Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Tamparan Lagi
Setelah Aku dan anak-anakku sarapan, kaka Gala mengajak adik-adiknya ke ruang tengah untuk menonton kartun kesayangan mereka...Aku melanjutkan membereskan sisa sarapan dan mencuci bekas makan aku dan anak-anakku.
Tiba - tiba bunyi pesan masuk di hp ku yang ada disaku bajuku...ku selesaikan cucian piring ku dan Aku kembali duduk di meja makan sambil melihat siapa yang mengirimkan ku pesan.
Ternyata chat dari sahabatku Astrid yang mengingatkan untuk pergi visum hari ini, padahal Aku hampir saja melupakan untuk hal itu.
Kubalas chat Astrid dengan mengatakan akan kutunggu dia di rumah jam 10 an karena aku tidak mau Suamiku melihat kami keluar nanti ke rumah sakit.
Setelah membalas chat dari Astrid Aku keruang tengah bersama anak-anakku yang lagi asyik nonton.
Aku duduk diatas sofa sambil utak atik hp berselancar di sosial media, melihat-lihat kali saja ada resep baru untuk buat puding...sedangkan anak-anak selonjoran dikarpet.
Begitu asyiknya Aku bermain hp, sampai tidak menyadari kalo suami Aku sudah ada didekat kami, dan baru Aku sadari setelah dia menegur anakku karena mereka asyik bermain menyusun lego sambil nonton.
"Kalau mau main tidak usah nyalakan tv bikin listrik cepat habis saja, lagian bukan nya nonton tapi cuma main lego" ucapnya agak ketus
"kalian semua enak-enak saja dirumah Ayah yang capek cari uang buat penuhi semua kebutuhan jadi jangan boros" ucapnya lagi
Kaka Gala dengan cepat mengambil remote televisi, dan mematikan televisi karena dia paling peka dibanding adik-adiknya karena masih kecil .
Gala sudah tau kondisi dimana kalo saat ini ayahnya sedang marah, dan sulungku itu sudah mengerti kalo ayahnya dalam kondisi begitu ujung-ujungnya sasaran marahnya ke Aku bundanya.
Anak-anak langsung mendekat ke Aku, karena Aku tau mereka pasti ketakutan kalo Ayahnya dalam mode seperti ini, dan itu secara tidak langsung sudah menekan mental anak-anakku dalam artian sudah merasakan sakit secara psikis nya.
Hal ini lah yang membuatku selalu ingin secepatnya membawa anak-anakku, ketempat dimana mereka bisa merasakan ketenangan.
Dikarenakan Aku juga sudah capek dengan kondisi seperti ini, setiap harinya dan demi menjaga mental anak-anakku agar tetap waras aku pun berdiri, dan membawa mereka semua kedalam kamarnya dari pada mendengar ocehan ayahnya yang buat sakit hati saja.
Baru selangkah kami berjalan tiba-tiba suamiku berteriak dengan kerasnya,
" Bunda kamu kebiasaan ya setiap Aku tegur anak-anak dan masih bicara selalu kamu tinggal pergi hah" teriaknya
"Astagfirullah al adzim....bisa tidak jangan pake teriak-teriak Ayah, anak-anak jadi ketakutan" tegurku datar
" tanpa teriak pun Aku dengar kok " AKu kembali bicara
Aku pun menyuruh kaka gala untuk membawa adik- adiknya ke kamar, karena aku tak mau mereka melihat aku dan ayahnya bertengkar lagi.
" kaka Gala Bunda minta tolong ya bawa adik- adiknya ke kamar nak " kataku ke sulungku
" iya Bunda...tapi Bunda tidak apa-apa kan sendirian disini?" tanya anakku
"Iya nak Bunda tidak apa-apa....nanti kamarnya ditutup saja ya pintunya dan adiknya diajak main saja ya sayang"
Akhirnya anak-anakku ke kamar mereka, dan Aku pastikan mereka sudah masuk dan menutup pintunya.
Aku berbalik kembali ke arah suamiku yg masih menatapku sangat tajam, seperti mau menelanku bulat-bulat.
Aku pun menetapnya tajam tanpa rasa takut lagi, dan aku merasa kesabaranku selama ini sudah cukup sampe disini.
