Jerat Hati Sang Duda Dominan

Jerat Hati Sang Duda Dominan

Prolog

...18+...

...Adult, Dark Romance, Angst....

...~••~...

"Saya mau kamu pakai ini, sekarang!" Tidak ada bantahan yang pantas Kirana terima selain menuruti perintah seorang Ailard Rajendra Wiratama, putra kedua dari keluarga Wiratama yang berhak mendapatkan nama belakang keluarganya yang terpandang.

"Tapi Mas—"

"Are you contradicting me?" (Kamu membantah saya?)

"Baiklah,"

Dengan hati yang tak ingin, Kiran mengambil gaun malam dari tangan Ailard. Kakinya ragu-ragu melangkah masuk kedalam kamar mandi milik laki-laki itu, namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.

Ia pandangi dirinya didalam cermin, yang sudah berpakaian seperti apa yang diinginkan Ailard.

Tiga tahun terjebak dengan laki-laki dominan itu dan Kiran belum memiliki solusi untuk bisa lepas dari cengkeramannya.

Setiap hari yang ia lalui tidaklah semenakutkan sejak pertama kali ia menginjakan kaki di rumah super mewah milik Ailard. Kini semuanya tampak biasa saja, walaupun Kiran ingin sekali lepas dalam kendalinya, tapi langkahnya kembali di seret kedalam gelapnya pengharapan yang kian sirna.

"Bisa Kiran, kamu pasti bisa!"

BRAK!

"Kenapa kamu jadi lambat seperti ini Kirana? How dare you take up my time waiting for you huh?" (Beraninya kamu menyita waktu saya untuk menunggumu, hah?)

"Maaf Mas, aku—"

"Kamu harus diberi hukuman!"

"Mas Ailard—"

Tubuh Kiran di gendong paksa Ailard. Setelah sampai di depan ranjang kasurnya, Ailard melemparkan tubuh Kiran. Dia sendiri tengah melucuti seluruh pakaiannya dengan tergesa-gesa sampai akhirnya tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun yang tersisa.

Ailard merangkap naik keatas ranjang dengan tubuhnya diatas Kiran. Ailard mulai melakukan keinginannya yang menggebu-gebu. Untuk mengambil langkah pertama dalam permainannya adalah menciumi bibir tipis perempuan itu yang sangat menggoda matanya. Berlalu pada leher dan seluruh bagian dadanya. Semua bagian atas sudah ia akuisisi tanpa celah yang tertinggal. Kini waktunya untuk pindah ke wilayah yang lebih rawan dan paling ia nikmati.

"Mas... tidak disana!"

"Kamu bilang apa?"

"Tidak disana Mas..."

"Diam!"

Tubuh Kiran menggelinjang hebat kala sesuatu yang basah menyisir inti tubuhnya dibawah sana, membuatnya kembali menutup mulutnya untuk tidak mengeluarkan suara mendesah yang sangat ia benci.

Ailard melakukannya dalam durasi yang cukup lama, entah berapa jam yang dia lakukan tetapi Kiran sudah tidak sanggup lagi, bahkan untuk memikirkan hal lain selain dirinya yang kembali jatuh dalam neraka yang diciptakan oleh Ailard berulang kali.

"Tidurlah disini Kiran, kamu pasti tidak memiliki tenaga untuk melangkah walau hanya satu hasta." Ailard berbisik ditelinga perempuan itu yang entah sejak kapan sudah lebih dulu menutup matanya. Ailard tersenyum miring, bisa-bisanya perempuan ini selalu membantah disaat dirinya tengah memberikan kenikmatan untuknya.

Kaki telanjang Ailard turun dari ranjang menuju lemari untuk mengambil bathrobe miliknya. Tubuhnya segera ia tutupi dengan kain itu, kemudian ia bergerak menuju balkon. Tangannya bergerak mematik api dari korek gas miliknya pada satu batang rokok yang terselip didalam mulutnya.

Asap rokok itu mengapung diudara lalu lenyap dimakan angin malam. Ailard memikirkan banyak hal, tentang dirinya yang sudah sangat jauh dari Ailard tiga tahun yang lalu. Perceraian karena pengkhianatan istrinya membawa Ailard yang sekarang, yang sisi buasnya kembali di bangunkan.

Lalu tangannya bergerak mengambil handphone diatas meja, membuka layar gawainya untuk melihat foto anaknya, Rosemary yang sudah berusia empat tahun. Anak gadisnya yang lebih mirip dirinya dalam versi wanita, sangat cantik.

...•••...

