Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Pekerjaan Penyamaran
Jika malam tiba, Luvi menempati sebuah ruangan mungil yang memang kosong dan hanya digunakan untuk gudang. Sebuah kamar yang agak lembab, karena sudah lama kamar itu tak terpapar cahaya matahari. Tapi Luvi membuatnya senyaman mungkin, ia membereskannya dengan semangat dan membuang barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Gadis itu meringkuk menekuk tubuhnya di kasur yang sedikit berdebu, karena ia belum memiliki selimut untuk menutupi tubuhnya, ia hanya menutupi udara dingin dengan mantel coklat mudanya yang sedikit lusuh pemberian Axon, tapi ia masih merasa nyaman dengan keadaan itu.
Sedangkan para pria kekar lainnya menempati kamarnya masing-masing di belakang kedai. Karena kedai itu memang di buat sekaligus untuk tempat tinggal para Pasukan Penjagal. Lalu kamar Dominic, berada di lantai dua didalam kedai.
Pagi menyingsing,
Luvi agak berjinjit dan menaiki tumpukan pakaian di bawahnya. Ia tengah membuka Jendela kamarnya yang agak tinggi. Gadis itu memicingkan matanya karena cahaya kuning menyilaukan merayap memenuhi kamar tidurnya.
Semua telah rapih dan ia siap bekerja kembali di pagi itu.
Luvi yang tengah menyusun gelas-gelas di rak membelakangi meja, kemudian mendengar suara pintu kedai yang terbuka.
“Pagi Paman Hack” sapanya tanpa menoleh dan melihat siapa yang datang.
Tapi entah kenapa pria yang disapa Paman itu tidak menjawabnya, alhasil Luvi menoleh cepat kearah seseorang yang sudah menggeser kursi kayu di tengah ruang kedai.
‘D-dia, apa itu- tuan Dominic?’ tanpa sadar mulut mungil Luvi menganga melihat kehadiran pria di kursi tersebut. Ia tak menduga sama sekali jika yang datang adalah pria tampan yang sempat membuat dadanya berdegup.
“T-tuan, kenapa anda dari luar?” tanya Luvi segera setelah keluar dari belakang meja pesanan.
“Bukan urusanmu” jawab Dominic seperti biasa, ketus dan singkat.
Dominic kemudian duduk disana. Gadis itu lagi-lagi mengatupkan bibirnya yang mungil sedikit menaik, ia mengerutkan alisnya menahan kesal.
“Apa mau minum?” tanya Luvi kali ini dengan nada datar.
“Tidak perlu” ucapnya dingin tanpa memandang wajah Luvi.
“Bagaimana kalau aku buatkan sarapan untuk anda?” tanya Luvi kembali.
“Aku bilang tidak perlu!” pria itu baru saja menatap Luvi dengan aura yang menakutkan. Membuat gadis itu tertegun, menautkan alisnya dan memundurkan kepalanya sedikit.
“Galak sekali” gumam Luvi pelan.
“Apa?!” tanya Dominic dengan suara beratnya.
“Ah, tidak ada” Luvi buru-buru kembali ke balik meja pesanan dan membereskan sesuatu yang tidak berantakan, ia hanya ingin terlihat mengerjakan sesuatu.
Sesaat berlalu,
Luvi bersin ketika membersihkan debu di pojok lemari. Hal itu membuat Dominic melirik kearahnya.
Gadis itu terpapar cahaya matari dari sela jendela yang sedikit buram. Bayangan siluet Luvi terlihat begitu indah. Kemudian gadis itu melepas ikatan rambutnya untuk merapihkan, lalu mengikatnya kembali di belakang. Tampak anak rambut yang berhamburan kecil di leher putih miliknya.
Tanpa sadar, Dominic tidak bisa melepaskan pandangannya pada keindahan Luvi di pagi hari itu.
Ketika Dominic yang menyadari Luvi menoleh kearahnya, Dominic dengan spontan mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin gadis itu berfikir bahwa dirinya sedang memandangi kecantikannya.
Tak lama berselang, langkah kaki-kaki berat para pria terdengar mendekat.
“Maaf tuan Dom, kami terlambat” ujar seorang pria yang mendekati Dominic yang sejak tadi menunggu mereka.
Beberapa pria berdatangan termasuk Axon yang ikut masuk kedalam kedai kemudian duduk disebelah Dominic.
Luvi yang melihat hal tersebut sedikit heran, sepertinya akan ada pertemuan serius. Beberapa saat kemudian seseorang datang dari arah pintu kedai, mereka semua menoleh kearah pintu.
“Itu dia, mereka sudah datang” ujar salah satu dari pria disana.
Dominic berdiri, diikuti semua pria. Pemimpin mereka melangkah menuju Dominic bediri.
“Selamat datang Tuan Horg” sapa Dominic sopan dengan penuh wibawa.
“Terimakasih Tuan Dom” ucap pria tua yang di belakangnya berdiri beberapa prajurit kerajaan.
