Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benda itu akan dipakai pada pakaian yang sesuai dengannya. [2]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA
SETIAP TANGGAL, HARU, DAN WAKTU DENGAN
BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN
MUNDUR)
^^^Kamis, 23 Juni 2023 (11.53)^^^
Wuss.....
Seorang gadis berjalan ragu memasuki kelas, dia menunduk memegangi sebuah buku berwarna coklat. Menjejak perlahan ke barisan kursi, ramai anak yang berlalu lalang di sana.
Mereka asik bermain, tidur, mendengarkan musik, makan, dan saling berbincang di jam istirahat.
Salah satunya seorang siswa, yang tengah asik mengunyah makanan ringan depan buku, hampir menutupi keseluruhan wajah anak tersebut.
Tapi posisi anak itu terbalik, duduk menghadap belakang dan menjadikan meja milik gadis yang datang sebagai alasnya.
Raut Natha terlihat ragu, dialah yang masuk dan duduk di kursi paling belakang kelas.
Terlihat mengigit bibirnya sambil meletakkan pelan buku pada dataran meja. “ Eum..- “
“ Ha! Kenapa! “ Anak laki-laki yang berada di hadapan Natha bersuara cepat.
Dia reflek menurunkan buku bahkan ketika baru mendengar deheman kecil dari gadis di depan. Terlihat sudah menunggu pembicaraan sedari tadi.
Natha terkejut, wajahnya membeku arah Iefan. Anak itulah yang kini tengah menjadi parasite pemenuh mejanya.
“ A-aku…- “ Natha kaku bersuara, dia gugup di hadapi ekspresi Iefan.
Tapi sang pelaku malah tak merasa bersalah dan fokus mengikis jarak dengan meja kecil di antara keduanya.
“ Bodoh! “ Aslan memukuli kepala Iefan tiba-tiba. Padahal dia sebelumnya tengah asik tidur di meja.
“ AKK!! “
“ Kau membuatnya gugup bodoh. “ Aslan menimpali. Lekas kembali ke mejanya, bermaksud untuk melanjutkan aksi tidurnya.
Tentu Iefan yang juga menjadi korban tidak terima, laki-laki itu bangkit, segera saja mengacau Aslan untuk tidur.
Mencipatakan kegaduhan antara kedua lelaki itu, tapi dalam keributan menyebalkan antara teman.
Saat itu Natha yang melihat terdiam, kepalanya berbelok ke arah dua lelaki samping kiri, tapi matanya hanya tertuju pada satu objek. Yakni wajah Aslan.
Dia mengawasi dengan dalam, tidak berkedip bahkan di beberapa waktu, hingga tanpa sadar sedikit memberikan senyuman kecil yang membuat gadis itu akhirnya menunduk tersipu malu.
Entah apa yang gadis dengan pakaian bebas tersebut pikirkan, rautnya terlihat bahagia. Bahkan dia sudah bergegas bangun untuk membantu ketika melihat Olivia datang bersama beberapa buku area muka kelas.
Terlalu bersemangat dari gejolak senang sendiri.
“ Ah… aku bantu ya! “ Natha meminta kepada Olivia, gadis itu cepat mendatangi.
Wajahnya berseri dengan antusiasme. Tepat saat Olivia bahkan baru menginjak satu langkah depan pintu.
Kepala Olivia sedikit miring menatap, dia mengamati wajah Natha yang merona.
Tapi penghujungnya tetap memilih membagikan setengah tumpukan buku yang dia bawa ke gadis tersebut dari ruang guru. Olivia adalah ketua di kelas mereka, tepat dengan nomor ruangan 12-A-IPA-[89].
“ Eum… Oke… “ Olivia mengangguk bingung. Tapi pawai di alihkan, lanjut dengan aktivitasnya sendiri.
Gadis berambut panjang tersebut segera meletakan setengah buku yang dia bawa di meja guru, berpaling menghampiri Aslan dan Iefan lokasi kursi belakang.
Sementara Natha yang masih terbuai sedikit teledor, dia tidak sengaja menjatuhkan buku di lantai. Membuat insan itu harus menunduk untuk mengambil bukunya kembali kawasan ambang pintu.
“ Woi Iefan! “ Olivia datang tiba-tiba. Sengaja bersuara kencang untuk mengejutkan. “ Lu punya snack ngga? “
Menciptakan dua pandangan laki-laki yang di hampirinya terkejut kecil, dan menengok malas bersama-sama.
“ Hiss… “ Aslan yang kesal memilih tidur, dia malas dan enggan untuk di ganggu lagi oleh Olivia.
Gadis itu mengkerut heran melihat ekspresi Aslan. Dia merasa tidak bersalah, mencoba membalas menengadah Iefan dengan tanda tanya.
Iefan menoyor kepala Olivia. “ Ck, menjauhlah. “ Laki-laki itu juga memilih pergi, terlihat sangat malas berhadapan dengan gadis yang berada di hadapan kedua laki-laki tersebut.
