Andina tidak menyangka, dia harus jadi pengasuh seorang bayi tampan anak dari majikan ayahnya.
Ya, orangtua si bayi tersebut sibuk dengan karirnya. Khususnya Vita sebagai mami nya nggak mau berhenti bekerja. Arya suaminya, sudah terlalu sering meminta untuk berhenti bekerja. Dan riak pertengkaran dimulai.
Nggak mau memakai jasa baby sitter karena takut dengan banyaknya berita di tv soal kasus penganiayan terhadap anak yang diasuhnya bahkan ada juga sampai dibunuh, kan jadi ngeri.
Alhasil, oma dan onty nya baby Athaya yang dibuat repot setiap hari harus mengasuh Athaya anaknya Arya. Sebulan dua bulan masih oke...tapi lama lama kewalahan juga karena Athaya setelah bisa berjalan makin aktif.
Hingga secara spontan ayahnya Andina yang bekerja sebagai sopir Arya, menawarkan Andina untuk mengasuh baby Athaya.
Penasaran selanjutnya bagaimana ? Yuk ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Panas Kuping
Arya berjalan cepat mamasuki rumah mama nya tak lupa mengucapkan salam. Tampak anaknya Athaya sedang bermain-main dengan Marisa adiknya.
" Assalamualaikun jagoan papi....lagi main apa hmm." Arya mengangkat tinggi anaknya sambil mencium seluruh wajah sampai Athaya tergelak kegelian.
" Kak, gara-gara ngurus Atha aku bolos kuliah nih." adunya Marisa sambil cemberut.
" Ulu-ulu...nggak ikhlas banget sih adikku yang imut ini. Subsidi uang jajannya mau distop ya." Ancam Arya sambil mengacak rambut adiknya gemas.
Marisa mencebik kesal " Ngancem aja kebiasaannya." Arya terkekeh melihat adiknya yang kesal.
Dari arah belakang rumah tampak mama Rita dan papa Robby datang menghampiri mereka. Wajah dan badannya tampak berkeringat habis olahraga. Ya, orangtua Arya meskipun usianya sudah setengah abad tapi tetap terlihat bugar karena disiplin menjaga kesehatan.
" Arya, besok mama sama papa mau ke Lembang mau memantau panen sayuran, tadi malam mang Oni ngasih kabar. Jadi Athaya jangan diantar kesini, adikmu juga harus kuliah besok." ujar mama Rita.
"Kapan sih Ar, istrimu resign ?. Jangan sampai menyesal nantinya mengabaikan keluarga demi ambisi karier. Contoh mama mu nih, fokus mengurus keluarga, suami dan anak-anak terurus, papa kan jadi tenang bekerja karena anak-anak tidak kurang perhatian dan kasih sayang. Kamu dan adikmu bisa merasakannya kan. Kalau dirumah damai bahagia, seorang anak nggak akan cari perhatian diluar rumah dengan berbuat nakal. Jadi mumpung Athaya masih kecil, mumpung belum mengerti segeralah ambil keputusan. Papa bicara seperti ini karena sayang sama kalian."
Arya hanya bisa terdiam mendengarkan ceramah papa nya yang entahlah sudah keberapa ratus kali diulang, yang pasti bikin panas kuping.
"Iya pa, nanti Arya akan bicarakan lagi dengan Vita." Arya memilih tidak mendebat papa nya karena akan tahu nantinya berlanjut ceramah panjang lagi.
" Kalau gitu Arya pamit dulu ma...mau ajak Atha ke kantor. Ayo sayang salim dulu sama oma, opa dan onty." Arya selalu mengajarkan anaknya bersikap sopan pada siapapun. Tidak hanya pada keluarganya, tapi juga pada orang-orang yang bekerja padanya tanpa memandang status.
" Dadah ganteng...." Marisa mencium pipi gembil keponakannya itu dengan gemas. Dibalas ocehan tidak jelas Athaya karena masih belajar bicara.
" Arya pergi ma pa...Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam " dijawab serempak.
Arya melangkah keluar menuju mobilnya, tangan kanannya memangku dan tangan kirinya menenteng tas perlengkapan anaknya. Athaya ia dudukkan dikursi belakang yang sudah terpasang baby car seat.
" Ayo pak Wahyu...lanjut ke kantor !"
" Siap den, lets go den kecil...." sambil pak Wahyu menoleh ke arah Athaya yang dibalas anak itu dengan tertawa senang.
Mobil pun berjalan perlahan keluar gerbang rumah besar orangtua Arya, menyusuri jalan perumahan yang asri dan rindang dengan pepohonan yang berjejer sepanjang jalan. Kemudian menuju jalan besar membelah jalan raya kota Bandung yang hiruk pikuk dengan berbagai kendaraan.
Butuh waktu 45 menit menuju kantor yang berpusat di Galaksi Dept Store yang berlantai 5. Bangunan pertama yang dirintis dari nol oleh papa nya, bermula berupa toko kelontongan, atas ketekunannya merangkak menjadi mini market, lalu seiring berjalannya tahun ke tahun melebarkan bangunan dengan membeli tanah dan disekitarnya hingga dilebur menjadi bangunan supermarket yang besar dan terkenal karena ciri khas arsitektur depannya yang bergaya histori.
*****
Bersambung
Sempat baca ..sukses selalu ya teh sehat & semakin banyak karya” mu yang masuk rangking 🤲