800 setelah perang nuklir dahsyat yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dunia telah berubah menjadi bayangan suram dari masa lalunya. Peradaban runtuh, teknologi menjadi mitos yang terlupakan, dan umat manusia kembali ke era primitif di mana kekerasan dan kelangkaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Di tengah reruntuhan ini, legenda tentang The Mockingbird menyebar seperti bisikan di antara para penyintas. Simbol harapan ini diyakini menyimpan rahasia untuk membangun kembali dunia, namun tak seorang pun tahu apakah legenda itu nyata. Athena, seorang wanita muda yang keras hati dan yatim piatu, menemukan dirinya berada di tengah takdir besar ini. Membawa warisan rahasia dari dunia lama yang tersimpan dalam dirinya, Athena memulai perjalanan berbahaya untuk mengungkap kebenaran di balik simbol legendaris itu.
Dalam perjalanan ini, Athena bergabung dengan kelompok pejuang yang memiliki latar belakang & keyakinan berbeda, menghadapi ancaman mematikan dari sisa-s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Pertempuran Tak Terelakkan
Langit malam yang gelap tampak lebih suram dengan awan hitam yang menggulung, seolah-olah dunia sendiri mengerti akan kehancuran yang akan datang. Pasukan revolusi Athena, yang terdiri dari berbagai pejuang pemberani dari seluruh penjuru dunia, bergerak maju dengan tekad yang tak tergoyahkan. Mereka tahu, malam ini, mereka akan menghadapi musuh besar yang lebih kuat dari apa pun yang pernah mereka temui sebelumnya—dan bukan hanya sekadar musuh biasa. Pasukan ini adalah salah satu dari empat faksi militer terbesar di dunia, faksi yang selama ini menjadi pesaing utama Atlantis dalam perebutan kekuasaan global. Mereka dikenal sebagai Legion of Blackstone.
Faksi ini, yang dipimpin oleh Jenderal Lykos, dikenal dengan kekuatan militernya yang tak tertandingi. Mereka menguasai senjata canggih yang jauh melampaui apa yang dimiliki oleh pasukan biasa, dan kemampuan taktis mereka telah menjadikan mereka ancaman nyata bagi semua kekuatan dunia. Meskipun mereka sering berseberangan dengan Atlantis, hubungan mereka dengan revolusi Athena adalah sesuatu yang lebih rumit. Mereka bukan sekadar sekutu, tetapi juga musuh yang memiliki tujuan yang berbeda. Jika pasukan Athena gagal, maka kekuasaan dunia akan jatuh ke tangan mereka, bukan ke tangan rakyat yang berjuang untuk kebebasan.
Athena berdiri di depan markas revolusi, matanya menatap medan perang yang tak jauh dari mereka. Suasana hening, hanya terdengar desis angin yang menerpa dinding dan dedaunan yang bergoyang. Pasukan revolusi telah bersiap dengan hati-hati, menyusun formasi yang rapat, tetapi ketegangan jelas terasa di udara. Mereka tahu bahwa ini adalah salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah mereka.
"Athena," kata Kael, suara berat namun penuh rasa tanggung jawab. "Kita tidak bisa meremehkan mereka. Blackstone memiliki lebih banyak kekuatan dan pasukan yang lebih terlatih daripada kita."
Athena memandang Kael dengan pandangan yang tajam dan tegas. "Aku tahu, Kael. Tapi kita tidak bisa mundur. Apa yang kita perjuangkan lebih dari sekadar kemenangan kita malam ini. Ini adalah tentang masa depan dunia, dan kita harus menang. Mereka tidak bisa diizinkan untuk menguasai dunia ini."
Kael mengangguk, meskipun rasa khawatir masih menghantui hatinya. Namun, dia tahu bahwa tak ada jalan mundur. Pasukan revolusi yang dipimpin Athena telah bertahan melalui segala macam cobaan, dan mereka tidak akan membiarkan dunia ini jatuh kembali ke dalam tangan kekuasaan yang menindas.
Di sisi lain medan perang, pasukan Legion of Blackstone bersiap. Jenderal Lykos, pemimpin mereka yang terkenal dengan kecerdasan taktis dan kekejamannya, berdiri di depan pasukannya dengan sikap penuh wibawa. Dengan pakaian militer hitam yang membalut tubuhnya, dan jubah yang berkibar di belakangnya, ia menatap musuh-musuhnya yang jauh di depan.
"Pasukan kita memiliki segala yang diperlukan untuk menghancurkan mereka," kata Lykos dengan suara yang dalam dan menggelegar. "Jangan biarkan mereka menipu kita dengan semangat pemberontakannya. Kita akan menghancurkan mereka, dan kita akan mengambil alih dunia ini."
Pasukan Blackstone bergerak dengan kekuatan yang luar biasa, membentuk formasi yang rapat dengan senjata yang bersinar tajam di bawah cahaya bulan. Mereka telah berlatih untuk pertempuran ini selama bertahun-tahun, dan mereka tahu bahwa malam ini adalah momen yang akan mengubah sejarah.
