Kisah cinta akan membawa hati pada garis takdir nya masing - masing, seperti Dira yang selalu saja gagal dalam percintaan. Seorang gadis yang merasa dirinya sudah tak berarti, di benci mertua dan di campakan suami nya, memulai kisah cinta nya kembali meski selalu berujung pada penghianatan, namun Dira berharap akan takdir membawa nya pada cinta sejati nya, hingga pada akhir nya Tuhan benar - benar menjawab doa nya, mempertemukan Dira dengan cinta sejati nya, meski bukan yang pertama namun akan menjadi yang berarti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERKATAAN ADALAH MAUT ...
Acara makan malam yang tadi nya tak ingin Aji datangi, kini dia malah yang merasa enggan untuk kembali, rasa nyaman bersama dengan Natalia putri dari sahabat ibu Aji, membuat ke dua orang tua mereka tersenyum senang, menyaksikan ke dua anak mereka langsung akrab di awal pertemuan.
Ya, seperti rencana awal mereka untuk menjodoh kan putra - putri mereka, terlebih bu Wati dan bu Lia mereka sudah bersahabat dari kecil, dan tentu nya untuk membuat silaturohmi yang terjalin di antara mereka semakin kuat, akhir nya timbul ide untuk menjodoh kan anak mereka.
Bahkan ide itu sudah ada sejak Aji masih sah menjadi suami Dira. Awal nya Natalia menolak untuk di jodoh kak, di jaman yang sudah modern ini, kehidupan udah mode serba canggih, masa di jodohin kaya jaman dulu aja. Namun setelah ibu nya menunjukan foto Aji, orang yang akan di jodoh kan dengan nya, Natalia langsung menerima tanpa syarat, bahkan setelah mengetahui status Aji yang seorang duda.
Natalia tetap mengiyakan permintaan ibu nya itu, sangat jelas terlihat dari awal hanya melihat sekilas foto Aji, si Natalia sudah langsung jatuh hati.
Ya begitu lah yang nama nya hati manusia, terkadang sulit untuk di tebak, seperti ketika orang sedang merasa bahagia karena mencintai seseorang, juga seperti hal nya orang yang sedang sedih karena di sakiti seseorang.
Perasaan Natalia rupa nya tak begitu mengecewa kan, dia pun mendapat tanggapan yang baik dari Aji.
" Jadi kamu seorang SPV di PT. Maju Bersama, wah keren dong. Masih muda udah sukses aja, " puji Aji setelah mendengar tentang sosok Natalia.
" Iya, biasa aja sih sebenar nya.. Mungkin orang ngelihat nya enak, jadi SPV, gaji nya gede, kerja nya tinggal ngawasi aja. Itu kan yang mereka fikir, sedang aku yang menjalani kenyataan nya juga nggak begitu. Aku aja nih sampai, hampir strees tiap hari mikirin target, mikirin anak buah, belum lagi kalau lay out ganti mode, banyak yang absen, lah sudah pasti langsung nggak mood tuh seharian, jangan kan untuk makan, buat sekedar minum aja pasti males kalau udah kaya gitu. " sahut Natalia mencoba menarik perhatian Aji tentang pribadi nya, yang asli nya sangat tak sesuai apa yang dia cerita kan.
" Wah, ternyata berat juga ya jadi SPV kaya kamu. " ucap Aji.
" Iya, lebih berat dari memikul batu tahu nggak, " balas Natalia.
" Ha ha ha emang kamu pernah memikul batu, " gurau Aji
" Hee, ya belum sih .. Cuma ibarat kata, sebagai perumpamaan aja begitu. " jelas Natalia.
" Emh, gitu nah kalau di pabrik gitu kan berarti banyak dong yang jadi SPV, lah terus sistem kerja antara SPV satu sama yang lain nya tuh pada gimana, apa ada yang kaya saing - saingan gitu nggak sih. " tanya Aji penasaran.
