Kisah Om Naren - Nara kita kemas di sini ya!!!
Menduda???
Bukanlah hal yanh diinginkan oleh Naren. Istrinya yang cantik sudahlah cukup baginya. Namun Asanya yang membumbung tinggi nyatanya tak seindah realita. Nadia Maheswari adalah kekasih sekaligus istri dari seorang Narendra. Kisah cinta yang di kemas Epik.
Namun Perceraian itu mengakibatkan kehidupan Naren berjarak. Bercerai bukan berarti dia akan menikah kembali. Tapi karena anak ingusan itu Naren pada akhirnya harus di hadapkan pada pernikahan kembali.
Dapatkah Naren menerima pernikahan keduanya dengan bayang - bayang masa lalu???? Di mana cintanya untuk Nadia masihlah sangat besar???!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian
Beberapa hari kemudian ...
" Dek ... Tadi kenapa kasar sekali pada kakaknya mas Ahmad," protes Zifa pada adiknya. Nara menghela nafas berat.
" Dia menyentuhmu mbak. Ipar itu terkadang tidak baik dalam hubungan rumah tangga," ujarnya dengan wajah tak bersahabat. Zifa tersenyum kecil dan mencubitnya.
Cchhhiiittt!
" Ahh ... Sakit mbakkk!" teriaknya.
" Gak boleh suudhon gitu sama Kak Naren. Dia jagain mbak karena permintaan mas Ahmad. Nara gak boleh Suudhon gitu!!! Emang Abi pernah ngajarin kita begitu," jawab Zifa pada Nara yang tiduran di pangkuan Zifa.
" Gak Suudhon mbak! Gak suka lihatnya. Selama ada Nara akan Nara bantuin semampunya. Lagian mbak kenapa gak nginep di rumah Abi sih!" selorohnya.
Nara sebenarnya masih dalam aksi menghindari Naren. Tapi, jika mbaknya itu udah calling mana bisa dia menolak. Bahkan dia sampai harus kayak orang buta permanen kala melihat Naren tadi. Sikapnya sadis seperti orang tidak kenal sama sekali.
" Baiknya adik mbak satu ini. Sayang banyak - banyak deh!" ujar Zifa sambil memeluk adiknya.
Ya, Nara dan Zifa memanglah memiliki kedekatan yang luar biasa. Keduanya begitu saling menyayangi bahkan saling berkorban satu sama lain. Yang satunya menguatkan yang satunya belajar menyempurnakan hubungan persaudaraan.
" Mbak ... Tidur! Nara ke dapur bentar ambil minum," ujar Nara menyelimuti kakaknya.
Kehamilan Zifa sebenarnya bukanlah bermasalah. Tapi agaknya kakaknya mengalami penurunan kondisi kesehatan. Mungkin karena anak pertama. Nara khusnudhon saja pada keadaan kakaknya.
Saat di dapur ...
" Apakah begini caramu menjauhiku! Sekasar itukah sikap yang ingin kamu tunjukkan padaku!" seru Seseorang dari belakang.
Degh!
Kaki Nara sebenarnya bergetar begitu pun dengan tangannya. Dia belum mampu jika harus bersitatap dengan Om Naren. Bayangan itu sungguh tak terhapuskan dengan baik. Semua masih terlihat jelas di benaknya. Nara menghela nafas dalam - dalam dan menoleh ke arah datangnya suara.
" Om ingin aku seperti apa??? Bukankah kita sepakat untuk saling bersikap sewajarnya saja," jawab Nara masih belum mau melangkah. Kakinya kebas bahkan masih bergetar namun tak terlihat Naren karena piyama panjangnya.
" Jangan terlalu menjauhiku seperti ini! Biarkan hubungan kita mengalir pula," jawab Naren.
Ada sisi di mana dia tidak suka Nara bersikap kasar hanya demi untuk menghindarinya. Sungguh lebih baik Nara jujur apa yang terjadi dalam dirinya itu. Naren nampak mendekat namun Nara menghentikannya.
Tap. Tap. Tap.
" Stop! Jangan mendekat Om. Rumah ini di huni banyak orang jangan membuat gaduh di tempat ini jika tidak semua akan mendengar!" seru Nara dengan suara di kecilkan.
Dia sungguh ingin merahasiakan apapun yang menjadi aib mereka berdua. Tidak sewajarnya dia dan Naren berbuat tindak tidak senonoh dalam keadaan di luar pernikahan. Namun agaknya Naren tak mengindahkannya. Dia mendekat dan tiba - tiba menggendong Nara serta mendudukkannya di kursi dapur.
" Jangan takut! Aku tidak akan memakanmu malam ini. Minumlah air ini ... Melihatmu bergetar seperti ini mana bisa aku tidur dengan tenang. Andaikan bisa akan kunikahi juga tanpa menunggu aba - aba darimu!" seru Naren membuat Nara menghela nafas.
Naren ternyata memperhatikan gestur tubuh Nara. Awalnya dia memang tak memperhatikan hal itu. Tapi saat Nara menyembunyikan tangan mungilnya di balik teko air yang dia bawa sungguh hati Naren teriris.
Sebegitu trauma-nyakah kamu melihatku Bocah!?? Apakah aku terlalu menakutkan bagimu??? Luka itu setidaknya jangan kamu tutupi dariku. Aku tidak pernah membatasimu, marahi saja aku sampai hatimu merasa puas tapi jangan takut melihatku seperti ini. Batin Naren.
" Istirahatlah setelah ini!" serunya dengan mengusap kepala Nara yang terbungkus kerudung.
Naren pergi dari sana meninggalkan Nara. Nara pun menutup wajahnya, mata yang sedari tadi kering kini kembali menitikkan air mata. Wajahnya yang putih sontak membuatnya berubah warna menjadi kemerahan.
