Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Perhatian Sederhana
"Barusan pergi katanya ada urusan di Butik," terang Rania.
"Oh gitu. Kebiasaan Bunda tuh padahal lagi ada tamu. Ya udah yuk makan."
Diam-diam Rania memerhatikan Logan yang sedang memotong chicken katsu dan menyimpannya di piring Rania. Logan juga menyodorkan beberapa saus ke dekat Rania, agar Rania mudah untuk mengambilnya. Lalu ia menyendokkan sayur sop berisi berbagai sayuran, sosis, dan juga daging sapi ke mangkok kecil dan menyimpannya di dekat piring Rania.
Padahal Rania bisa melakukan itu sendiri, tapi Logan justru melakukan hal perhatian sederhana seperti itu. Rania mengakui apa yang Logan lakukan terasa sangat 'gentleman'.
Logan akhirnya melihat ke arah Rania. Tanpa Rania sadari sejak Logan menyiapkan makanan untuk Rania dengan begitu telatennya, Rania sudah menatap ke arah Logan dengan tatapan kagum.
"Kenapa lo? Kok lihatin gue sampai segitunya?" Logan malah tersenyum, sedikit salah tingkah karena Rania yang tak melepaskan tatapannya dari Logan.
Rania pun tersadar, dan sedikit gelagapan. 'Ran, apaan sih? Kok jadi ngelihat Logan? Di tambah dia nyadar lagi kamu lihatin dia.'
"Siapa juga yang lihatin kamu. Saya makan ya," Rania mulai melahap makanannya dan mengabaikan rasa salah tingkah itu.
Logan pun mulai melahap makan siang itu.
"Gue gak nyangka tiga minggu lalu gue masih nyari-nyari lo, sekarang lo ada di rumah gue dan kita makan bareng," ujar Logan tiba-tiba, mengenang perjuangan yang cukup berat yang telah dilaluinya untuk bisa berkenalan dengan Rania hingga claustrophobianya kambuh.
"Segitunya ya kamu pengen kenalan sama saya," goda Rania yang masih sibuk melahap makanannya.
"Gue pengen banget kenalan sama lo. Udah ini kita ngobrol-ngobrol ya, lo jangan pulang dulu," pinta Logan. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan yang susah payah ia dapatkan ini.
"Emang mau ngobrol apa? Saya sih lagi gak terlalu sibuk. Jadi bisa-bisa aja ngobrol bentar sama kamu. Tapi mungkin saya gak bisa lama-lama. Gak enak juga, soalnya Tante Carla lagi gak ada di rumah."
"Gak apa-apa bentar juga. Lama apalagi, gak apa-apa banget," ujar Logan penuh harap. "Tapi gue minta nomor lo, ya. Kalau sekarang lo gak bisa ngobrol lama-lama. Udah ini gue pengen kita ketemu lagi. Gue pengen ngajak lo pergi. Ngedate sama gue."
'ini bocah serius ternyata. Aku harus gimana ya. Kasih nomor aku gak ya? Tapi yang jelas dia harus tahu tentang umur aku dan profesi aku,' batin Rania.
Setelah beberapa saat keduanya telah selesai menyantap makanannya. Rania berinisiatif untuk membereskan piringnya.
"Udah gak usah diberesin biar si bibi aja."
"Kamu tuh abis makan minimal diberesin ke bak cuci piring. Jangan ngandelin bibi terus." Logan hanya tersenyum dan membantu Rania membawa piring kotor ke bak cuci piring.
Rania berdiri tepat di depan bak cuci piring, ia mengeluarkan sabun cuci tangan berniat untuk mencuci tangannya. Tiba-tiba Logan menabrakkan tubuhnya ke punggung Rania kemudian tangan kanannya meletakkan piring ke bak cuci piring, dan tangan kirinya meletakkan gelas ke bak cuci piring. Lalu Logan membuka keran dan mencuci tangannya dengan posisi Rania diantara kedua tangannya.
"Kamu bisa gak sih nanti cuci tangannya. Gantian. Cari kesempatan banget sih?" gerutu Rania.
Rania merasakan sedikit desir aneh saat dada Logan menabrak punggungnya.
Logan hanya menahan senyumnya dan berbisik di telinga Rania. "Okay. Gue tunggu di depan ya."
Raniapun spontan mendorong Logan. Logan hanya tertawa melihat tingkah Rania yang marah dan menutup telinga kanannya.
'Ya ampun, ini anak mulai berani.' gerutu Rania dalam hati.
Setelah mencuci tangan Rania mengambil tas kecilnya dan berniat untuk pulang. Rania pun pamit pada Bi Ninah dan mengucapkan terimakasih atas makanan yang sudah di siapkan. Kemudian Rania berjalan menuju ke pintu utama. Di saat berjalan melewati tangga, ternyata Logan juga baru saja turun dari lantai 2 dengan menggunakan jaket bombernya.
"Gue tahu pasti lo beneran bakal pulang udah ini. Jadi, gue mau anterin lo," ujar Logan.
Rania tidak menanggapi, wajahnya masih cemberut karena kejahilan Logan di dapur tadi.
Baru saja Logan akan keluar dari pintu, datang seorang gadis memasuki pintu utama yang terbuka. Gadis itu cantik sekali. Rambutnya panjang hitam bergelombang. Ia menggunakan dress berwarna dusty pink selutut tanpa lengan, sepatu high heels, dan tas tangan berwarna putih. Auranya sama mahalnya dengan Carla.
Rania seketika penasaran, siapa gadis ini?
Logan menghentikan langkahnya saat perempuan itu memasuki rumah.
"Logan..."
Gadis itu mendekat pada Logan dan tiba-tiba saja memeluk Logan. Saking terkejutnya ia dengan pemandangan yang dilihatnya, mulut Rania sampai terbuka dan sontak ia menutupnya dengan tangan.
Logan segera melepaskan pelukan gadis itu dan menatap ke arah Rania seakan mengatakan, 'gue bisa jelasin'.
"Ehm.. Saya pulang dulu ya. Tolong bilangin makasih ke Tante Carla," Rania berjalan ke arah luar namun Logan berhasil menahan Rania dengan memegang tangannya.
"Lo gak akan kemana-mana," tegas Logan segera menarik tangan Rania. Mau tidak mau Rania mengikuti Logan yang menariknya dengan cukup keras.
Rania dan Logan sampai di Gazebo dekat kolam renang. Logan sedikit mendorong kedua bahu Rania agar Rania duduk di kursi santai dan berjongkok di depannya.
"Lo tunggu di sini sebentar. Gue gak akan lama. Cuma mau beresin masalah gue yang belum selesai. Bisa 'kan lo tunggu, please," ucap Logan dengan penuh harap dengan matanya yang menatap lurus ke mata cokelat Rania.
Rania seakan terhipnotis, ia hanya mampu mengangguk tanpa sadar saat wajah tampan Logan menatapnya lekat.
Logan tersenyum tipis dan berdiri kemudian kembali ke depan untuk menemui gadis itu.
Seketika Rania tersadar dan memukul pelan kepalanya sendiri. 'sadar Ran! Kamu kenapa sih? Kamu harusnya pulang sekarang. Kok malah nurut aja sih pas dia minta buat kamu nunggu dia di sini? Kamu harus tegas nolak Logan yang makin jelas ngeliatin perasaannya ke kamu! Inget Rania, dia seumur sama murid kamu nanti!'
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