Bentrok Di Tengah Perang
Athena mengangkat tangan, memberi isyarat kepada pasukannya untuk bergerak maju. Dengan teriakan perang yang menggema, pasukan revolusi mulai bergerak, menembus kegelapan malam yang tebal. Mereka bersiap untuk bertempur, siap menghadapai musuh yang jauh lebih kuat. Setiap langkah mereka penuh dengan keberanian, karena mereka tahu bahwa pertempuran ini bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk masa depan dunia yang bebas dari tirani.
Di sisi lain, pasukan Legion of Blackstone mulai maju dengan kecepatan yang mengerikan, menanggalkan keraguan dan berlari ke medan perang. Mereka sudah mengincar setiap langkah musuh, setiap gerakan mereka, dan mereka tahu bagaimana menghancurkan lawan dengan taktik yang sudah mereka kuasai. Senapan plasma mereka bersinar dengan energi yang mematikan, siap menembus apapun yang menghadang.
Ketika kedua pasukan bertemu, ledakan pertama mengguncang udara, dan pertempuran langsung pecah dengan keganasan yang tak terbayangkan. Teriakan, dentingan senjata, dan ledakan terjadi begitu cepat sehingga hampir tak bisa diikuti. Pasukan Athena yang lebih kecil, meskipun bersemangat, merasa betapa besar tantangan yang mereka hadapi.
Kael, dengan pedangnya yang terhunus, berlari ke depan, menghancurkan barisan musuh yang mencoba menghentikannya. Serangannya begitu cepat dan mematikan, mengiris udara dengan setiap ayunan. Dia berputar, menghancurkan musuh satu demi satu, tetapi dia tahu bahwa jumlah mereka lebih banyak dari pasukannya.
Athena berlari di sampingnya, memimpin pasukan dengan tekad yang menggebu-gebu. Ia melompat ke depan, memotong musuh dengan serangan yang terampil dan mematikan. Tiap langkahnya memancarkan keberanian yang menular ke setiap pejuang revolusi yang ada di belakangnya. Mereka berjuang untuk kebebasan, untuk kebenaran yang harus diungkap.
Namun, pasukan Blackstone bukanlah musuh biasa. Mereka bergerak dengan taktik yang terkoordinasi sempurna, menyerang dengan kekuatan yang luar biasa. Setiap serangan mereka dirancang untuk membunuh, dan mereka tidak memberi ampun.
Di tengah kekacauan, Athena bertemu langsung dengan Jenderal Lykos. Mereka berdua saling menatap, mengenali satu sama lain sebagai lawan yang sebanding. Lykos tersenyum sinis, merasakan antusiasme pertarungan ini.
"Jadi, ini yang disebut sebagai pasukan revolusi," katanya dengan suara rendah dan mematikan. "Kau tidak tahu apa yang kau hadapi, Athena."
Athena menatapnya dengan tatapan tajam. "Kami berjuang untuk dunia yang lebih baik. Apa yang kau perjuangkan, Lykos? Hanya kekuasaan yang tak akan pernah berakhir?"
Lykos tertawa keras, memutar pedangnya dengan gesit. "Kekuasaan adalah segalanya. Tanpa itu, dunia ini hanyalah kehancuran. Kau akan melihatnya sendiri."
Dengan itu, pertempuran antara Athena dan Lykos dimulai. Pedang Athena bersilangan dengan pedang Lykos, menciptakan percikan yang memantulkan cahaya bulan. Setiap serangan mereka begitu cepat dan mematikan, seperti dua badai yang bertabrakan di tengah lautan. Athena memanfaatkan kelincahannya untuk menghindari serangan mematikan Lykos, sementara Lykos mencoba menebasnya dengan serangan yang menghancurkan.
Kael yang melihat pertempuran ini menyadari bahwa ini adalah momen krusial—untuk menghentikan Lykos, mereka harus menghancurkan barisan Blackstone terlebih dahulu. Dengan teriakan yang menggema, ia memimpin serangan balik ke arah pasukan Blackstone, sementara Athena dan Lykos terus bertarung tanpa henti.
Namun, saat pertempuran semakin intens, Athena menyadari sesuatu yang mengerikan—meskipun mereka telah merusak barisan musuh, pasukan Blackstone tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Mereka sangat terlatih, sangat kuat. Ini bukanlah musuh yang bisa dihadapi dengan mudah. Kekuatan mereka semakin membanjiri medan perang.
"Athena!" teriak Kael dari kejauhan, meluncur ke arahnya. "Kita harus mundur! Kita tidak bisa mengalahkan mereka tanpa bantuan tambahan!"
Tapi Athena tahu bahwa mundur bukanlah pilihan. "Kita akan bertarung sampai akhir, Kael. Kita tidak akan membiarkan mereka merusak dunia ini lebih jauh."
Dengan semangat yang tak pernah padam, pasukan revolusi bertempur melawan musuh yang tampaknya tak terbendung, tetapi mereka tahu satu hal yang pasti—pertempuran ini adalah bagian dari perjuangan yang lebih besar, dan mereka tidak akan pernah berhenti berjuang.
Perang ini baru saja dimulai.