Kenapa masih sekesal ini padanya!!! Semuanya sudah terjadi Nara. Kenapa kamu masih takut???? Dia pun tidak pernah memintamu agar merahasiakan ini.
Naren melihat Nara sesenggukan di dapur rumahnya. Dia lagi - lagi di balut rasa bersalah begitu mendalam. Bisakah dia menjalin hubungan baru dengan anak gadis itu. Naren sudah kesal dengan keadaan yang seperti ini. Beberapa bulan dirinya harus menahan agar bungkam.
...----------------...
" Titip Nara bang!!!! Dia sekolahnya satu arah dengan abang!" seru Mom Rasyi layaknya kedatangan mantu kedua. Bahagianya minta ampun.
" Kenapa harus Naren Mom! Naren sibuk pagi ini," tolaknya dengan terang - terangan.
" Eh ... Gak boleh bersikap buruk pada tamu bang! Dia adiknya zifa loh! Ipar Abang ... " tekan Mom rasyi pada Naren.
" Naren ada meeting! Naren kasih ongkos taksi aja," ujarnya langsung kena pletak Mom Rasyi.
Peltaakkkkk!!!!!
" Mom!!!!" keluhnya.
" Kebiasaan menolak! Dia bukan Maheswari yang akan menggigitmu. Dia itu anak baiknya Ustadz El Abang. Sembarangan kamu menolak mengantarkannya!!!" debat Mom Rasyi. Naren kemudian berdiri dan mengatakan hal yang membuat Mom Rasyi menarik Nara.
" Just 5 Menit Mom! Naren tunggu di mobil," ujarnya dengan berjalan ke arah parkiran rumah. Mom Rasyi menggelengkan kepalanya.
" Cantik! Sorry ya ... Anak mom Rasyi yang ini agak nyolot hehehe. Maklum habis cerai jadi bawaannya pengen marah mulu! Tapi baik kok orangnya sayang," promosi mom Rasyi. Nara terkekeh mendengarnya.
" Cerai Mom! Gak betah kali mom istrinya. Mana pedas benar kata - katanya. Upsss!!! Sorry Mom ... " jawab Nara keceplosan. Mom Rasyi tak tersinggung malah tertawa bersama.
Hahahahah!
" Yuk! Mom antar sampai mobil naren biar dia gak jahatin kamu cantik!" ajak mom rasyi pada Nara. Nara menatap kakaknya dan berpamitan padanya.
" Nara berangkat mbak?!" pamitnya.
" Hati - hati dek!" serunya sambil menerima uluran tangan Nara.
Zifa akan cuti selama 1 bulan penuh pra kalahiran si baby. Jadi, Nara akan menemaninya di rumah ini. Agar Zifa tidak bosan di kediaman mertuanya. Setidaknya Nara akan menghilangkan rasa rindunya pada sang suami.
Di parkiran ....
Tin. Tin. Tin! Suara klakson memekikkan telinga mom Rasyi.
" Udah Bang! Berisik .... " teriak Mom Rasyi.
" Cepat masuk!!!" sarkas Naren pada Nara.
" Eh ... Jangan sadis - sadis bang sama anak gadis!" keluh Mom Rasyi. Nara terkekeh mendengar kalimat - kalimat protesan Mom Rasyi sedari tadi. Tatkala Nara membuka pintu belakang.
" Duduk di depan aku bukan sopirmu!!!" Seru Naren padanya. Mom Rasyi yang mendengar hanya menggelengkan kepala sambil membantu menutup pintu mobil.
Tin! Pamit Naren.
" Hati - hati nak!!!!" serunya dengan setengah berteriak.
Mobil Naren sudah keluar dari halaman rumah. Mereka berangkat menuju sekolah Nara. Beberapa hari ke depan Naren sengaja tak meminta Roy menjemputnya. Dia ingin membawa mobilnya sendiri. Karena dia yakin Mom Rasyi akan kembali mendramatisir keadaan layaknya pagi ini.
Sesampainya di sekolah Nara ...
" Terima kasih Om!" seru Nara. Namun Naren mencegah pergelangan tangan Nara.
" Bawalah uang ini! Nanti akan aku jemput sepulang sekolah," ujar Naren.
" Tidak perlu Om! Uang jajan dari Abi masih ada. Untuk pulang Nara bisa naik ojek Om tidak perlu repot," Tolaknya.
" Bawa dan dengarkan saja ucapanku!!! Jika tidak Mom Rasyi akan terus mengomeliku setiap saat," Jawab Naren. Nara hanya mengangguk saja dan mengucapkan terima kasih serta turun.
" Terima kasih uang jajannya! Kalau takut kena omeli mom Rasyi yang banyak aja kasih uang jajanya he," cengir Nara.
Degh!!!
Degup jantung Naren berdebar kian aneh. Gadis itu mengulas senyum jeleknya setelah semalam takut bertemu dengannya. Apakah Nara pura - pura ataukah ikhlas memberikan senyuman jeleknya itu???? Naren bahkan masih terpaku di tempatnya. Bajkan gadis itu saja sudah menghilang masuk melewati gerbang sekolahnya.
Senyaman inikah kala dia mau tersenyum padaku!!???
Good Evening sayang!!! Semoga sehat selalu, rezEkinya makin banyak karena udah mau mampir ke karya Author. Aamiin. Jangam lupa sisipin Komentar ya makasihhhh.🥰🥰🥰
semangat untuk up date nya
semoga author sehat selalu jadi bisa up date tiap hari
semangat untuk up date nya
double up date nya di tunggu thor
lanjut thor
semangat untuk up date nya