NovelToon NovelToon
LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

LOVE IS BEAUTIFUL PAIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Withlove9897_1

Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13 plus plus+++

...****...

Brakkk!

Mendadak, tangan Melody membalik bahu lelaki itu, punggung Kaal dihantamkan ke arah pintu sebelum gadis kecil itu menghimpitnya dengan kuat.

"Aku belum selesai Kaal!"

Kaal yang tersentak membelalak, pandangan refleks tertuju ke mata Melody untuk menemukan amarah di sana.

Tetapi tidak ada.

Apa yang ia temukan justru adalah mata berkaca-kaca. Sorotnya sendu, biru, dan selaras dengan pernyataan parau yang dibisikkan dengan penuh keyakinan.

"Kau mencintaiku Kaal"

Untuk sepersekian detik, Kaal terhenyak. Kepalanya kosong, sebab tiba-tiba ia tidak mengerti balasan dari kalimat itu. Sesuatu yang biasanya spontan terucap dengan percaya diri kali ini menjadi jawaban kabur yang kehilangan arti.

"Berhenti berhayal Melody, aku tidak pernah mencintaimu"

Mulut Kaal berucap, sementara tangannya melakukan hal yang kontradiktif. Ia meraih kedua kaki Melody, mengangkatnya hingga sepasang kaki gadis tersebut melingkar di pinggangnya.

Bibirnya meraih, memagut bibir Melody yang segera membalas. Langkahya menjadi terburu, membawa Melody dekat ke ranjang sebelum menjatuhkannya di sana.

Dua mata tertambat mengamati, menyaksikan satu per satu pakaian yang tanggal dan berserakan sebelum akhirnya sang pemilik bertutur

"Bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa kau tidak mencintaiku?"

Kaal memilih bergeming, ia meminum banyak-banyak sosok Melody yang terbaring di bawahnya, seluruh pakaian gadis itu telah tandas.

"Kaal." Melody menegaskan tidak sabar.

Membuat ia terpaksa menyahut, di antara napas yang kembali tercuri oleh ciuman, di antara kepala yang semakin ramai terisi oleh Melody Senja

"Aku memang tidak mencintaimu Melody"

"Kau berbohong Kaal"

"Tidak, itu bukan sebuah kebohongan. Yang aku lalukan saat ini yang merupakan sebuah kebohongan Melody"

Kaal membimbing kepala Melody ke atas bantal dengan sangat hati-hati, sebuah perlakuan yang tidak pernah ia lakukan kepada partner bercintanya di manapun.

Kaal menyingkirkan poni yang menghalangi mata gadisnya itu, menciumnya sekali lagi di bibir, di leher, di dada, di mana saja yang terjamah penglihatannya.

Lalu....

"Aku mencintaimu."

Kaal yakin ia sedang berbohong, Kaal yakin ia sedang membuktikan poin sebelumnya, tetapi entah kenapa hatinya tidak mengatakan demikian.

"Mengapa itu terdengar jujur Kaal?"

"Apa kau benar-benar mencintaiku seperti yang kau katakan barusan?" Melody bertanya selagi Kaal beranjak ke bawah, mengaitkan kedua kaki gadis itu ke atas bahunya.

"Aku sudah katakan aku adalah pembohong yang baik Melody"

Itu fakta, itu sebuah kejujuran—bahwa ia, selama ini, memang pembohong yang baik. Namun kali ini pernyataan tersebut tidak lagi relevan.

Sejarah telah berubah dan Kaal tidak ingin mengakuinya.

Mengalihkan kecamuk yang melanda, Kaal mulai memainkan lidahnya di bagian bawah tubuh Melody.

Ia menjilati bagian bawah gadis itu dengan perlahan, perlakuan lembutnya itu menghasilkan desahan yang mengirimkan jemari Melody untuk menelusup ke sela rambutnya.

Kemudian bibirnya beranjak menggigit paha Melody, memberikan hisapan yang meninggalkan jejak di sana sebelum kembali memusatkan diri ke bagian bawah tubuh gadis itu.

Layaknya telepati, Kaal mengetahui bahwa Melody berbeda dengan orang yang pernah tidur dengannya, ia ingin gadis itu menikmatinya tanpa merasa sakit, ia melakukan pemanasan, memberikan rangsangan sampai bagian bawah gadis itu menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan sebagai lubrikasi.

Dalam situasi serupa, Kaal biasanya memilih bercinta yang kering, ia hanya melumuri miliknya menggunakan saliva nya, kemudian ia akan langsung menghujamkan miliknya tanpa peduli teriakan kesakitan dari lawan mainnya.

Sedangkan dengan Melody, ia benar-benar mempersiapkan bagian tubuh Melody perlahan —menjilatinya hingga sangat basah, memasukkan jarinya satu per satu seraya mendengarkan rintihan Melody yang lambat laun mereda, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mendorong ujung miliknya masuk perlahan kedalam gadis itu.

Melody melepaskan desahan pendek. gadis itu mengangkat sedikit tubuhnya untuk menggapai leher Kaal. Bibir mereka kembali beradu dalam ciuman yang kasar.

Pembicaraan sebelumnya mendadak luntur untuk sejenak. Apa yang bersarang di kepala dua sejoli yang kini saling lekat adalah hasrat yang memuncak.

Kaal membiarkan seluruh miliknya masuk, membuat tubuh Melody terjatuh pasrah di atas ranjang.

Kaal membuka kedua kaki gadis itu lebih lebar, matanya tidak lepas untuk meneliti setiap apa yang merupakan bagian dari gadis itu—pipi yang bersemu, tubuh yang menggeliat, bagian bawah gadis itu yang meregang setiap kali Kaal menghujamkan miliknya lebih dalam.

