NovelToon NovelToon
Terhisap ke Dunia Game: 5 Nyawa untuk 1 Harta

Terhisap ke Dunia Game: 5 Nyawa untuk 1 Harta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Epik Petualangan / Dunia Lain / Penyeberangan Dunia Lain / Game
Popularitas:410
Nilai: 5
Nama Author: Vyann

Tiga sahabat, Reza, Bima, dan Fajar, terjebak dalam sebuah misi absurd di tengah gurun pasir setelah disedot oleh portal misterius. Dengan hanya lima nyawa tersisa, mereka harus menghadapi tantangan aneh dan berbahaya untuk mencapai harta karun legendaris. Setiap kali salah satu dari mereka mati, mereka "respawn" seperti dalam permainan video, tetapi jumlah nyawa mereka berkurang, mendekatkan mereka pada nasib terjebak selamanya di gurun.

Setelah berlari dari kejaran buaya darat dan selamat dari angin puting beliung yang disebut "Angin Putri Balalinung," mereka menemukan helikopter misterius. Meskipun tidak ada yang tahu cara mengendalikannya, Bima mengambil alih dan, dengan keberanian nekat, berhasil menerbangkan mereka menjauh dari bahaya.

"Bro, lo yakin ini aman?" tanya Reza sambil gemetar, memandangi kokpit yang penuh dengan tombol.

Bima mengangguk ragu, "Kita nggak punya pilihan lain, kan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vyann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan dengan Bayangan Sendiri

Setelah berhasil mengalahkan monster-monster besar sebelumnya, Reza, Fajar, dan Bima melanjutkan perjalanan melewati padang pasir yang panas. Langit mulai mendung, tanda bahwa sesuatu yang aneh akan terjadi. Di depan mereka, sebuah cermin raksasa setinggi tebing muncul di tengah jalan.

"Eh, apaan lagi tuh?" Fajar berhenti dan menatap cermin besar itu sambil mengernyit. "Nggak mungkin kita disuruh ngaca dulu sebelum lanjut, kan?"

Reza, yang selalu penasaran, mendekati cermin itu dengan langkah penuh percaya diri. "Wah, mungkin kita ketemu tukang rias, biar makin keren buat ngambil harta karun," candanya sambil tertawa.

Bima ikut mendekat dan menyentuh cermin tersebut. "Coba-coba aja, siapa tau ini cerminnya kayak pintu Doraemon."

Namun, begitu Bima menyentuh cermin, sebuah getaran hebat terjadi. Cermin itu bersinar terang, memancarkan kilau yang menyilaukan mata mereka. Dalam hitungan detik, bayangan mereka keluar dari cermin dan berdiri di depan mereka.

"Waduh!" Reza mundur beberapa langkah, matanya melotot. "Itu... itu... gue! Tapi, kok... gue lebih keren?" Dia menatap bayangannya yang memiliki pose yang lebih gagah dan terlihat sedikit lebih tinggi dari dirinya.

Bayangan Reza tersenyum jahat. "Keren? Coba aja lu bisa ngalahin gue dulu," katanya dengan suara yang mirip dengan Reza, tapi lebih seram.

Bima dan Fajar juga menghadapi bayangan mereka sendiri. Bayangan Fajar menatapnya dengan tatapan penuh tantangan, sementara bayangan Bima bersandar dengan santai sambil memutar pedang.

"Serius? Gue harus ngelawan versi diri gue sendiri? Yang ini kayaknya lebih malas dari gue!" Fajar menggaruk kepala, bingung bagaimana caranya melawan bayangannya yang tampak tidak peduli.

Bayangan Fajar menyeringai. "Lu bilang gue malas? Hah! Liat aja, siapa yang bakal menang di sini."

Bima juga mendapati bayangannya berdiri dengan penuh keanggunan, memegang pedang dengan profesionalisme yang membuat Bima gugup. "Oke, ini nggak akan gampang," gumamnya.

Reza, yang paling nggak sabaran, langsung melompat ke depan dan menyerang bayangannya dengan kapaknya. "Awas lu! Gue bakalan ngalahin lu!"