Olivia terkejut sejenak, dia menatap tak percaya telah di acuhkan, dengan emosi akhirnya sengaja mengejar Iefan untuk memukuli kepala laki-laki itu dari belakang.
Keributan akhirnya terjadi, kedua anak ayam itu saling kejar-kejaran di dalam kelas. Membuat Aslan yang mendengar pertikaian kesal, dan memilih menutup kedua telingannya dengan tangan, agar bisa membenam tidur.
Keadaan kelas hampir porak-poranda, mereka terus saling berlari, menjatuhkan dan mengacau siswa lain yang berada di sekitar kelas.
Olivia sebagai korban yang dikejar akhirnya sadar, ruang lingkup larinya tidak jauh jika terus berpola dalam kelas, maksud hati ingin keluar. Lantas memilih melajukan arah jalan ke pintu kelas.
“ Woi-woi! Iya-iya gue minta maaf! Woi! “
Dubrakk!!!
Langkah Iefan terhenti, dia terkejut mendapati. Bagaimana tidak, Olivia sudah tersungkur di depan kelas, dia bertabrakan dengan Natha. Membuat keduanya terlempar satu sama lain.
Natha yang jatuh terdorong menghantam pintu kelas, dia meringis kecil merasakan tubuhnya menghantam pintu.
Tapi teralih setelah suara Olivia yang terdengar ikut meringis kesakitan menelisik telinga dia, tampak gadis di sebelah itu memegangi kedua lutut yang tergores.
Mereka sama-sama menjejak tubuh di palang depan kelas. Seisi ruangan bungkam, tersorot dengan kecelakaan antara dua gadis.
Natha yang sadar reflek untuk membantu Olivia, tapi malah di dorong Aslan kala panik untuk segera menghampiri Olivia.
Laki-laki itu cekatan, mengendong dan mencoba untuk membenahi tubuh Olivia. Dia telaten menutupi lutut Olivia yang ternganga luka lebar.
“ Kalian kenapa sih?! Nathakan juga jatuh, kenapa ngga di tolong. Kenapa cuma Olivia aja yang dibantu! Kaya… kalian lagi suka aja sama Olivia. “
Salah seorang siswi di sana buka emosi. Dia ikut menyadari ketimpangan yang terjadi di depan.
Antara Natha dan Olivia sebagai sama-sama korban, bahkan seharusnya Olivialah pelaku. Karena dia yang telah menabrak Natha duluan.
Tubuh tegap Aslan terjeda, dia sudah berdiri dalam posisi mengendong Olivia seperti model kemarin. Cukup untuk mendengar celetukan salah seorang siswa di kelas.
Natha juga mendengar dari situasi bawah, bentuk tubuhnya belum berubah di hamparan lantai, mencoba melirik naik wajah Aslan yang berada di atas.
“ Iya! Gue emang menyukai Olivia. Dan dia adalah pacar gue. “
Deg!
Spontan semua orang terperanjat kaget, termasuk ekspresi Iefan yang berada di lokasi belakang tubuh Aslan.
Apa lagi Olivia dalam kepungan tangan lelaki itu, sang gadis cantik di tengah gedongan tangan Aslan, mencuri kecil tatapan berbinar pada wajah pria yang telah mengangkat raga langsingnya.
Ada bercak kaget campur senang. Kini mereka cepat beringsut untuk lanjut pergi ke Unit Kesehatan Sekolah, guna membawa raga Olivia yang diperkirakan cedera.
Menyisakan keributan luar biasa dari kelas, tengah rasa tidak percaya dan kaget atas tuturan bibir Aslan.
Sebagian gadis terlihat sudah menangis dan marah besar, sementara para pria heboh untuk menciptakan berita baru.
Kabar ini pasti akan menjadi isu panas yang menggelora di bumi sekolah. Menyisakan hembusan kecil dari wajah seorang gadis, yang masih terduduk di posisi menempel lantai.
Manik-manik mata Natha terkesiap, dia tertegun di antara penuh keributan, mengingat lirikan sinis dari mata Aslan dan Iefan ketika melewatinya.
Seolah mereka tidak pernah menyukai Natha, penuh rasa kesal dan marah apalagi telah bertabrakan diri dengan Olivia. Satu kalimat yang membekas di telinga Natha, tentang kebenaran Olivia adalah pacar Aslan.
Wuss.....
Angin berhembus menerpa. Natha membeku, gadis itu terdiam di posisi duduk dan menumpukan kedua tangannya ke belakang. Bekas tindakan Aslan yang mendorong dirinya barusan.
Dia tidak berkutik untuk merubah posisi, merasa tidak percaya atas kejadian yang baru terjadi.
Kedua anak sekolah itu seperti membenci Natha, mereka berbeda jauh dari sorot mata tadi pagi kala menemukan dirinya di Universitas Purna Wirtarma.
“ Natha! Hidung lu ngeluarin darah… “
...~Bersambung~...
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA
ILMU BAGI AKU