keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.
Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.
karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Sikap hangat ustad Zaki
Ustad Zaki tersenyum tipis, mencoba menenangkan istrinya yang sedang gelisah. "Dek, mas tahu Aza masih kecil dan kekanak-kanakan. Kadang ia juga keras kepala, ngeyel kalau diberitahu, kerap membangkang dan yang paling parah dia pemalas."
"Tahu, tapi kenapa mas Zaki malah tersenyum kayak gitu? Memang ada yang lucu?" tanya Zahra kesal. Ia tidak suka sikap suaminya yang menganggap remeh pernikahan putrinya.
"Tapi ingat nggak dek?, dulu saat kita menikah, dek Zahra juga masih sekolah. Dek Zahra bahkan lebih muda dari Aza sekarang."
Zahra mengernyit, teringat masa lalu mereka. Meskipun ia mengerti apa yang dikatakan suaminya, tetap saja, situasinya terasa berbeda. “Tapi Mas, Aza itu berbeda. Dia belum siap untuk pernikahan. Kalau dulu aku kan yang meminta menikah?"
"Lalu apa bedanya? Dulu dek Zahra meminta menikah juga karena terpaksa."
"Tapi mas, tetap saja. Dia terlalu keras kepala, terlalu bebas. Bagaimana mungkin dia bisa menjalani kehidupan rumah tangga?”
Ustad Zaki menatap istrinya lembut, mencoba menjelaskan, “Mas juga punya kekhawatiran yang sama, tapi kita harus percaya pada proses. Insyaallah Gus Zidan adalah pria yang baik, dan mas yakin Gus Zidan bisa membimbing Aza."
"Memang siapa sih Gus Zidan ini mas?" tanya Zahra penasaran karena sepertinya selalu terselip rasa bangga pada suaminya saat menyebutkan nama Gus Zidan.
Ustad Zaki tersenyum lembut, mengusap puncak kepala Zahra, "Gus Zidan adalah cucu dari kyai besar pondok pesantren Al Hikmah yang ada di pasuruan. Beliau telah lulus S2 di Kairo dan sekarang tengah mengejar gelar dokternya di UI. Selain itu, Gus Zidan juga sebagai salah satu mubalig muda yang patut untuk diperhitungan. Pemilik perusahaan properti juga."
"Serius mas? Apa Aza juga tahu?" tanya Zahra tidak percaya.
Ustad Zaki mengangkat kedua bahunya, "Sepertinya tidak. Aku pikir ini jauh lebih baik jika Aza tidka tahu biar dia berproses dengan sendirinya. Pernikahan ini bukan hanya untuk mengikat mereka sebagai suami istri, tapi juga untuk mendidik Aza agar lebih dewasa.”
Zahra menghela napas, meskipun sebagian hatinya masih berat menerima kenyataan ini, ia tahu suaminya tidak akan mengambil keputusan sembarangan. Namun, kekhawatiran sebagai seorang ibu tetap memenuhi pikirannya. “Aku hanya berharap kau benar, Mas. Aku tidak ingin Aza merasa tertekan dengan pernikahan ini. Dia butuh waktu untuk belajar.”
Ustad Zaki tersenyum lembut sambil melirik Zahra dengan tatapan penuh kebanggaan. "Sejak kapan istriku menjadi begitu dewasa begini, ya?" ucapnya dengan nada menggoda. "Aku sampai rindu pada Zahra yang manja dan keras kepala dulu."
Zahra tersipu, pipinya memerah mendengar pujian suaminya. “Ah, Mas bisa saja,” jawabnya sambil tersenyum malu, mencoba menutupi wajahnya dengan tangan. "Sekarang kan aku sudah jadi ibu, jadi harus lebih dewasa."
Ustad Zaki tertawa kecil, menatap Zahra penuh kasih. "Tapi buat mas, kamu tetap dek Zahra yang dulu. Dewasa, iya, tapi masih manja di mataku."
Zahra tak bisa menahan senyumnya lebih lama. Ia merasa hangat, teringat betapa mendalamnya cinta mereka sejak awal.