Namun, bayangan Reza bergerak cepat, menghindar dan menyerang balik dengan kecepatan yang sama. Dalam beberapa detik, mereka berdua terlibat dalam pertarungan yang kacau tapi konyol, karena setiap gerakan Reza selalu sedikit terlambat dari bayangannya.

"Kenapa lu lebih jago dari gue, sih?" teriak Reza sambil kewalahan. "Gue kan yang asli!"

Bayangan Reza hanya tertawa, "Karena gue versi upgrade dari lu, Reza! Hahaha!"

Sementara itu, Fajar mencoba menembakkan panah ke bayangannya. "Oke, Fajar versus Fajar! Let's do this!" teriaknya dengan penuh semangat. Namun, setiap kali dia menembak, bayangan Fajar mengelak dengan gerakan lambat yang tetap efektif.

"Serius? Lu lebih malas dari gue beneran!" Fajar mengeluh sambil meleset terus.

Bima, yang paling tenang, mencoba memikirkan strategi. "Oke, kita harus mikir cara lain. Kalo kita ngelawan mereka kayak gini, mereka selalu tahu gerakan kita duluan."

Reza, sambil terus berusaha menyerang bayangannya, berteriak, "Lu ngomong apa sih, Bi? Gue udah cape ngelawan diri gue yang sok keren ini!"

Bima tiba-tiba punya ide. "Denger, kita harus ngelawan mereka dengan cara yang nggak kita biasanya lakukan. Kalo kita ngikutin gaya kita, mereka bakal tahu gerakan kita."

Fajar menatap Bima dengan bingung. "Maksud lu... kita harus bertingkah kayak orang lain?"

"Yup! Gue bakal coba gerakan Reza, Fajar coba gaya Bima, dan Reza coba gaya gue. Siapa tahu mereka nggak bisa ngebaca!" jelas Bima dengan serius.

Reza tertawa, "Hahaha, gue coba gaya Bima? Jadi pendiam dan sok cerdas? Baiklah, tantangan diterima!"

Dengan cepat, mereka bertukar gaya bertarung. Reza yang biasanya mengandalkan kekuatan langsung, mulai bergerak lebih taktis seperti Bima, mencoba menyerang dengan strategi yang lebih terukur. Fajar, yang biasanya mengandalkan kecepatan dan kelincahan, mencoba lebih berani seperti Reza, menerobos dengan agresif. Sedangkan Bima, dengan penuh percaya diri, mulai memanah seperti Fajar.

Ajaibnya, strategi itu berhasil! Bayangan mereka bingung dan tidak bisa memprediksi gerakan mereka. Reza, yang bergerak taktis, berhasil menjatuhkan bayangannya dengan satu tebasan kapak. "Yes! Gue menang! Ternyata jadi pinter kayak Bima seru juga!"

Fajar berhasil menembak bayangannya dengan akurat. "Wah, gue nggak nyangka, Bima, gaya lu keren juga!" teriaknya senang.

Bima, yang biasanya lebih kalem, berhasil menjatuhkan bayangannya dengan gerakan agresif. "Hmm, jadi gila kayak Reza ternyata ada manfaatnya juga."

Setelah mereka berhasil mengalahkan bayangan masing-masing, cermin raksasa itu pecah menjadi serpihan, dan jalan di depan mereka kembali terbuka.

Reza menatap pecahan cermin itu dan berkata, "Gue udah bilang, gue lebih keren dari versi upgrade gue!"

Fajar tertawa, "Kalau gitu, jangan balik jadi Reza yang asli. Tetep aja jadi versi Bima."

Bima tersenyum kecil, "Dan lu juga, Fajar, mending tetep agresif. Soalnya gaya malas lu nggak banyak membantu."

Ketiganya tertawa bersama dan melanjutkan perjalanan mereka dengan perasaan lega setelah berhasil mengatasi tantangan yang satu ini.

**Bersambung...

1
JasmineSeroja82
Lucu Ceritanya/Facepalm/
Vyann: hehe, Makasih udh mau mampir ka/Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!