Aku sudah sangat lelah dengan segala sikap dan tingkah laku nya, yang semakin arogan dan semena-mena bukan hanya kepadaku tapi kepada anak-anak juga.
" Mau kamu apa sih setiap saat setiap menit kerjanya marah- marah tak jelas ....emosi sana sini...bentak sana sini emang nya kami disini semua batu yg tidak punya perasaan yang bisa diam saja selalu dimaki...dihina " jawabku juga dengan emosi sudah dipuncaknya.
"Aku juga punya perasaan....anak-anak pun begitu yang sangat terluka karena sikap dan perlakuanmu ke kami" jawabku sambil menitikkan air mata .
"Klo memang kami disini menjadi beban buat kamu silahkan lepaskan kami...aku masih sanggup menghidupi ketiga anakku"jawabku tegas
" Omong kosong....emang kamu bisa apa tanpa aku hah" gertak nya
" Rezeki sudah ada yang atur...kmu ndak usah sombong dengan mengandalkan posisi kamu sekarang di perusahaan, itu karena roda berputar dan ingat tidak selamanya selalu berada diatas...Allah tahu mana hambanya yang butuh pertolonganNYA dan Allah bisa saja mencabut semua nikmat rezeki yang kamu punya sekarang karena sudah dzolim kepada istri dan anak" jawabku
" kurang ajar ya kamu sumpahin aku begitu" sangat marah sambil mencekram tanganku dan mendorong ku ke tembok
Hampir saja aku terjatuh namun aku masih bisa berdiri, sambil memegang kursi yg ada didekatku
" Aku tidak sumpahin kamu ya, tapi mengingatkan akan ada timbal balik dari semua yang kita lakukan" jawabku lagi
"Sama saja itu goblok....dasar kamu perempuan hanya bisa menyumpahi suami "
"Tidak tau diri banget ya kamu sudah bagus aku masih kasih kamu makan dirumah ini....emang kamu mau mengemis ke keluarga kamu buat makan kalo Aku tidak kasih hah?" teriaknya lagi
"Wah hebat ya kamu sekarang bisa menghina Aku sampai segitunya....lupa ya kamu awal kita menikah, kamu belum dapat kerjaan tapi Aku tdk mempermasalahkan dan yang menghidupi saat itu aku, karena aku yang bekerja saat itu, dan tidak pernah sekali pun aku mengatakan kalau kamu tuh numpang hidup di aku, atau berkata-kata yang menghina dan menjatuhkan harga dirimu sebagai suami, dan sekarang disaat aku sudah tidak bekerja dan mengabdikan diri untuk mengurus keluarga kamu bisa menghina aku sebegitu dahsyat nya" jelasku sambil menangis karena sudah terlalu sakit hati dengan segala ucapannya.
"Ohh jadi ceritanya mengingatkan lagi yang sudah lalu dan merasa seolah- olah jadi pahlawan saat itu" emosi dia karena Aku ingatkan lagi saat awal kami menikah sambil dia mendekat kepadaku dengan tatapan yang sangat marah
" aku tidak pernah sekalipun punya pikiran untuk menjadi pahlawan, tapi memang garis takdir kita saat itu seperti itu, jadi aku jalani saja karena aku tau semua itu sudah diatur sama Allah untuk garis rezekinya" jelasku lagi
" Kan aku sudah bilang kalau aku dan anak- anak jadi beban hidup buat kamu, lepaskan kami....kamu bisa bebas dengan segala yang kamu miliki" ucapku dengan emosi karena sudah lelah dengan semuanya
"Kamu nantang Aku ya sekarang....jangan sok ya kamu, nanti anak-anakku kamu terlantarkan dijalanan" sambil dia menarik hijabku
"Lepaskan...kamu sudah sangat kasar sama aku, kamu sudah seperti manusia yang berhati iblis"teriakku
Dan.....
Plakk....Plakk...
Dia menamparku lagi yang kedua kalinya dan imi yang terparah karena kiri kanan pipiku dia tampar....
Lelah fisik.....lelah hati
Mau mengakhiri agar tidak ada yang tersakiti
Aku butuh ketenangan jiwa saat ini
Smoga ini bukan suatu penyakit jiwa
Tapi hanya rasa kecewa.
terutama suamimu biar tahu diri