“Silahkan duduk. Maaf tempatku tak semewah Kerajaan” ujar Dominic yang memulai duduk sambil mengisyaratkan telapak tangannya yang merapat menuju kearah kursi kosong di depannya.
“Tidak masalah, aku hanya penasehat Kerajaan tuan Dom, aku sudah terbiasa dengan tempat apapun” ucapan pria tua itu diiringi senyumnya yang mengembang.
“Bagaimana kalau kita langsung saja. Kau bilang kami tak harus bertempur?, lalu apa yang harus kami kerjakan selain berperang?” tanya Dominic memulai diskusinya.
“Kalian hanya akan mengerjakan pekerjaan ringan Tuan Dom, dan kau tidak membutuhkan banyak pasukanmu, hanya perlu beberapa orang saja. Dalam misi ini kau akan menyelamatkan satu kerajaan dari kutukan, tentunya dengan bayaran yang tidak sedikit”
“Pekerjaan ringan?, tidak membutuhkan pasukan, bayaran besar?, aku sudah bisa menebaknya, pasti itu pekerjaan yang tidak kusuka, apa aku harus menjadi penjilat?” ucap Dom jujur.
“Um, tidak juga seperti itu Tuan. Kami hanya memerlukan anda untuk bisa masuk kedalam Kastil kerajaan Obin. Kerajaan yang memiliki para penyihir. Tugasmu hanya diminta untuk mengambil sebuah kunci yang berada di sana, itu adalah 'Kunci Pembuka Sihir', Kerajaan kami sangat membutuhkannya”
“Tapi kenapa aku tidak membutuhkan pasukan?, bukankah kita akan menyerang kastil tersebut?”
Luvi datang ketengah mereka dengan membawakan dua gelas minuman segar. Manik mata Dom yang pekat sempat meliriknya, bertepatan dengan lirikan Luvi kearah matanya, gadis itu menjadi sedikit gugup kemudian cepat berpaling.
“Ya, kau tak perlu pasukan Tuan Dom, karena kau dan beberapa rekanmu akan memasuki kastil tanpa pertempuran, kau hanya perlu menyamar sebagai Pangeran yang akan mengikuti kompetisi tahunan Kerajaan Obin. Dari jika disana kau bisa memenangkan pertandingan, kau memiliki peluang untuk bisa bertunangan dengan Puteri kerajaan Obin, putri Veronica”
Dominic terlihat menunduk, jemarinya memijit keningnya, ia sedikit menggeleng.
“Apa aku harus menjadi badut istana?” gelak tawa Dominic diikuti seluruh rekannya di belakang yang juga tertawa.
“Tuan Dom, tolonglah, ini bukan sebuah lelucon” ujar Horg si penasehat.
“Ya, ya baiklah. Tapi kenapa aku harus menyamar Tuan Horg?, bukankah aku dan pasukanku bisa langsung menyerbu kastil Obin dan mengancam Rajanya untuk menyerahkan kunci itu?. Kenapa harus repot-repot menyamar menjadi,- pangeran?, akh!, membuatku mual saja” kini paras Dominic terlihat datar.
“Maaf tuan Dom, jika itu bisa dilakukan, maka sudah lama kami lakukan. Tapi kenyataannya kerajaan Obin adalah kerajaan yang memiliki penyihir hebat. Raja mereka juga memiliki satu penyihir dengan kekuatan tidak tertandingi. Beberapa tahun silam kerajaan kami kerajaan Hastlen berperang dengan kerajaan Obin, kami hampir memenangkan pertempuran, tetapi di akhir pertempuran mereka menggunakan sihirnya kemudian memenangkannya. Pangeran mereka terbunuh dalam peperangan, hal itu membuat Raja Ghostlin, Raja kerajaan Obin marah dan memberi kutukan pada kerajaan kami. Kutukannya berupa kekuatan Kerajaan kami akan melemah, setiap pertempuran yang akan kami hadapi akan mengalami kekalahan, dan kutukan yang paling menyedihkan adalah Pangeran kami, ia dikutuk tidak akan memiliki istri dan keturunan, yang berarti ketika dia naik tahta nanti, ia akan menjadi Raja terakhir dalam sejarah kerajaan kami. Kutukan itu hanya bisa dipatahkan dengan Kunci Pembuka Sihir. Karenanya kami memerlukan kunci itu untuk membuka kutukan tersebut”
Dominic diam dengan alis menaut, sikunya bertumpu pada meja kayu, jemarinya memainkan dagunya. dari kejauhan Luvi masih memperhatikan paras tampan tuannya yang sedang kebingungan.
“Apa yang terjadi jika langsung menyerbu mereka?” tanya Dominic.
“Maka sebelum kalian menyentuh mereka, bisa ku pastikan kau dan pasukanmu akan dirubah menjadi lalat yang berterbangan, kemudian mereka dengan mudah akan memukul kalian dengan pukulan serangga hingga tubuh kalian menggepeng”
“Sial!” gerutu Dominic.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.