Desahan beruntun mengisi ruangan, erangan yang saling sahut serta suara peraduan yang semakin intens. Di antara hujaman, Kaal tidak sengaja menangkap leher Melody yang tidak bernoda.

Bayangan yang tidak perlu masuk, sesuatu yang paling dekat dengan cemburu mendadak tersulut.

Tanpa pikir panjang, Kaal menghisap leher Melody—gerakan sama sekali tidak melambat. Panas napas Melody berhembus ke telinganya, desahan lemah memabukkan yang membuat Kaal hilang pertahan diri.

Kenyatannya—ia, ternyata, tidak sekuat yang ia kira.

"Kau sempurna, Melody."

Seketika, Kaal merasakan tubuh Melody mendekapnya erat, napas gadis itu berubah berat

"Apa itu sebuah kebohongan juga? Katakan bahwa kau berbohong Kaal."

Dalam satu perpindahan tajam, Kaal menusuk bagian paling sensitif Melody.

Gadis yang berbaring di bawahnya berteriak, punggung melengkung oleh setiap hujaman menukik yang beruntun setelahnya.

"K-Kau belum men–," Melody menggumam susah payah

"Kau belum menjawab."

Gerakan Kaal meningkat lebih brutal—ia berusaha membungkam Melody, membuat gadis itu diam, diam, diam, sebab ia tidak bisa berada di bawah tekanan seperti ini.

Akan tetapi kekhawatirannya diperkuat ketika Melody justru melanjutkan dengan

"Ini kali pertamaku, aku belum pernah melakukan ini sebelumnya."

Aku tahu

Kaal hanya terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali gerakan yang sebelumnya tertunda.

"Hari itu. Ketika aku pergi semalam suntuk, aku tidak melakukan hal itu." Melody menjelaskan lebih lanjut.

"Aku hampir melakukannya. Aku ingin mengetahui apa yang membuatmu begitu menyukai hal ini. Tetapi, ketika lelaki itu mulai menciumi tubuhku aku merasa salah."

Kepala Kaal segera dipenuhi kabut, ia sungguh berselimut kalut.

"Aku hanya ingin kau, aku hanya menginginkanmu, bukan yang lain Kaal."

Tangan mungil Melody menyibak rambutnya yang jatuh, gadis itu lantas beranjak ke pangkuan Kaal untuk menanamkan satu ciuman dalam ke bibirnya.

"Jadi aku mohon, katakan padaku bahwa semua yang kau ucapkan tadi benar hanya sebatas dusta."

Bibir gadis itu beranjak ke garis rahangnya, meninggalkan kecupan-kecupan kecil di sana.

"Sebab aku butuh alasan untuk menyudahi ini Kaal"

Gadis itu memeluknya, kepala terkubur pada ceruk leher Kaal selagi tubuh mereka bergerak lambat.

"Sebab aku sungguh butuh alasan untuk menyerah padamu."

Mendengar itu, dada Kaal sesak oleh pengakuan, mengenai ia yang tidak ingin ini terjadi, mengenai ia yang sejujurnya memuja Melody lebih dari apapun walaupun cara yang ia gunakan tidak wajar, mengenai hatinya—yang berada di ambang, Melody hanya memerlukan satu kali ketukan sebelum menjadi pemilik seutuhnya.

Juga mengenai ia yang tahu bagaimana jika cerita cinta ini benar terwujud—mereka jatuh cinta, mereka menjadi sepasang kekasih, Kaal melakukan kesalahan, Melody yang memaafkan, Kaal yang kembali melakukan kesalahan, Melody yang terlalu mudah memaafkan.

Dalam siklus tersebut, Melody akan hancur tepat di depan mata Kaal tanpa ia sadari kapan. Ia hanya akan dapat mendeteksinya ketika Melody telah benar-benar lebur.

Maka dari itu ia memberikan tamparan kepada dirinya sendiri untuk sekedar menyadarkannya lagi; ia tidak boleh jatuh cinta

"Tentu aku sedang berbohong."

Pernyataan itu terlambat, janggal, dan ragu—Melody menangkap semuanya.

"Kau benar-benar kejam Kaal."

Meraih pinggang ramping Melody, Kaal berupaya menghilangkan kalimat gadis itu dengan meningkatkan tempo gerakan dengan semakin cepat dan membenamkan miliknya semakin dalam, menekan titik terdalam gadis itu.

Ya hanya itu yang bisa Kaal lakukan saat ini mendorong masuk miliknya hingga dalam, menaikturunkan tubuh Melody sembari menyingkirkan keinginan untuk membawa Melody berbaring di lengannya, menenangkan gadis itu dengan sentuhan lembut, atau harapan mengenai masa depan.

Gesekan tubuh keduanya berubah menjadi lebih basah dan semakin brutal—bukan hanya karena peluh, melainkan karena air mata Melody yang mulai memenuhi bahunya.

Klimaks keduanya menjemput bersamaan, tubuh mereka menegang, dekapannya saling mencekik dan air mata Melody turun lebih deras.

"Kaal, inilah bagaimana aku rusak. Ini lah bagaimana kau berhasil membuatku patah..."

Melody menangis tanpa suara, lengan melingkar kuat di leher Kaal untuk mempertahankan posisi mereka.

"Bukan dengan kau yang menginjak perasaanku dengan sengaja, melainkan dengan kau yang membuatku merasa berharga walaupun kenyataannya tidak demikian."

Kaal ingin membantah.

Tentu, kau berharga Melody

Tentu, sebab kau yang paling berharga untukku

Namun, seluruh kata sebaiknya tetap terperangkap pada tempatnya.

Melody Senja, ketahuilah, kau lebih baik patah.

Aku tidak ingin dikenang sebagai seseorang yang mencintaimu kemudian menghancurkanmu.

...TBC...

1
Mimin Mimin
update lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!