Semua orang berkumpul di ruang keluarga, suara tawa, perbincangan dan candaan menghangatkan suasana. Namun, ditempat lain dua orang yang berbeda gender tengah berduaan intim disebuah ruangan bersantai yang biasa dipakai untuk bermain billiard.

"Mas, tolong jangan sekarang. Banyak keluargamu diluar sana, sebaiknya Mas berkumpul dengan mereka—"

Kiran menggigit bibirnya, menahan desahan yang keluar tanpa ia inginkan. Tubuhnya kaku saat Ailard terus mendekat dari belakang, mencium tengkuknya dengan sentuhan yang panas. Posisinya yang berdiri di depan meja biliard membuatnya tak punya tempat untuk melangkah menjauh.

"Mas Ailard... jangan sekarang, tolong," ucapnya pelan, setengah memohon, namun suaranya bergetar. Ia tahu persis bagaimana Ailard jika sudah seperti ini—dia tak pernah menerima penolakan.

Ailard hanya terkekeh kecil, tangannya mulai melingkar di pinggang Kiran, menarik tubuhnya lebih dekat. "Kamu selalu bilang 'jangan sekarang,' tapi setiap kali juga kamu menyerah dengan sentuhan saya. Kenapa harus berbohong?" bisiknya di telinga Kiran.

Kiran memejamkan mata, berusaha menguatkan diri. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena perasaan romantisme, tetapi rasa jijik. Ailard selalu membuatnya merasa terperangkap, dan kali ini pun tak berbeda. Suara riuh dari keluarga yang tengah berkumpul di luar sana seperti mengingatkannya bahwa dunia ini penuh ironi—di satu sisi, kehidupan normal tampak berjalan, sementara di sisi lain, ia terjebak dalam situasi yang menyiksa.

"Aku... aku hanya ngga mau mereka curiga, Mas," katanya lagi, mencoba alasan apa pun yang bisa menghentikan situasi ini. "Mereka pasti mencari Mas kalau terlalu lama."

Ailard menghentikan gerakannya sesaat, namun senyumannya tetap sinis. "Jangan beralasan pelacur kecil, tetaplah diam dan nikmati apa yang saya berikan!"

Tubuh Kiran terasa lemas. Ia tahu tak ada gunanya berdebat. Perlawanan kecilnya hanya akan membuat Ailard semakin keras kepala.

Tangan kekar Ailard dengan mudah menyibak pakaian bawah baby sister yang dikenakan Kiran keatas hingga memperlihatkan CD nya saja, dan itu membuatnya merasa semakin tak berdaya.

"Mas... tolong," bisiknya pelan.

"Lihatlah, tubuhmu selalu mendambakan sentuhan saya Kiran. Jangan munafik." Gerakan Ailard lambat tapi penuh kuasa, seakan menikmati setiap detik yang berlalu saat ia mendominasi situasi. Kiran menahan napasnya, berharap ini segera berakhir.

Puas bermain dibawah inti tubuh perempuan ini, sekarang tangannya bergerak keatas, membuka dua kancing teratas hingga memperlihatkan belahan miliknya perempuan ini yang terekspos dari belakang tubuhnya.

"Mas, aku mohon jangan..." Kiran terus saja memohon, ia punya firasat tidak enak setelah ini, sungguhan tingkah laku Ailard yang kotor ini semakin menjadi-jadi.

"Sialan! Jangan memerintah saya!" Umpat Ailard dengan suaranya yang tercekat, ia tak bisa menahan rasa sesak dibalik celananya lagi yang selalu bereaksi setiap kali melihat tubuh Kiran.

"Saya tidak bisa lembut jika kamu terus membangkang Kirana!"

Ailard mengembuskan napas kasar dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh Kiran. Saat gumpalan yang terasa keras itu menyentuh tempat rahasianya, Kiran di tempatkan posisinya dalam posisi sedikit merunduk dan tangan pria itu kembali memegangi pinggangnya.

Suara resleting celana Ailard terdengar dan ia mengeluarkannya yang sudah siap untuk memasuki surga dunia milik Kirana, namun sebelum ia berhasil memenuhi inti milik perempuan ini, suara deritan pintu terdengar nyaring di pendengaran mereka.

Pintu terbuka. Kiran mengangkat kepalanya, dan matanya bertemu dengan wanita yang hendak memasuki ruang bersantai. Wanita itu menjerit saat melihat mereka berdua.

Gedebuk.

Ibu Tiara langsung pingsan dan jatuh ke lantai. Ailard yang melihat itu membelakakan matanya, syok melihat ibunya melihat mereka dalam keadaan seperti ini.

...•~•...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!