John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)
Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Game 13. Keseharian liburan.
Hari ketiga liburan, suasana kafe di tepi kota yang ramai dikunjungi terasa suasana seperti pasar, namun di sudut ruangan yang cukup sepi, tiga gadis duduk bersama sambil menikmati minuman mereka. Rose, Hana, dan Mia berkumpul untuk ngobrol. Iya, kita tau sendiri lah ya, kalo para cewek-cewek ngumpul, topik yang akan dibahas adalah.
Rose duduk tegak dengan wajah datar, memainkan sendok kecil di dalam cangkir kopinya. Hana sibuk dengan es teh manisnya, sementara Mia, dengan semangat yang biasa, mengunyah kue dan memulai percakapan lebih dulu.
"Kalian selalu bersama Roki ya kan? Aku ingin tanya satu hal?" Mia membuka pembicaraan dengan nada yang tenang tapi penuh rasa penasaran. "Roki kayak selalu bisa memecahkan masalah tanpa ribet. Apa dia kayak punya insting atau semacamnya?"
Rose menghela napas, menatap kosong ke arah luar jendela. "Itu cuma masalah logika. Roki memang orang yang tenang, jadi dia nggak terburu-buru dalam berfikir. Dia selalu punya cara untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda."
Hana mengangguk setuju. "Benar, aku juga melihat itu, Sebelumnya saat misteri ruang musik, Roki sama sekali nggak butuh bantuan dari kita dan saat Tanpa kita misterinya langsung terpecahkan. Dia selalu tahu apa yang harus dilakukan." Haba menyeruput tehnya lagi sambil berpikir. "Tapi aku penasaran, gimana caranya dia bisa sepintar itu dalam memecahkan misteri, itu rumor ruangan musik udah bertahun-tahun tidak terpecahkan."
Rose tersenyum kecil. “Itu karena dia punya cara berpikir yang lebih sistematis. Roki nggak cuma mikir tentang solusi. Dia mikir gimana masalah itu bisa muncul, apa tujuan misteri itu?, dan Siapa saja yang terlibat?”
Mia, yang sejak tadi hanya mendengarkan dengan cermat, melipat kedua tangannya di atas meja. "Jadi, kita seharusnya belajar dari cara berpikir Roki, gitu?"
Rose mengangguk. "Kurang lebih begitu. Kalau kita bisa melihat setiap masalah dari berbagai sudut, kita pasti bisa menghadapinya juga seperti Roki, mungkin."
Mia mengerutkan alis. "Tapi, kalian pernah berfikir gak sih, masalah seperti apa yang bisa membuat Roki kehilangan ketenangannya? Yang benar-benar bisa membuat dia merasa takut dan tegang gitu?"
Hana tersenyum jahil, berusaha menghidupkan suasana. "Mungkin kalo hal itu bakalan sulit kalo kasusnya Roki"
Mereka tertawa kecil, meskipun percakapan itu tetap diselimuti rasa penasaran tentang Roki.
Setelah obrolan mereka mengenai cara berpikir Roki selesai, Mia tiba-tiba mendapatkan ide yang tidak terduga. Dengan senyum licik, ia berkata, “Hei, gimana kalau kita main ke apartemen Roki?”
Rose mengerutkan kening sejenak. “Main ke apartemen Roki? Untuk apa? Dia jelas-jelas nggak suka kita datang.”
Hana langsung setuju tanpa pikir panjang. “Kenapa nggak? Kita bisa lihat apartemennya masih bersih atau berantakan lagi? hitungannya kan, kita sudah dua Minggu tidak kesana, siapa tau berantakan lagi.”
Mia menyenggol bahu Rose. “Ayo deh, Rose. Kau kan penasaran juga, ya?”
Rose terlihat ragu, tapi jelas ada sedikit rasa tertarik di dalam hatinya. “Aku nggak yakin ini ide yang bagus... Tapi... Baiklah, kalau sampai Roki marah lagi, aku gak ikutan.”
Mia dan Hana saling menatap penuh kemenangan, lalu mereka bertiga memutuskan untuk langsung menuju apartemen Roki.
Sesampainya di apartemen Roki, ketiganya berdiri di depan pintu, mengetuk beberapa kali dan memanggil nama Roki, namun tidak ada jawaban. Mia mengetuk pintu lagi lebih keras dan cepat, tapi tetap saja tidak ada jawaban.
“Mungkin dia tidur?” Tebakan Rose.
Namun sebelum mereka bisa memikirkan kemungkinan lainnya, seorang pria yang tampak santai keluar dari apartemen sebelah. Pria tersebut adalah tetangga Roki, dia keluar dengan sebuah gitar, karena dia adalah seorang gitaris.
“Kalian nyari Roki ya?” tanyanya sambil tersenyum.
Mia, yang tampak paling penasaran, langsung mengangguk. “Iya, Kak, Roki ada di dalam?”
Tetangga itu tertawa kecil. “Ah, Roki lagi nggak di sini. Dia bilang mau pergi ke rumah temannya untuk liburan. Sudah dua hari ini dia belum kembali, mungkin dalam beberapa hari kedepan juga begitu.”