Meskipun banyak yang telah berubah, hubungan mereka tetap erat dan penuh kasih.
***
Di tempat lain, Gus Zidan yang awalnya fokus pada pekerjaannya menatap dengan cermat pada layar laptopnya akhirnya merasa terganggu oleh dering ponsel berwarna pink yang terus berbunyi di meja kerjanya.
Gus Zidan mengerutkan keningnya, "Dia banyak sekali yang cari." gumamnya sembari menatap ponsel milik Aza,
Meskipun sudah satu Minggu ponsel itu berada di tanahnya, ia sama sekali tidak berniat untuk memeriksa ini ponsel itu.
Setelah beberapa saat, rasa penasaran mulai menguasainya.
"Apa aku perlu memeriksanya?" tanyanya pada diri sendiri.
"Lagipula tidak akan berdosa kan, dia kan istriku yang sah." ucapnya lirih merasa geli saat mengucapkan kata istri, rasanya ia belum terbiasa dengan kata-kata itu. Kata 'istri' terasa begitu asing di telinganya.
Dengan ragu, ia mengambil ponsel tersebut dan menatap layarnya yang menunjukkan banyak panggilan tak terjawab dan pesan yang belum dibaca.
“Apa yang sebenarnya terjadi sampai ponsel ini begitu ramai?” gumamnya pelan, masih berpikir apakah ia harus membukanya atau tidak.
Akhirnya, rasa penasaran mengalahkan keraguannya. Ia membuka ponsel itu dan melihat sejumlah pesan serta panggilan dari nomor-nomor tak dikenal, mungkin teman atau keluarga Aza yang mencari tahu keberadaannya. Tampak ada satu nomor yang memiliki pesan dan riwayat panggilan paling banyak dan itu bukan dai orang tua Aza.
"Siapa dia? Apa dia yang di katakan pacarnya," ucapnya dalam hati.
Gus Zidan menggeleng pelan sambil memandang layar ponsel Aza. “Dasar, ceroboh sekali. Layar ponselnya bahkan tidak dikunci. Siapa pun bisa membukanya,” gumamnya, menghela napas.
Namun, alih-alih membuka pesan-pesan yang masuk, ia malah terdorong untuk menjelajahi galeri foto.
Saat mulai membuka foto-foto di ponsel, senyumnya perlahan muncul. Foto-foto Aza memenuhi galeri—wajahnya yang ceria, pose-pose lucu, hingga ekspresi konyol yang tampaknya diambil tanpa sadar.
"Aza..." bisiknya, senyumnya kerap muncul saat melihat betapa spontan dan apa adanya gadis itu di setiap fotonya.
Setiap gambar seolah menunjukkan sisi lain Aza yang selama ini tersembunyi di balik sikap ceplas-ceplos dan bar-barnya. Tanpa disadari, Gus Zidan merasa lebih dekat dengan Aza melalui foto-foto itu, meskipun ia tahu gadis itu pasti akan protes habis-habisan jika tahu suaminya menjelajahi galeri pribadinya.
...*Cinta itu kadang datang tanpa kita sadari, ia datang menyusul di sela hati yang tengah kosong dan mulai menempatinya, ia memilih untuk tinggal saat merasa sudah nyaman*...
Bersambung
Happy reading
si Parah itu anak nya Imah sma siapa ya thor...🤔🤔🤔...
Imah memebuat cerita yang mengada² biar percaya si Aza... dan ending nya Aza percaya....
si Parah itu anak nya Imah sma siapa ya thor...🤔🤔🤔...
Imah memebuat cerita yang mengada² biar percaya si Aza... dan ending nya Aza percaya....
sebaiknya praktikan walau beda usahanya,kepercayaan kunci utamanya ...ya kan?
Nafis ga jadi sama ustadz Zaki malah jadi istri kedua
ning chusna otw jadi janda korban poligami suami nya
imah gamon 🤣🤣
emak nya Farah siapa ya...🤔...
aku lupa🤦🏻♀️
yang sebelm nya ku baca ber ulang²....