Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amelie
Langit Paris mulai menunjukkan semburat biru muda ketika Amélie Vittoria De Laurentis melangkah keluar dari pintu apartemennya yang mewah di kawasan Avenue Montaigne, salah satu jalan paling bergengsi di kota ini. Apartemennya berada di lantai teratas gedung art-deco, dengan pemandangan langsung ke Menara Eiffel. Tempat tinggalnya memiliki segalanya: dinding kaca besar yang membiarkan sinar matahari masuk sepanjang hari, perabotan minimalis modern, serta koleksi seni mahal yang dipajang di setiap sudut ruangan. Kemewahan tampak dalam setiap detil, mulai dari marmer Carrera yang melapisi lantai hingga lukisan-lukisan abstrak dari seniman terkenal.
Amélie melangkah dengan anggun, mengenakan gaun rancangan Elie Saab, salah satu desainer favoritnya. Sepasang sepatu Christian Louboutin berwarna nude menghiasi kakinya, sementara tas kulit buaya dari Hermès menjuntai ringan di lengannya. Rambut coklat gelapnya tergerai di belakang, memancarkan kilauan lembut setiap kali ia melangkah.
Pagi ini, Amélie menuju kantornya di Tour Saint-Jacques, salah satu gedung pencakar langit yang menjulang di pusat La Défense, distrik bisnis Paris yang sibuk. Gedung itu menjadi simbol modernitas di tengah lanskap klasik Paris, dengan fasad kaca yang berkilau saat terkena cahaya matahari. Di sinilah Amélie bekerja sebagai Eksekutif Senior di sebuah perusahaan real estate internasional yang berpengaruh, Beaumont Global Investments.
Setiap pagi, Amélie duduk di belakang mobil sedan hitam Mercedes-Benz S-Class yang disopiri, melintasi jalan-jalan Paris yang penuh pesona. Perjalanan dari Avenue Montaigne ke La Défense menjadi waktu baginya untuk memeriksa jadwal harian, mengecek email penting dari klien besar, dan mempersiapkan mental untuk berbagai rapat penting yang akan ia hadapi.
Di dunia korporat, Amélie adalah sosok yang tak tertandingi. Usianya yang 37 tahun tak mengurangi kecerdasannya yang tajam dan intuisi bisnis yang luar biasa. Dengan gelar Sarjana dari University College London dan Magister dari HEC Paris, dia memiliki pendidikan terbaik yang bisa dibayangkan. Pengalaman internasionalnya mengasah kemampuan negosiasinya, menjadikannya ahli dalam menyelesaikan proyek-proyek besar dan memimpin tim lintas benua.
Amélie sangat dihormati di kalangan profesional karena kemampuannya dalam merancang strategi bisnis yang cerdas dan inovatif. Setiap keputusan yang diambilnya penuh perhitungan, dan dalam dunia yang didominasi oleh pria, dia mampu berdiri sebagai sosok yang kuat dan tidak tergoyahkan.
Setibanya di kantor, Amélie selalu disambut oleh pemandangan luas dari lantai ke-30 gedung Tour Saint-Jacques, tempat kantornya berada. Dinding kacanya memberikan pandangan panorama ke seluruh Paris, menegaskan statusnya sebagai salah satu wanita paling sukses di kota ini. Ruang kerjanya dihiasi dengan sentuhan modern dan elegan, dengan meja kayu ek yang besar dan kursi kulit hitam yang selalu rapi. Di salah satu sisi, koleksi buku bisnis dan keuangan berjajar, menambah aura intelektual di ruang tersebut.
Hari-hari Amélie di kantor biasanya dipenuhi dengan pertemuan bersama para klien besar dan investor. Pagi ini, ia akan bertemu dengan perwakilan dari Grand Horizon Developments, perusahaan konstruksi asal Timur Tengah yang sedang merencanakan pengembangan properti mewah di Prancis. Dalam ruangan rapat yang berlapis kaca, Amélie dengan tenang mempresentasikan strategi perusahaan untuk melibatkan Grand Horizon dalam salah satu proyek terbesar Beaumont Global. Dengan suara yang tegas namun lembut, ia berhasil memenangkan hati para klien dan menjamin kesepakatan bernilai miliaran euro.
Setelah serangkaian rapat yang sukses, Amélie biasanya akan makan siang di Le Cinq, restoran bintang lima yang berada di jantung Paris. Restoran ini menjadi tempat favorit para eksekutif seperti Amélie, di mana makanan haute cuisine dan suasana elegan menambah kesan prestisius. Makan siangnya tak pernah lebih dari satu jam, tetapi cukup untuk menjalin hubungan profesional dan sosial dengan kolega atau klien.
Namun, meskipun kehidupannya terlihat sempurna dari luar, ada sesuatu yang terus menghantui Amélie sejak kecil. Simbol yang tidak pernah hilang dari pikirannya, sesuatu yang dia lihat berulang kali dalam mimpinya. Simbol itu berbentuk pentagram, dengan seekor ular melilit obor yang menyala di tengahnya. Amélie tidak tahu apa arti simbol tersebut, namun bayangan itu selalu menghantuinya, bahkan saat ia duduk di ruang rapat atau bersosialisasi dengan para eksekutif papan atas.
Selama bertahun-tahun, Amélie mencoba mengabaikan mimpi itu. Namun, semakin ia menutupinya, simbol itu semakin sering muncul. Seolah ada pesan atau peringatan yang sedang menunggu untuk diungkap. Terkadang, ketika Amélie sendirian di apartemennya pada malam hari, ia merasa seolah-olah bayangan ular itu berkelebat di sudut matanya, atau obor yang menyala tampak sekilas dari jendela.
Mimpi ini semakin lama semakin mendalam, dan terkadang bahkan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya. Saat sedang berdiri di lift gedung kantornya yang megah, Amélie merasakan detak jantungnya mempercepat tanpa alasan jelas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dan pandangannya mulai kabur ketika ia mengingat mimpi itu. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi sesuatu di dalam dirinya mengatakan bahwa ini bukan sekadar mimpi biasa. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang menantinya.
Malam itu, setelah menyelesaikan pekerjaan, Amélie kembali ke apartemennya. Dia melepaskan gaun kerja dan menggantinya dengan piyama sutra lembut, berusaha untuk merilekskan diri setelah hari yang panjang. Namun, bahkan dalam kenyamanan apartemennya yang mewah, bayangan mimpi itu terus mengganggu pikirannya.
Di tengah malam, saat ia akhirnya terlelap, mimpi itu kembali datang dengan intensitas yang lebih kuat. Amélie berdiri di tengah kegelapan, dikelilingi oleh bayangan hitam. Di hadapannya, pentagram besar bercahaya, dan di tengahnya, ular melingkari obor dengan api yang membara. Kali ini, suara-suara aneh terdengar di sekelilingnya, seolah ada bisikan-bisikan yang mengundang. Obor itu menyala lebih terang dari sebelumnya, sementara ular melingkar semakin erat. Cahaya obor itu menerangi sepasang mata yang berkilauan di kegelapan, memandang langsung ke dalam jiwanya.
Ketika Amélie terbangun dengan napas tersengal-sengal, jantungnya berdetak keras. Ia berusaha mengatur napasnya dan menenangkan pikirannya, tetapi simbol itu—pentagram, obor, dan ular—terus membekas di pikirannya.
Ada sesuatu di balik simbol itu. Sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi buruk. Apa hubungan simbol ini dengan hidupnya? Dan mengapa simbol itu muncul lagi dan lagi?
Amélie tahu, dalam waktu dekat, ia harus mencari jawaban sebelum semuanya terlambat.