Hana dan Mia saling pandang dengan kekecewaan yang jelas. Sementara Rose terlihat lega, meskipun ia mencoba menyembunyikannya.
Mia mendesah, “Yah... Selama liburan ini, kayaknya kita tidak bisa main kerumah Roki”
“Kurasa begitu,” kata Rose, dengan nada datar.
Mereka pun pulang dengan perasaan kecewa. Sepanjang perjalanan, mereka bertiga ganti membahas mengenai drama semalam yang semakin hangat ceritanya.
Di sisi lain, di rumah Taro yang terletak cukup jauh dari apartemen Roki, Roki, Kevin, dan Taro sedang duduk di tepi pantai. Pancingan sudah ditancapkan ke pasir, dan mereka bertiga duduk di kursi kecil, mencoba menikmati angin pantai yang sejuk.
Yap, mereka bertiga sedang mencing, karena rasa tegang yang membuat sulit untuk berfikir logis. Dengan memancing ini, mereka berharap bisa kembali santai.
Namun, suasana tidak sepenuhnya santai. Wajah Taro terlihat masih cemas. Ia menatap laut tanpa benar-benar mempedulikan alat pancingnya.
“Surat itu... aku nggak bisa berhenti mikirin surat teror yang datang ke rumahku,” kata Taro, mengembalikan suasana tegang.
Kevin mencoba menenangkan dengan tertawa kecil. “Tenang bro. Kita akan memecahkan dan menemukan pelakunya.”
Roki, seperti Roki pada biasanya. Wajahnya datar dan tidak terlihat tidak peduli akan sekitar. Namun didalam kepalanya, dia sangat menikmati suasana sore di pantai ini. Dengan suasana santai, secara bersamaan dia juga sedang memicingkan beberapa strategi.
“Lihat Roki, Wajahnya biasa saja, tapi aku yakin dalam hatinya dia sangat menikmati ini semua” Ucap Kevin sambil bersandar untuk menunjukkan wajah Roki ke Taro.
Roki mengangkat pancingannya perlahan. “Kita sudah coba analisis siapa yang punya akses ke rumahmu, tapi belum ada petunjuk yang jelas. Surat itu datang di waktu yang berbeda setiap hari. Artinya, pelakunya tahu jadwalmu.”
Kevin menatap Roki dengan alis terangkat, hanya Kevin yang sadar tentang. “Kau mikir apa, Roki?”
Roki menghela napas, menatap ke laut sejenak sebelum menjawab. “Seperti yang baru saja ku bilang, Kita sudah tau siapa saja yang punya akses ke rumah taro. Jadi, sekarang kita harus mulai memikirkan motif ini semua, dengan begitu kita tau betul siapa pelakunya”
Taro mengangguk, meskipun ketakutannya belum sepenuhnya hilang. “Aku cuma pengen semua ini cepat selesai.”
Hari mulai gelap, dan mereka masih belum mendapatkan ikan. Kevin, yang sudah merasa frustrasi, menghela napas panjang. “Yah, kayaknya nggak ada yang dapat ikan hari ini.”
Taro tertawa kecil, meskipun cemasnya masih tampak. “Setidaknya kita sudah mencoba. Tapi memancing memang bisa buat menghilangkan stres”
Roki menatap laut dengan pandangan puas dan senyum tipisnya. “Hasil tidak penting, yang penting proses.”
“Makan tuh proses, jadi, malam ini kita makan apa? Rencananya kita makan dari ikan hasil pancingan kita, tapi gak ada yang dapat ya, gimana?” Ucap Kevin yang menyudahi untuk memancing.
Taro dengan senyum semakin lebar. “Gimana kalo Barbeque?” Ucapnya dengan sangat santai.
Tentu saja mendengar hal itu Kevin kaget, karena yang terlintas dipikiran Kevin saat mendengar Barberqeu, adalah daging sapi panggang.
“Seriusan ah, jadi malam ini kita makan apa?” Kevin masih bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Satu jam kemudian, dibawah bintang-bintang dan rembulan, ada asap yang terkepul dibibir pantai, asap tersebut berasal dari panggang, diatas panggang itu sendiri, ada tagging Kambing dan beberapa sayuran yang enak saat dibakar.
Yap, mereka bertiga beneran melakukan barbeque. Yang memodali semuanya adalah Taro, benar-benar anak yang tajir. Meskipun dagingnya tidak sesuai harapan Kevin(daging sapi) tapi dia tetap menikmati barbeque dengan sangat senang.
END.
Apa, kenapa kalian masih disini? Udah selesai untuk Chapter kali ini, kalian bisa keluar. Seriusan kenapa kalian masih terus membaca, gak lihat udah End? Hah... Yasudah khusus kalian yang masih bertahan membaca sampai kesini.
Rahasia ini antara aku, kalian, dan Roki. Rencana mancing dan diteruskan untuk kemping ini adalah usulan Roki, apa tujuan Roki mengusulkan ini? Tentu saja untuk menjalankan strategi yang sudah dia rancang. Strategi apa? Kita lihat saja di chapter berikutnya.