Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jejak Balqis
Setelah mendapatkan rekaman dari memory card, Andra, Rai, dan Rizky merasa bahwa mereka berada di ujung sebuah misteri yang lebih dalam dari yang mereka bayangkan. Namun, ada satu sosok yang terus menghantui pikiran mereka: Balqis. Ketegangan di antara mereka semakin terasa ketika mereka menyadari bahwa Balqis memiliki peran penting dalam masalah ini.
“Kita perlu berbicara dengan Balqis,” ujar Rizky, mengalihkan perhatian dari rekaman Vano yang baru saja mereka dengarkan. “Dia mungkin tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi antara Vano dan Rai.”
“Bagaimana kalau dia tidak mau berbicara?” Rai bertanya, wajahnya menunjukkan keraguan. “Dia sangat terikat dengan Vano, dan mungkin dia merasa terancam dengan situasi ini.”
“Tidak ada salahnya untuk mencoba,” Andra menambahkan. “Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika Balqis tahu sesuatu, itu bisa membantu kita menemukan kebenaran di balik kematian Vano.”
Setelah berdebat singkat, mereka sepakat untuk mengunjungi Balqis di kosan yang tidak jauh dari kampus. Suasana hati mereka campur aduk, antara harapan dan ketidakpastian. Saat mereka tiba di depan pintu kosan Balqis, Andra menghela napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu.
Beberapa detik kemudian, Balqis membuka pintu, dan wajahnya tampak terkejut. “Andra? Rai? Rizky?” tanyanya, bingung melihat ketiga teman Vano berdiri di depan pintu. “Ada apa?”
“Bisa kita bicara sebentar?” Andra bertanya, melihat ke dalam mata Balqis yang terlihat penuh kekhawatiran.
Balqis mengangguk, meski ada raut tegang di wajahnya. “Tentu. Masuklah.”
Mereka masuk ke dalam kosan yang sederhana namun terasa hangat. Balqis duduk di tepi tempat tidurnya, sementara Andra, Rai, dan Rizky memilih duduk di lantai. Suasana menjadi hening sejenak, hingga Andra memutuskan untuk membuka pembicaraan.
“Balqis, kami ingin tahu lebih banyak tentang Vano. Terutama tentang hubungan kalian. Apa yang sebenarnya terjadi sebelum dia meninggal?” Andra bertanya, berusaha terdengar lembut meskipun hatinya berdebar.
Balqis tampak mengerutkan dahi. “Kami baik-baik saja, sampai beberapa waktu terakhir. Vano berubah, dia menjadi lebih tertutup dan sering memikirkan hal-hal yang tidak biasa,” katanya, suaranya bergetar.
“Apakah itu berkaitan dengan Rai?” Rizky bertanya, berusaha menggali lebih dalam.
Balqis terdiam sejenak, matanya berkilau dengan air mata. “Saya tidak tahu. Saya merasa cemburu dan khawatir. Vano sering berbicara tentang Rai dan tampaknya menganggapnya sangat berarti. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.”
“Vano pernah merekam pesan untukmu, dia sepertinya merasa tertekan,” Rai menyela, mengingat rekaman yang baru saja mereka dengarkan.
“Pesan?” Balqis terkejut. “Apa yang dia katakan?”
Andra menceritakan isi pesan Vano, mencoba menyoroti bagaimana Vano merasa bingung dan tertekan dalam hubungannya. Balqis mendengarkan dengan penuh perhatian, dan semakin mendengarkan, semakin terlihat beban di wajahnya.
“Dia mengatakan bahwa hubungan kami tidak nyaman, tetapi dia tidak pernah menjelaskan kenapa,” Balqis menghela napas berat. “Saya ingin membantunya, tetapi saya merasa terjebak.”
“Balqis, apakah ada hal lain yang kamu tahu tentang Vano? Teman-teman kami mengatakan kamu memiliki hubungan yang rumit dengan dia,” Rizky menambahkan, menatap Balqis dengan intens.
Balqis mengangguk perlahan. “Ya, memang ada masalah. Vano dan saya sering berdebat tentang keyakinan kami. Saya orang Islam, dan dia Katolik. Itu selalu menjadi isu besar bagi kami,” ujarnya dengan suara penuh kesedihan. “Saya tidak pernah berpikir bahwa itu akan berakhir seperti ini.”
Rai merasakan hati Balqis yang terluka, tetapi ia juga merasa ada yang tidak beres. “Tetapi, Balqis, kau tidak menjelaskan mengapa kamu merasa cemburu. Apakah ada hal yang membuatmu berpikir Vano lebih dekat dengan Rai?” tanyanya.
Balqis menunduk, memikirkan kata-katanya. “Ada satu malam ketika Vano pulang terlambat, dan dia bilang dia bersama Rai. Saya merasa terabaikan, dan ketika saya bertanya lebih jauh, dia terlihat marah,” Balqis mengisahkan. “Sejak saat itu, hubungan kami mulai memburuk.”
Andra dan Rizky saling memandang, mereka menyadari bahwa mungkin ada lebih banyak lapisan dalam cerita ini. “Apakah kamu tahu di mana Vano sebelum dia meninggal?” tanya Andra dengan lembut.
Balqis menggigit bibirnya. “Tidak. Dia bilang dia ada di galeri seni untuk melihat pameran, tapi saya merasa dia menyembunyikan sesuatu,” jawabnya, nada suaranya penuh keraguan.
“Mungkin ada sesuatu yang berhubungan dengan lukisan-lukisan yang dipamerkan. Kami menemukan cat merah di lukisan yang dia lukis,” Rizky menambahkan, berusaha menghubungkan semua titik.
Balqis terlihat bingung. “Cat merah? Apa maksudnya? Saya tidak tahu tentang itu.”
Mendengar jawaban Balqis, Andra merasa ada hal yang lebih dalam. “Kami perlu tahu lebih banyak tentang semua ini. Mungkin kita bisa menemukan hubungan antara semua orang yang terlibat: Vano, Rai, dan kamu. Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Andra.
Balqis mengangguk, tampak bingung namun juga ingin tahu. “Saya ingin tahu juga. Jika ada yang bisa membantu kita memahami ini, saya siap,” ujarnya dengan tekad.
Mereka berempat sepakat untuk mengumpulkan lebih banyak informasi, karena satu hal yang mereka semua yakini: kebenaran di balik kematian Vano masih terpendam, dan setiap orang memiliki bagian dalam teka-teki yang harus dipecahkan. Semakin dalam mereka menggali, semakin banyak rahasia yang terungkap.
Dengan hati-hati, mereka melanjutkan pencarian mereka, bertekad untuk menemukan kebenaran yang terpendam di balik kematian Vano dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di antara semua orang yang terlibat dalam kisah rumit ini. Balqis, Rai, dan Andra saling bersatu, menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan datang.