Tidak semua cinta terasa indah, ada kalanya cinta terasa begitu menyakitkan, apalagi jika kau mencintai sahabatmu sendiri tanpa adanya sebuah kepastian, tentang perasaan sepihak yang dirasakan Melody pada sahabatnya Kaal, akan kah kisah cinta keduanya berlabuh ataukah berakhir rapuh
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Withlove9897_1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
...****...
Aku tidak mengerti mengapa kau terus menyamakan dirimu sendiri dengan Vicky, kau berbeda dengannya Kaal, kau bukan dia, kau Kaal Vairav"
Melody kembali memotong di tengah, tidak ingin mendengar lebih lanjut mengenai apa yang sedang dikemukakan Kaal.
"Dan kumohon hentikan omong kosong ini. You're not him."
"Jangan sok tahu Melody"
"Tidak, bagiku kau bukan dia."
"Aku bilang jangan sok tahu!" Kaal mendesis marah. Ia mengambil langkah cepat menuju pintu seraya berseru
"Kita hentikan ini Melody, lakukan apa pun yang kau suka."
"Kau bisa tinggalkan tempat ini jika itu maumu, aku tak akan memaksamu untuk tinggal"
Brakkk!!!.
Mendadak, tangan Melody membalik bahu lelaki itu, punggung Kaal dihantamkannya ke arah pintu sebelum gadis kecil itu menghimpitnya dengan kuat.
"Aku belum selesai bicara Kaal!"
Kaal yang tersentak membelalak, pandangan refleks tertuju ke arah mata Melody untuk menemukan amarah di sana.
Tetapi tidak ada. Ia tak menemukannya
Apa yang ia temukan justru adalah mata berkaca-kaca. Sorotnya sendu, biru, dan selaras dengan pernyataan parau yang dibisikkan dengan penuh keyakinan.
"Kau mencintaiku Kaal, itu yang aku tahu"
Untuk sepersekian detik, Kaal terhenyak.
Mendadak kepalanya kosong, sebab tiba-tiba ia tidak mengerti balasan dari kalimat itu. Sesuatu yang biasanya spontan terucap dengan percaya diri kali ini menjadi jawaban kabur yang kehilangan arti.
"Berhenti berkhayal Melody, aku tidak pernah mencintaimu"
Mulut Kaal berucap demikian, sementara tangannya melakukan hal yang kontradiktif. Ia meraih kedua kaki Melody, mengangkatnya hingga sepasang kaki gadis tersebut melingkar di pinggangnya.
Bibir Kaal meraih, memagut bibir Melody yang segera membalas. Langkahya menjadi terburu, membawa Melody dekat ke ranjang sebelum menjatuhkannya di sana.
Dua mata tertambat mengamati, menyaksikan satu per satu pabrik yang menempel pada gadis itu dan membiarkannya berserakan sebelum akhirnya sang pemilik bertutur
"Bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa kau tidak mencintaiku? Jika kau tidak mencintaiku lalu kenapa kau melakukan ini padaku Kaal?"
"Kau yang mencintaiku Melody, maka aku bisa melakukan apapun yang kumau, benar, kan?" Ucap Kaal sebelum kembali ia meminum banyak-banyak sosok Melody yang terbaring pasrah di bawahnya, seluruh pabrik yang menempel pada gadis itu telah tandas.
"Hentikan Kaal."
"Tidak"
"Kaal!" Melody menegaskan tidak sabar.
"Apalagi? Kenapa kau tidak diam saja dan nikmati apa yang kulakukan padamu..."
Kaal terpaksa menyahut, di antara napas yang kembali tercuri oleh ciuman, di antara kepala yang semakin ramai terisi oleh Melody Senja, gadis cantik yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit ia jelaskan...
"Aku memang tidak mencintaimu Melody, dan tidak akan pernah berubah"
"Kau berbohong Kaal, kenapa kau sangat keras kepala?"
"Tidak aku tidak keras kepala, itu bukan sebuah kebohongan. Yang aku lalukan sekaranglah yang bisa kau sebut sebagai kebohongan, rasakan Melody, apa yang kulakukan saat ini yang merupakan sebuah kebohongan Melody"
Kaal membimbing kepala Melody ke atas bantal dengan sangat hati-hati, sebuah perlakuan yang tidak pernah ia lakukan kepada partnernya di manapun, perlahan ia menyingkirkan poni yang menghalangi mata gadisnya itu, menciumnya sekali lagi di bibir dan di mana saja yang terjamah penglihatannya.
Lalu....
"Aku mencintaimu, itu yang ingin kau dengar, hm?"
"Jika kau senang dengan kebohongan itu maka aku akan dengan senang hati mengatakan kalimat itu berkali-kali padamu"
"Aku mencintaimu Melody Senja... Ijinkan aku untuk menyentuhmu" Kaal yakin ia sedang berbohong, Kaal yakin ia sedang membuktikan poin sebelumnya, tetapi entah kenapa hatinya tidak mengatakan demikian.
"Mengapa itu terdengar jujur Kaal?"
"Maka anggap itu sebuah kejujuran Melody, meskipun faktanya aku hanya membual"
"Tidak Kaal, aku tahu itu, apa kau benar-benar mencintaiku seperti yang kau katakan barusan?" Melody bertanya selagi Kaal beranjak ke bawah, mengaitkan kedua kaki gadis itu ke atas bahunya.
"Aku sudah katakan aku adalah pembohong yang baik Melody, sudahlah berhenti membicarakan hal yang tak penting Melody, kau akan senang dengan apa yang kulakukan padamu saat ini, maka diam dan nikmatilah"
Itu fakta, itu sebuah kejujuran bahwa ia, selama ini, memang pembohong yang baik. Namun kali ini pernyataan tersebut tidak lagi relevan. Sejarah telah berubah dan Kaal tidak ingin mengakuinya.
Mengalihkan kecamuk yang melanda, Kaal mulai memainkan lidahnya di bagian intim gadis itu.
Perlahan ia mempersiapkan bagian itu dengan pandangan mata yang tak lepas dari gadisnya itu, perlakuan lembutnya menghasilkan desahan yang mengirimkan jemari Melody untuk menelusup ke sela rambutnya.
Kemudian bibir Kaal beranjak menggigit bagian itu, memberikan hisapan yang meninggalkan jejak di sana.
Layaknya telepati, Kaal mengetahui bahwa Melody berbeda dengan orang yang pernah tidur dengannya, ia ingin gadis itu menikmatinya tanpa merasa sakit, ia kembali melakukan pemanasan, memberikan rangsangan sampai gadis itu menghasilkan sesuatu yang dapat ia gunakan sebagai pelumas.
Dalam situasi serupa, Kaal biasanya memilih bercinta yang kering, ia hanya melumuri miliknya menggunakan saliva, kemudian ia akan langsung menghujamkannya tanpa peduli akan teriakan kesakitan dari lawan mainnya.
Sedangkan dengan Melody, Kaal benar-benar mempersiapkan gadis itu dengan perlahan hingga membuat daerah itu sangat basah, memasukkan satu per satu jarinya seraya mendengarkan rintihan Melody yang lambat laun mereda, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mendorong masuk perlahan kedalam gadis itu.
"Ahh..."
...TBC...