Di hari pernikahannya Ayla memilih pergi dan tak ingin menikahi laki-laki yang dia cintai.
Tapi dia tak menyangka,akhirnya tunangannya malah memilih menikahi kakaknya sendiri.
Sejak saat itu, Ayla pikir kisah cintanya sudah berakhir. Dan berusaha menghapus semua rasa cintanya pada lelaki itu.
Tapi, ternyata laki-laki yang sudah menjadi kakak iparnya itu tidak berhenti mengejarnya.
Bagaimana bisa dia kembali mencintai pria yang sudah memilih wanita lain, bahkan sudah menjadi kakak iparnya itu.
Bisakah Ayla benar-benar terlepas dari kakak iparnya. Ataukah dia akan memilih mengembangkan sisa-sisa cintanya pada kakak iparnya?
Baca kisah mereka, dalam novel.
"Di Kejar Kakak Ipar"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss HF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan 2
"Ma.. Pa.. Om dan tante... Sebenarnya, aku dan Juan pernah berpacaran waktu SMA dan waktu kuliah. Dan sampai saat ini, aku masih menyimpan perasaan padanya." Ucap Ayra tersenyum malu.
"Apa? " Teriak Elizabeth terkejut.
"Bukankah itu hal yang baik?" Tanya Teddy.
"Tidak.. Sama sekali tidak. Aku mencintai Ayla bukan Ayra." Jelas Juan menatap Ayra dengan marah.
"Juan, bisakah kita menikah. Setelah 6 bulan. Kalau kamu masih membenciku dan tidak bisa mencintaiku lagi. Maka kita bisa berpisah. Dan ini juga bisa melindungi nama baik keluarga kita." Ucap Ayra dengan suara lembutnya, membuat Juan semakin merasa marah padanya.
"mencintaimu lagi? Aku bahkan tak secuil pun memikirkan mu sebagai wanita." batin Juan menahan amarahnya.
"Ayra benar, Juan. Kalian bisa mencobanya dulu. Apalagi jika kalian pernah menjalin hubungan." Ucap Anna mendukung putri sulungnya itu.
"Pikirkan baik-baik Juan. Tidak ada ruginya. Kamu tahu apa akibatnya jika sampai berita ini keluar. Perusahaan Arvano dan Juga Theodor akan terancam. Nama baik Arvano dan nama baim theodor." Ucap Markus memegang bahu putranya dengan kencang.
"6 bulan. Bagaimana kalau Ayla kembali. Bisakah dia menungguku selama 6 bulan?" Batin Juan.
Dia sangat bimbang. Masalah dengan Ayra, dia tak perduli, karena dia tahu dia tidak akan pernah menyukai wanita seperti Ayra.
Setelah bergelut dengan perasaannya, untuk saat ini dia memilih menyelamatkan nama baik perusahaan kedua keluarga. Dan berharap Ayla bisa menerimanya kembali.
Dan Ayra pun tersenyum penuh kemenangan.
"Dan selama 6 bulan itu. Ayra akan tinggal di rumah Arvano. Agar orang-orang tak curiga." Lanjut Markus.
Juan tak lagi perduli, dia hanya ingin 6 bulan itu berlalu dengan cepat.
.....
Keesokan paginya, Seluruh keluarga sarapan dengan tambahan Juan dan juga Noah yang kembali tengah malam setelah mengantar seorang gadis yang dia kenal, mengira kalau seluruh keluarganya akan menginap di rumah Teddy.
Ayra dengan senyuman manis, mengambilkan telur orak arik ke piring Juan dan juga roti panggang.
Sementara Ayla hanya tersenyum canggung.
"Apa-apaan ini. Kenapa keadaannya begitu canggung?" Batin Noah yang melihat Ayra menatap Juan, sementara Juan pandangan tak beralih dari Ayla.
"Apa hanya kakak ipar yang masih menyimpan perasaan? " Noah tak henti menganalisa yang dia lihat.
"Ahhh... Dan senyum kakak ipar. Ada yang mengganggu tentang hal itu." Noah masih bergelut dengan pikirannya.
"La, mana piringmu. Biar kakak ambilkan." Ucap Ayra dengan lembut menyodorkan tangannya.
"Gak usah kak, aku bisa mengambilnya sendiri. Kakak, fokus saja pada Juan. Maksudku kak Juan." Ucap Ayla juga tersenyum, meskipun dengan senyuman canggung.
"Hanya karena kakak sudah menikah. Bukan berarti kakak akan berhenti memperhatikan kamu." Ucap Ayra yang hendak mengambil piring Ayla.
"Aku yang akan mengambilkan untuk Ayla, kamu gak usah khawatir." Ucap Linda menyambar piring Ayla dari Ayra dan meletakkan makanan di dalamnya.
"Makasih Bi," Ucap Ayla, dan tersenyum pada Ayra tak enak, karena dia sendiri tak tahu alasannya kenapa Bibinya itu kurang menyukai Ayra.
Setelah menyelesaikan sarapan pagi. Tak lama Juan pamit.
"Kak Ayra tidak ikut?" Tanya Noah pada Juan.
"Itu terserah dia, kapan dia mau ke sana." Jawab Juan cuek dan langsung pergi ke mobilnya.
"Noah, apa bisa aku menumpang dengan kamu? Kamu nggak sibuk kan?" Tanya Ayra pada Noah dengan tersenyum.
"Baiklah kak, aku gak sibuk kok." Jawab Noah santai.
Dan Ayra meminta Noah menunggunya menyiapkan pakaian dan barang-barang yang akan dia pakai.