" Ya pasti nya dalam kerja hal kaya gitu sudah wajar lah, kalau kamu gali lebih detail lagi tentang orang - orang yang kerja di sana, maka kamu akan lihat mereka yang rata - rata semua suka cari muka, bermuka dua, tiga.. Ah, gitu lah.. Aku juga lagi sebel banget tuh ama anak baru di tempat kerja aku. " keluh Natalia.
" Kalau masalah itu mah di tempat mana pun juga sama Nata, ada juga ya orang yang bisa bikin kamu sebel, he he... Emang ada apa dengan anak baru itu. Dia nyari gara - gara sama kamu. " sahut Aji.
" Nyari gara - gara sih enggak sejauh ini, yang bikin aku kesel tuh cuma satu, kalau dia senyum tuh semua orang jadi perhatiin dia gitu, sok kecantikan banget deh anak anak nya, masa nih ya kemarin dia bisa ke pilih jadi SPV gantiin teman aku yang mau melahir kan, padahal ni ya, dia kerja di tempat ku tuh baru jalan dua minggu langsung jadi SPV. Bayangin aja, dia bisa di rekomendasi kan oleh kepala manager langsung, nggak mungkin kan kalau itu murni nggak ada konspirasi, aku rasa nih tu anak sengaja deh godain pak manager agar di pilih. " kata Natalia dengan mimik muka yang cemberut ketika mencerita kan tentang anak baru itu.
" Emmmm kalau itu mah tergantung karagter orang nya sih ya, kamu yang jangan gampang kesel - kesel dong.. Ya udah sih biarin aja dia mau tebar - tebar pesona ke siapa pun, bahkan mengaet pak manager sekalipun, itu urusan dia. Nanti juga kalau terjadi apa - apa, dia sendiri yang bakal kena batu nya, biasa nya cewek - cewek yang model begitu hanya modal berani aja, sedang tampang malah sok pas - pasan. He he he udah nggak usah lagi kamu fikir soal anak baru itu, mungkin emang sudah jadi rezki dia baru masuk langsung jadi SPV. " komentar Aji.
" Iya kamu bener sih kak, tapi kan nama nya orang kesel nggak bisa hilang gitu aja.. " sahut Natalia.
" Apa, kamu panggil aku apa, kak ?? Hee, udah jangan kesel - kesel lagi, atau jangan - jangan anak baru itu juga berhasil mengait orang yang kamu suka lagi, jadi kamu kesel nya sampai mendarah daging gitu. " Tanya Aji yang malah penasaran dengan perasaan Natalia.
" Emang kenapa kalau aku panggil kak, apa kak Aji keberatan dengan itu ... Enggak bukan karena itu aku kesel sama tuh anak kak, ya nggak tahu kenapa sejak dia pertama menginjak kan kaki di tempat ku kerja, aku sudah nggak suka sama tuh anak baru kak. Kalau masalah orang yang aku suka di kerjaan sih belum ada kak, tapi kalau yang di depan ku iya. " ungkap yang langsung menutup mulut nya pada bagian kata yang terakhir. Pernyataan singkat yang tak di duga itu pun sukses membuat Aji tersedak minuman nya.
" Aku sih nggak keberatan mau kamu panggil aku apaan aja, tapi itu tadi mansud nya apa ya.. " bisik Aji tepat di telinga Natalia.
" Hah, tadi yang mana kak.. " ucap Natalia seolah tidak tahu yang di tanya kan Aji.
" Ya itu yang kamu bilang kalau yang di depan ku iya, secara tadi kan kita lagi bahas masalah orang yang kamu suka, lha kamu jawab begitu, padahal orang yang di depan kamu saat ini adalah aku. Jadi mansud kamu aku dong yang kamu suka, saat ini. " balas Aji.
" Eh, itu.. Emmm... Maaf kak, Natali nggak bermansud ngomong gitu ke kak Aji. Maaf ya, kalau kak Aji nggak seneng anggep aja Natali nggak pernah ngomong kaya gitu ya.. " sahut Natalia dengan pasang muka sedih nya.
" Hemmmm siapa bilang aku nggak seneng, aku seneng kok, hanya saja aku ingin mastiin bahwa apa yang aku dengar barusan tu nggak salah. " balas Aji sembari mengengam tangan kanan Natalia.
