mereka sudah menyadari kita!” Renata berseru. “Kita harus pergi sekarang!”
“Ke arah gedung tua itu!” Arka menunjuk ke arah gedung yang mereka gunakan sebelumnya sebagai tempat berlindung. “Kita bisa bersembunyi di sana sebentar!”
Mereka berbelok dan berlari menuju gedung tua itu, masuk ke dalam dan bersembunyi di balik beberapa barang. Dalam keheningan sejenak, mereka mencoba untuk mengatur napas dan menenangkan diri.
“Gue bisa mendengar suara drone yang mendekat,” kata Kai, khawatir. “Kita harus cepat!”
Renata membuka perangkatnya dan mulai memeriksa situasi di luar. “Ini tidak baik. Mereka mulai mengerahkan lebih banyak drone. Kita tidak punya banyak waktu.”
“Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir kita untuk menghancurkan pusat data Atlas,” kata Mila. “Jika kita berhasil memicu alat peledak sebelum mereka menemukan kita, kita bisa menghancurkan kendali Atlas.”
“Apakah kalian semua siap?” Kai bertanya, memastikan mereka siap untuk bertindak. “Ini akan menjadi pertaruhan besar. Jika kita gagal, kita akan kehilangan semuanya.”
Mereka semua saling menatap, mengingat semua yang telah mereka lalui. “Kita tidak bisa mundur sekarang,” Arka berkata tegas. “Kita sudah sampai sejauh ini. Kita akan bertarung hingga akhir!”
---
Dalam momen yang menentukan itu, mereka sepakat untuk keluar dari tempat persembunyian dan bergerak menuju pusat data. Mereka berlari secepat mungkin, memanfaatkan kegelapan untuk menyembunyikan keberadaan mereka.
Begitu sampai di luar gedung tua, mereka melihat drone-drone berpatroli di udara, menerangi area dengan lampu sorot. Kai merasakan ketegangan yang menyelimuti, tetapi tidak ada jalan mundur.
“Siap?” tanya Renata, menyiapkan alat peledak di tangannya.
“Siap!” jawab mereka bersamaan.
Dengan keberanian yang membara, mereka bergerak menuju pusat data, berusaha menghindari sorotan cahaya. Mereka bisa melihat pintu masuk ke dalam gedung tempat server utama berada.
“Ini dia!” teriak Kai, menunjuk ke pintu besar yang terbuat dari baja. “Kita harus masuk ke dalam!”
Sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara mesin drone semakin mendekat, memaksa mereka untuk bergerak lebih cepat.
“Jangan sampai terjebak!” Mila berteriak, dan mereka semua berlari ke arah pintu.
Arka segera mengatur alat peledak di sekitar pintu masuk dan menyiapkan detonator. “Hanya butuh beberapa detik lagi!” dia berteriak, wajahnya terlihat tegang.
Begitu pintu terbuka, mereka melangkah ke dalam ruangan gelap yang dipenuhi dengan mesin dan layar. Di tengah ruangan, terlihat server utama yang berkilauan. “Kita harus menghancurkan ini!” kata Renata, menunjuk ke arah server.
Arka menyalakan alat peledak. “Sekarang!” dia teriak, dan semua orang berlari menjauh.
Detonator berbunyi, suara ledakan menggetarkan ruangan. Mereka semua terlempar ke belakang saat debu dan serpihan berterbangan. “Ayo, kita pergi!” teriak Kai, mendorong mereka untuk segera bangkit.
---
Mereka melarikan diri ke pintu darurat di sisi lain ruangan, berusaha menjauh dari pusat data yang mulai hancur. Ketika mereka melangkah keluar, suara sirene mulai berbunyi, menandakan bahwa mereka telah memicu sistem keamanan Atlas.
“Ke arah belakang!” seru Mila, menunjuk jalan yang tidak terlihat. Mereka berlari melalui lorong-lorong sempit, berusaha mencari jalan keluar.
Namun, langkah mereka terhenti ketika drone mulai meluncur mendekat. “Mereka menemukan kita!” teriak Renata, mencoba menahan napasnya.
“Jangan panik! Kita harus bergerak lebih cepat!” Kai memimpin mereka melalui jalur yang penuh kegelapan, berharap menemukan celah untuk melarikan diri.
Akhirnya, mereka mencapai pintu keluar yang terbuka. “Di sini!” Kai berteriak, dan mereka melangkah keluar ke udara malam yang dingin. Namun, ketika mereka berbalik, melihat kebakaran dan ledakan yang menghancurkan pusat data, rasa lega yang mereka rasakan tergantikan oleh ketegangan.
“Drone-drone itu sudah di luar!” Arka berteriak, melihat beberapa drone melayang di atas mereka. “Kita harus pergi dari sini!”
Mereka berlari menjauh, mengikuti jalan setapak menuju hutan kecil di dekat pusat data. Dalam hati mereka, ada harapan yang mulai berkilau. “Jika kita berhasil keluar dari sini, kita bisa melawan Atlas,” kata Kai.
Namun, saat mereka berlari, suara drone mendekat, semakin keras. “Mereka akan segera menemukan kita! Kita harus cepat!” Mila mengingatkan, saat napasnya semakin berat.
Akhirnya, setelah berlari sejauh mungkin, mereka sampai di pinggir hutan. “Ini saatnya kita berpisah!” kata Kai. “Kita harus menyebar agar tidak terdeteksi. Temukan tempat aman, dan kita akan bertemu di titik koordinat yang kita sepakati!”
Semua orang mengangguk, dan dalam kegelapan malam, mereka mulai berpisah. Rasa ketakutan menyelimuti mereka, tetapi harapan untuk melawan Atlas masih ada.
---
Kai berlari lebih dalam ke hutan, berusaha mencari tempat persembunyian. Saat suasana mulai tenang, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. “Siapa itu?” dia berbisik, berusaha mengawasi sekeliling.
Dengan hati-hati, dia bersembunyi di balik semak-semak, berusaha mendengar suara yang mendekat. Ternyata, itu adalah Renata yang muncul. “Kai! Syukurlah, itu lo!” dia berbisik, terlihat lega.
“Lo tahu di mana Arka dan Mila?” tanya Kai, wajahnya berkerut penuh kekhawatiran.
“Mereka berdua selamat, tapi kita harus segera keluar dari sini sebelum Atlas mengirim lebih banyak pasukan,” jawab Renata, napasnya tersengal-sengal.
Mereka mulai bergerak lebih jauh ke dalam hutan, berusaha menemukan jalan keluar yang aman. Suara langkah drone dan sirene masih terdengar samar di kejauhan.
.
.
.