Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 23
Karena hari ini kafe tutup, ellina berencana untuk memeriksa kandungannya siang nanti. Di temani oleh Fitri yang kekeh ingin ikut ellina akhirnya berangkat dengan menggunakan motor milik Fitri.
Sekitar pukul 9 ellina serta Fitri tiba di klinik bidan Hasna. Ini bukan pertama kali ellina melakukan pemeriksaan di sana. Setiba di kota x kala ellina kabur esoknya dia melakukan pemeriksaan pada janinnya. Dia khawatir sebab usia kandungannya masih muda. Untungnya salah atau tetangga nya memberi tahu jika disana ada klinik dan dengan berbaik hati mau mengantarnya.
Ketika masuk ternyata ellina harus Mengantri sebab ada beberapa pasien yang sudah menunggu di sana. Dia lupa membuat janji sebab jadwal kontrol kandungannya adalah besok. Namun karena hari ini dia cuti jadi dia melakukannya hari ini.
" Mau periksa juga?" Tiba tiba seorang wanita hamil tua yang juga sedang menunggu bertanya pada ellina. Senyum manis terpatri di bibirnya.
Ellina mengangguk pelan. " Iya," ujar ellina. Tersenyum manis pada ibu hamil yang bertanya.
Mata wanita tadi turun. Menatap perut Ellina yang sedikit menonjol. Lalu mengusapnya pelan. Ellina yang mendapat perlakuan tersebut sontak terkejut. Namun tak urung untuk tidak mencegahnya. Terlebih usapan itu lembut dan membuat perutnya nyaman.
"Usia nya berapa?" Tanya sang ibu tadi. Tetap mengelus perut Ellina yang tertutupi baju itu pelan.
" 10 Minggu". Dengan lugas ellina menjawab. Memperhatikan perutnya yang sudah menonjol di usapi oleh wanita hamil di depannya.
Rasa hangat menjalar pada hatinya. Ia merasa kembali merasakan usapan lembut dari maminya ketika kecil. Mengingat hal itu wajah ellina murung. Sudah hampir satu bulan dia meninggalkan rumah serta orang tuanya. Rasa sedih dan rindu tak dapat dia bohongi. Dia juga ingin mengetahui kabar kedua orang tuanya. Tetapi dia lebih takut dengan ancaman Arion yang akan melenyapkannya serta bayinya jika dia tak melakukan aborsi.
" Suami kamu mana?" Wanita hamil itu menghentikan usapannya dan menatap gadis hamil yang tampak masih sangat muda dengan bertanya.
Sontak Membuat ellina sedikit salah tingkah dan gugup. " S-suami saya sudah meninggal karena kecelakaan ketika saya belum tahu hamil". Bohong ellina. Dia mengarang jika suaminya tewas karena kecelakaan saat mereka baru beberapa Minggu menikah.
"Benarkah?". Sontak ibu tadi terkejut. Merasa kasihan dengan wanita muda di depannya.
Ellina mengangguk. " Suami mbak mana?" Entah dorongan dari mana ellina tiba tiba saja bertanya.
Terdengar wanita tadi menghela napas berat. Wajahnya tiba tiba saja murung dan terlihat memancarkan kesedihan. " Suami saya pergi. Meninggalkan saya yang sedang hamil besar dan memilih wanita lain. Dia melupakan saya bahkan tak memberi nafkah untuk saya yang mengandung anaknya."
" Padahal ini adalah anak pertama kami yang selalu kami dambakan setelah 6 tahun. Tetapi setelah terwujud dia malah meninggalkan saya dan pergi dengan wanita lain". Mata wanita itu berkaca kaca mengingat nasib yang menimpanya.
Ellina serta Fitri turut merasa sedih mendengar cerita dari wanita di samping mereka. Ternyata di banding wanita di depannya nasibnya masih sedikit beruntung. Meski ia harus kabur dari keluarga demi bayinya. Akhirnya ellina memilih mengusap pelan bahu serta tangan wanita hamil di depannya.
"Kalau boleh saya tahu, jenis kelaminnya apa ya?" Ellina mencoba mengalihkan pembicaraan. Tangannya beralih mengusap perut wanita itu yang sudah membesar. Bahkan mungkin sebentar lagi melahirkan
" Dia laki laki". Senyum wanita tadi. Menatap perutnya yang beberapa Minggu lagi akan melahirkan putranya.
"Santi Dewi". Suster memanggil.
" Saya sudah di panggil. Saya duluan". Pamit wanita itu kala mendengar namanya di panggil suster.
Ellina mengangguk. Dapat dia rasakan tangan Fitri meraih tangannya dan menggenggamnya. Ellina menoleh dan melempar senyumnya.
Ternyata di balik nasibnya yang buruk ada yang lebih sial daripada dirinya. Membayangkan kisah wanita tadi yang di tinggalkan oleh suaminya saat hamil besar dan memilih wanita lain, terlebih sebentar lagi akan melahirkan rasanya jika dia yang berada di posisi wanita tadi takkan sanggup untuk bertahan dan mungkin memilih mengakhiri hidupnya.
Huh! Mengingat kembali Arion yang tak menginginkan bayinya membuatnya kembali dirundung rasa sedih. Bayinya tak bersalah, yang salah adalah orang tuanya. Ellina tahu, di posisi ini dia juga salah karena membiarkan Arion berbuat sesuka hati padanya. Dia membenci Arion, tetapi tidak dengan bayinya.
Lamunan ellina buyar kala mbak Fitri mengajaknya masuk ke dalam ruangan klinik setelah namanya di panggil. Keduanya masuk untuk melakukan pemeriksaan kandungan ellina.
.......
Setelah satu Minggu lamanya Arion muntah muntah, dokter pun bilang Arion tak sakit apa apa. Akhirnya mami Rasti menyuruh Nadia melakukan test kehamilan menggunakan testpack. Kecurigaan itu sudah muncul sejak pertama kali Arion menceritakan penyakitnya.
Nadia pun melaksanakan perintah sang mertua. Dirinya sudah membeli beberapa testpack dengan merek yang berbeda beda. Kini dirinya tengah menunggu hasil testpack itu di dalam kamar mandi. Tangannya saling berkaitan dengan bibir yang terus berharap.
Setelah lima menit lamanya akhirnya Nadia mengambil testpack itu dan melihat hasilnya. Seketika matanya membulat kaget pun tak percaya. Buru buru gadis itu keluar dan memberitahu mertuanya kabar baik ini.
"Mami mami!" Seru Nadia memanggil mami Rasti.
Mami Rasti yang sedang menonton tv seketika menghampiri menantunya yang berteriak memanggil manggil namanya.
"Kenapa na? Ada apa?" Tanya mami Rasti.
"Aku positif ma aku hamil!" Ujar Nadia dengan gembira. Memperlihatkan hasil testpack garis dua pada mertuanya.
Mami Rasti yang melihat itu pun ikut turut senang dengan kabar baik ini. Sebentar lagi dia akan memiliki cucu. Rasanya begitu terharu mendengarnya. Ternyata dugaannya benar selama ini jika Arion mengalami morning sicknees.
"Kau sudah memberitahu Arion?" Tanya mami Rasti.
Nadia menggeleng. " Belum. Aku akan memberitahunya sekarang". Nadia berlalu dari sana menuju kamarnya. Dia ingin memberitahu Arion soal kehamilan nya pada Arion yang sedang bekerja.
" sayang, tadi aku coba test bareng mami. Ternyata hasilnya aku hamil"