" Iya kakak bener kok soal itu, " sahut Natali dengan senyum malu - malu nya.
Deg, seketika dada Aji langsung berdesir seperti ada getaran aneh yang menyedot perhatian Aji terfokus pada Natalia saat ini, bahkan Aji sampai lupa bahwa dia sudah memiliki Dita, orang yang kata nya akan di cintai nya sampai akhir hayat nanti.
Namun kenyataan nya apa, lihat yang cantik dikit saja langsung berpaling, hati kalau nggak di landasi dengan ketulusan memang mudah goyah.
Dita yang sedari tadi sudah tak mampu lagi menahan air mata nya, mendengar dan melihat sendiri kelakuan orang yang kata nya, hanya mencintai dia seorang.
Pada kenyataan nya, apa... Belum lama dia pamit terpaksa menghadiri acara makan malam, kini yang di lihat mata sungguh malah adegan yang tidak mengenakan, bagi Dita.
Dita merasa di permain kan, karena rasa cemburu nya yang terlalu kuat sering kali Dita ribut dengan Aji hanya perkara Aji beramah tamah dengan seorang perempuan lain. Lha ini, penampakan yang baru saja di lihat Dita, melebihi dari sekedar beramah tamah.
Ya Tuhan... Mengapa rasa nya sesakit ini, bahkan lebih sakit dari aku melihat kekasih ku meningkah dengan perempuan lain kala itu.. Ya, itu semua karena permintaan dari ku, tapi ini... Sama sekali bukan kemauan ku melihat orang yang aku cintai tengah asyik bercanda dengan perempuan lain. Bahkan membuka harapan cinta lain hadir tanpa memikir kan bagaimana perasaan ku, orang yang sudah lama mencintai nya. Hanya dengan sekali bertemu, dia sudah berani menyatakan tentang rasa suka nya, bagaimana dengan pertemuan setelah nya, entah apa yang akan terjadi di antara mereka. Betapa bodoh nya aku, terlalu percaya dengan mulut seorang laki - laki, brengsek... Kini pada akhir nya aku sendiri yang terluka.
Atau mungkin bisa jadi ini adalah karma buat ku, karena dulu dengan sengaja mempermain kan perasaan perempuan lain hanya demi obsesi ku,hanya untuk menuruti keegoisan ku, aku membuat orang yang tidak bersalah terjebak dalam skenario ku, orang yang tidak tahu apa - apa, dia tertekan, tersiksa lahir maupun batin nya karena aku.
Ya, apa yang aku rasa saat ini tidak sebanding dengan apa yang Dira rasa kan kala itu. Lalu bagaimana cara aku untuk meminta pengampunan nya, kata - kata seperti apa yang bisa aku guna kan untuk meminta maaf nya. Sungguh rasa nya aku tak memiliki daya apa - apa, bagaimana bila dia murka kepada ku, bagaimana kalau dia tidak mau memaaf kan aku, Ya Tuhan... Aku harus bagaimana untuk bisa menebus semua dosa ku, memperbaiki kesalahan ku.
Dalam hening aku ternista, kepayang lupa kan rasa.. Mengapa penyesalan selalu datang di akhir, mungkin kah karena pada dasar nya aku bukan lah orang baik. Hingga saat aku di sakiti, bayang akan dosa dan nista terus memburu ku, dalam ketidak berdayaan.
...****************...
Di saat Dita baru merasa menyesal akan perbuatan nya, yang menyeret Dira di kehidupan mereka.
Saat ini Dira malah tengah berbahagia, terpantau dia sedang turut menghadiri acara pertunangan sahabat sekaligus teman kerja nya itu, ya tepat di malam ini..
Di saat Aji dan Natalia sengaja di pertemukan, Dira malah sedang menyaksikan Ajeng dan Abdul bertunangan. Acara itu pun berlangsung dengan lancar, mulai dari sambutan sampai kata penutup tak ada kendala. Kini Ajeng dan Abdul pun telah resmi bertunangan, di mana perningkahan mereka akan di adakan dua minggu setelah acara pertunangan.