Juan yang hendak masuk dalam mobil. Melihat Ayla duduk di taman sendirian.
"Kamu akan baik-baik saja Ayla. Kamu akan menemukan laki-laki lain yang bisa mencintai kamu lagi." Batin Ayla sambil menatap daun-daun yang bergerak membawa dingin angin pagi.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Juan membuat Ayla terperanjat dan langsung berdiri.
Dia merasa sangat takut dan khawatir jika berdua saja dengan Juan.
"Aku harus segera ke kantor." Ucap Ayla hendak pergi.
"Kamu sedang cuti, apa kamu lupa?" Tanya Juan menarik pergelangan tangan Ayla.
Juan lalu menariknya ke belakan pohon tinggi agar tak terlihat orang lain.
"Apa yang kamu lakukan?" Teriak Ayla, dan Juan langsung menutup mulutnya dengan mencium bibirnya.
Ayla yang terkejut, berusaha mendorong Juan, tapi Juan malah memeluk tubuhnya semakin erat.
Setelah mendapat sedikit kelonggaran, Ayla mendorong dan menampar Juan.
"plaaak" suara nyaring mendarat di pipi Juan.
"Apa kamu sudah gila? Hentikan hal gila yang kamu lakukan ini Juan." Ucap Ayla dengan nafas yang tersengal.
"Gila kamu bilang? aku menantikan pernikahan kita dan kamu memilih lari. Aku hanya melakukan apa yang harusnya aku lakukan jika aku menikahi mu kemarin. Dan kamu menganggap ku gila?" Ucap Juan, kembali menarik Ayla dalam pelukannya.
"Kamu tau alasannya." Ucap Ayla menunduk.
"Tidak, aku tidak mengetahuinya. Jelaskan padaku." Ucap Juan membelai pipi Ayla dan mengeratkan pelukannya di pinggang Ayla.
Meskipun masih merasakan getaran perasaan, Ayla berusaha menahannya dan memalingkan wajahnya.
"Bagiku, perasaan kak Ayra lebih penting dari alasan apapun yang harus aku sampaikan." Jawab Ayla.
Juan lalu tertawa meremehkan.
"Hah.. Haha.. Haha... Lagi-lagi tentang Ayra." Juan menggeleng tak mengerti bagaimana dia akan menjelaskan pada Ayla bagaimana sifat asli kakaknya itu.
"Kamu nggak tau apapun tentang hubunganku dengan kak Ayra. Karena itu, aku sangat membencimu yang selalu berusaha membuat kak Ayra terlihat buruk." Ucap Ayla melepaskan tangan Juan dari pinggangnya.
"Baiklah, untuk hari ini aku akan pergi." Juan membekap kedua pipi ayla , menahannya lalu mengecup bibir nya, membuat Ayla semakin pusing dan stress.
"Aku akan kembali lagi besok. Kamu cuti selama dua minggu. Dan aku akan datang sarapan selama kamu cuti." Ucap Juan yang lalu pergi tanpa beban.
Noah yang hendak ke mobilnya melihat Juan dari taman, dan tersenyum. Hal yang sangat jarang dia lihat dari kakaknya yang dingin itu.
"Bukannya dia sudah pamit sejak tadi?" Batin Noah melihat ke arah taman dan melihat Ayla berdiri dan akhirnya duduk menunduk di bangku taman.
Noah menghampiri Ayla.
"Apa kamu gak apa-apa?" Tanya Noah duduk di samping Ayla membuat Ayla terkejut.
"Sorry... Sorryy... " Ucap Noah yang melihat Ayla terkejut karena kedatangannya.
Ayla menghela kasar dan menariknya nafasnya dalam-dalam dan membuangnya lagi dengan kasar.
"Jadi. Kamu adik Juan yang di luar negeri kemaren yah?" Tanya Ayla.
"Yup... " Jawab Noah singkat.
"Padahal aku rajin melihat fotomu di rumah Arvano, tapi kemaren aku tak mengenalimu." Ucap Ayla memperhatikan Noah.
"Tau kan, dimana orang bilang. Biasanya akan berbeda dan aku di dunia nyata, jauh terlihat lebih tampan dari fotoku." Ucap Noah mengelus dagunya.
Ayla menggeleng dan memutar bola matanya.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Noah serius.
"Yup... Aku akan baik-baik saja." Jawab Ayla menegarkan dirinya.
"Padahal aku berpikir bercerita dengan orang asing yang takkan aku temui lagi. Tapi malah bertemu dengan adik ipar kakakku. Dan di sini aku merasa kamu tau segalanya, dan sepertinya tidak bisa menutupi perasaanku." Ucap Ayla sambil tertawa canggung.
"Jadi, kamu mengikuti ideku dan kembali. Tapi kamu sudah terlambat.?" Tanya Noah menanyakan hal yang sudah jelas.
"Iya, dan jika Juan memutuskan untuk menikahi kak Ayra berarti dia juga masih memiliki perasaan itu. Bagiku, kebahagiaan kak Ayra juga merupakan kebahagiaanku. Dan sekarang aku hanya perlu pergi jauh dari tempat ini melupakan dan menghindari Juan." Ucap Ayla berdiri dan berjalan ke rumahnya.
"Tapi, apa kamu bisa lari dan menghindar dari kak Juan? Dan apa kamu benar-benar bisa melupakannya? Atau kah, cintamu begitu besar untuk kakakmu?" Batin Noah yang menatap iba pada Ayla, mengingat bagaimana dia menangis sendirian di gedung tempat mereka bertemu.
*bersambung...