Senyum manis terukir jelas di wajah ke dua calon pengantin itu. Dira sebagai seorang sahabat turut merasa senang dan bahagia bisa menyaksikan momen yang membahagiakan untuk sahabat nya itu.
" Selamat ya mbak Ajeng, akhir nya tidak lama lagi akan bersanding dengan mas Abdul. " ucap Dira penuh haru.
" Iya makasih dek, mbak dan mas Abdul juga doa kan agar kamu segera mendapat penganti nya Aji. " balas Ajeng.
" Iya menurut mas Abdul, mending kamu tuh sama si Adnan aja yang jelas - jelas sudah di depan mata. Hee.. " tambah Abdul.
" Ih, apaan sih mas Abdul sama mbak Ajeng itu sama aja, tukang julid. Orang kita juga hanya temenan kok. Lagian kan Dira itu masih jadi istri orang, jadi nggak baik lah doain istri orang dapet jodoh.. Ha ha " sahut Dira.
" Lha wong bentar lagi juga sudah bukan lagi istri orang kok dek, nggak ada salah nya to membuka hati untuk yang lain. Lihat tuh, mbak perhatiin dari tadi si Adnan tu curi - curi pandang terus ke arah mu, kalau mbak lihat - lihat sih seperti nya dia suka deh sama kamu dek. " bisik lirih Ajeng, agar perkataan nya tak terdengar oleh Adnan.
" Ah, suka apa nya.. Ngawur aja, nggak mungkin lah mbak kalau kang Adnan itu suka sama aku, Lha wong aku saja hanya bekas sisa orang kok. Sadar diri aku mbak, bila di sanding kan sama orang seperti kang Adnan. " ucap Dira.
" Halah kamu ini suka nya merendah kan diri. Bukan kah manusia itu nggak ada yang sempurna ya, karena kesempurnaan itu hanya milik Tuham. Jangan suka merasa minder gitu ya dek, nggak baik. Mbak Ajeng yakin Tuhan pasti telah menyiapkan jodoh yang lebih baik untuk mu. " tutur Ajeng panjang lebar,
" Alhamdulillah, Amin Ya Allah mbak.. Semoga, " jawab Dira.
Setelah para tamu dari keluarga Abdul sudah pulang, Dira masih tetap stay untuk ikut membantu bersih - bersih tempat acara. Sampai ada seorang yang tak terduga datang menghampiri nya.
" Pak Puji ... " ucap Dira.
" Malem Dira, maaf bisa minta waktu nya sebentar.. Ada yang ingin aku bicara kan sama kamu. Tadi sudah ke rumah kamu, kata ibu kamu sedang di rumah nya si Ajeng, ya sudah aku samperin saja ke sini. Takut lama kalau nungguin kamu pulang, apa lagi udah malam gini. " ungkap Puji.
" Maaf, pak Puji ke mari untuk membicara kan soal kerjaan atau hal yang lain ya.. Soal nya besok masih hari libur, jadi nggak etis aja untuk bicara masalah pekerjaan di luar pabrik. Kalau untuk soal yang lain, mohon maaf ya pak, saya nggak bisa untuk bicara sama bapak. Sebaik nya bapak pulang saja, permisi. " jawab Dira sembari berbalik masuk ke rumah.
" Dira, tunggu... " teriak Puji.
Puji masih ingin terus mengejar Dira tapi langsung di halangi oleh Adnan yang kebetulan saat itu masih di parkiran sekitar rumah Ajeng, melihat ada yang membuat Dira tak nyaman, Adnan pun langsung bergerak cepat tanpa menunggu komando. Seolah siap selalu untuk menjaga Dira,
" Hey, berhenti di situ.. Jika Dira nya sudah bilang nggak mau ya jangan maksa. " seru Adnan.
" Hah, ngapain kamu di sini.. Lebih baik kamu nggak usah ikut campur ya, ini bukan urusan kamu jadi sebaik nya kamu pergi. " balas Puji sengit.
" Lha harus nya aku yang tanya ngapain pak Puji yang terhormat ada di sini, kalau saya sudah jelas di undang sama yang punya rumah. Sebaik nya kamu yang pergi bukan aku, kan kamu tamu yang nggak di harap kan di sini, bukan aku. Iya, untuk ke depan nya mending jangan lagi deh temuin si bocil, kalau bukan karena hal yang menyangkut soal pekerjaan. Jangan bikin dia merasa nggak nyaman sama kamu, oke.. Sekarang pergi. " ucap Adnan membela Dira,
" Kamu siapa sih, cuma mekanik baru saja belagu.. Mau aku deketin Dira atau apa itu bukan urusan kamu. Jangan sok mentang - mentang kamu dapat undangan di sini. Lalu berani mengusir orang sembarangan, jangan kira aku takut ya sama orang model kamu. " sahut Puji geram.
" Aduh ini kenapa malah jadi ribut begini sih, udah ya mending sekarang semua nya balik, kang Adnan pulang, pak Puji juga tolong silahkan pergi dari sini. Saya nggak enak kalau sampai nanti orang mikir macem - macem sama saya, " seru Dira menengahi perseteruan antara Puji dan Adnan.
" Nggak akan ada yang mikir macem - macem sama kamu Dira, bila dari awal kamu mau untuk meluangkan waktu mu, aku cuma minta waktu mu sebentar Dira, dan itu pun kamu nggak bisa. kenapa sih sekarang kamu seperti menjaga jarak sama aku, kenapa akhir - akhir ini kamu selalu menghindar dari ku, apa salah ku Dira. " sahut Puji tetap ngotot ingin bicara empat mata sama Dira.
" Maaf pak, kalau pak Puji meminta waktu saya hanya untuk bicara yang nggak penting seperti ini. Lebih baik nggak usah pak, tak ada yang perlu saya jawab dan rasa nya juga tak perlu ada yang saya jelas kan. " tegas Dira.
" Lho ya jelas ada yang perlu kamu jawab, banyak hal yang harus kamu jelas kan, termasuk sikap kamu yang berubah, selama ini kamu baik sama aku tapi setelah kamu jadi SPV kenapa jadi berubah. Hah, " tuduh Puji.
" Ini bukan karena aku jadi SPV pak, tapi karena aku tak bisa memenuhi harapan dan keinginan bapak. Bukan kah bapak ke mari karena ingin menanyakan tentang perasaan saya terhadap bapak, ya ini jawaban saya.. bukan karena sekarang saya sudah menjadi SPV lantas menghindar dari bapak, tapi karena memang hati saya yang nggak bisa untuk membalas perasaan bapak. " jelas Dira.
" Semua masih ada harapan Dira, selagi kita mau mencoba nya. " bujuk Aji.
" Maaf pak, bagi ku harapan itu tak pernah ada. " sahut Dira.
" Well, tapi kenapa, apa alasan nya kamu nolak aku begitu saja, bahkan saat aku belum menyatakan perasaan ku. " tanya Puji.
" Karena aku ini sudah menjadi istri orang pak.. Jadi nggak mungkin aku bisa terima perasaan bapak. " jelas Dira.
" Ini nggak mungkin, kamu hanya ngarang cerita agar aku melepas kan mu,, tolong pertimbang kan lagi perasaan ku Dira, aku mohon tolong jangan bercanda hal yang nggak masuk akal. " sahut Puji masih berusaha mendesak Dira.
" Tapi itu kenyataan nya pak, nggak masuk akal bagaimana. Karena kenyataan nya saat ini saya memang masih menjadi istri orang, bukan kah bapak sendiri yang bilang kalau orang seperti pak Puji, nggak akan pernah suka sama bekas orang lain. Bapak sendiri kan yang bilang tidak akan pernah suka sama seorang janda, lalu apa. Saya ini sudah menjadi bekas orang pak, bagaimana mungkin seorang seperti saya bersanding dengan bapak. " balas Dira setengah terisak.
...****************...