Kehidupan kali ini sangat buruk, Fen Hui ingin mengubah nasib nya. Tidak seperti kehidupan sebelumnya, dia hidup serba kecukupan. Tapi kali ini hidupnya tidak mudah, makan hanya dengan kentang dan ubi. Gandum yang ditanam di ladang tidak bisa dimakan! ayah yang selalu mengutamakan belajar dan bersenang-senang. Datang kerumah hanya untuk mengeruk uang ibunya, tidak bisa dibiarkan! kali ini Fen Hui ingin makan enak dan hidup nyaman sama seperti dikehidupan sebelum nya.
Jadwal update;Selasa,Rabu,Kamis,Sabtu dan, Minggu.
Libur Reguler;Senin dan Jum'at.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carrot_Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengapa begitu mahal?
Semua orang tengah menatap bungkusan daun pisang layu, tertata rapih diatas nampan. Bibi Zhou berniat membeli Jahe hari ini, dia ingin membuat teh Jahe. Tapi melihat dagangan lain milik Fen Hui membuat wanita itu penasaran.
"Apa ini?"
Jari nya menunjuk nampan berisi kue buatan Fen Hui dengan penasaran.
"Bibi Zhou, ini adalah singkong kukus gula merah, rasa nya sangat enak dan manis. Harga satuannya 3 sen."
3 sen? Bukankah itu sangat mahal? Bibi Zhou menarik kembali jari nya. Dia merasa untuk satu bungkus makanan sangat mahal, melirik Fen Hui penuh rasa bersalah. Tapi anak itu terlihat biasa saja, jelas Bibi Zhou bukanlah target pasarnya.
"Bibi pasti anda heran mengapa harganya begitu mahal? Itu karena saya menggunakan gula merah dan gula tebu. Untuk gula merah anda pasti tau gulanya sangat mahal."
"Tunggu? Kau menggunakan gula merah? Aku menyukai rasa manis dari gula merah, beri aku dua buah saja!"seorang wanita dewasa lain menyeruak kedepan antrian.
Fen Mei membantu memberikan dia bungkus singkong gula merah, gadis itu menerima 6 sen dari wanita itu. Di masa ini gula merah sangat mahal, itu setengah dari 1 Jiao. Sedangkan gula tebu lebih rendah dari gula merah, masyarakat biasa lebih memilih gula tebu. Sedikit tidak banyak mencoba gula merah beberapa kali, itu pun tidak sering.
"Susah untuk mendapatkan makanan yang menggunakan gula merah di pasar, aku sangat beruntung tidak perlu pergi ke restoran."
Wanita itu pergi membawa dua singkong gula merah kukus, Bibi Zhou terdiam. 3 sen sudah termasuk murah untuk makanan dengan bahan gula merah. Pada akhirnya dia mengambil satu untuk mencicipinya dirumah nanti.
"Xiao Fen! Aku juga menginginkan nya."
"Benar, ku rasa tidak sia-sia datang kemari, biar ku pamerkan pada pelayan lain aku bisa menikmati makanan gula merah."
"Ya.. silahkan ambil dan bayar uangnya pada adik saya."
Dalam hitungan detik, satu nampan singkong gula merah kukus sudah habis. Paman Tian juga mengambilnya karena penasaran, dia membuka satu bungkus dan menggigit nya. Rasa manis meleleh di lidah, tekstur singkongnya kenyal sangat enak dengan paduan rasa mandi dari gula merah dan tebu. Ada rasa gurih nya dari parutan kelapa, tidak begitu buruk. Ini sangat enak, matanya bersinar menatap Fen Hui tak percaya.
"Bagaimana bisa kau membuat camilan selezat ini?"
Fen Hui tersenyum canggung, dia hanya ingat resep dari teman di kehidupan sebelumnya. Temannya berasal dari negara Nusantara, nama asli makanan yang di buatnya adalah Lemet, salah satu makanan khas Central Java.
"Itu... Rahasia."
"Sepertinya kau memiliki bakat memasak yang bagus."puji Paman Tian.
Gadis yang di pujinya hanya menggaruk kepala, dia tidak tau harus merespon apa.
"Besok adalah hari yang penting, aku tidak bisa datang menjemput Kunyit, jahe dan lengkuas nya. Biar karyawan ku saja yang mengambilnya."
Hari yang penting? Itu berarti Paman Tian akan sibuk, jadi Fen Hui hanya mengangguk. Fen Mei duduk terdiam, memandangi kepergian Paman Tian. Disisi lain, dia tengah menunggu Fen Qian yang tak kunjung datang.
"Mengapa Dajie begitu lama?"
Fen Hui menarik keranjang bambunya ke belakang Fen Mei, menandakan jualannya sudah habis. Sementara Matahari sudah menjulang tinggi melebihi atas kepala mereka. Melihat adiknya mengkhawatirkan Fen Qian, membuat nya ikut khawatir. Ini sudah lama semenjak kepergian sang Kakak tadi pagi.
"Dia sedang sibuk, tunggu saja disini."Fen Hui memberikan dua sen pada adiknya.
Wajah Fen Mei kembali bersemangat, dia mendapatkan dua sen lagi hari ini. Uang tabungannya sudah sedikit terisi penuh.
"Bisakah kita berkeliling sebentar? Katanya di kabupaten ini ada sekolah baru milik keluarga Mo, Mei'er sangat penasaran."
Mendapatkan tatapan memohon dari adiknya, Fen Hui tidak bisa menolak. Tangannya meraih keranjang bambu. Menuntun adiknya menuju sekolah baru milik keluarga ternama di Kabupaten, beberapa kali menanyakan jalan pada orang-orang sekitar. Karena Fen Hui bukan orang yang buta map. Dan paham akan petunjuk yang orang berikan padanya, tidak sulit menemukan sekolah baru itu.
Tembok besar dengan gerbang kayu cokelat terlihat menarik, Fen Mei menatap kagum murid-murid yang sedang keluar masuk. Kedua anak itu memperhatikan sekolah baru dari jauh.
"Mengapa tidak ada perempuan sama sekali?"dahi Fen Hui mengerut, bukankah pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan baru beberapa tahun lalu? Anehnya tidak ada satu anak perempuan yang dia lihat.
"Itu karena semua orang masih menganggap kita tidak pantas untuk belajar."Fen Mei mengingat kan Kakaknya.
Membuat Fen Hui menepuk jidat yang tak bersalah, kedua gadis itu berjalan merapat di pinggir tembok. Berniat pergi kebelakang bangunan sekolah, siapa tau ada pintu belakang. Bisakah mereka menyelinap untuk melihat-lihat? Fen Hui merasa penasaran dengan sekolah di zaman ini.
"Cih, Tuan muda apanya! Kau hanya rakyat jelata."
Dugh...
Beberapa anak laki-laki berkerumun dibawah pohon beringin, satu anak bertubuh kurus jatuh tersungkur. Dia ditendang dengan keras oleh anak-anak lainnya. Fen Hui terkejut melihat adegan pembullyan itu, menutup mata Fen Mei dan menarik gadis itu bersembunyi di balik tembok sisi lain. Suara tendangan dan pukulan terdengar sangat, di selingi suara tawa yang menyebalkan.
"Aku sangat heran, mengapa pemimpin keluarga Yan mengangkat mu sebagai salah satu keluarga mereka?"
"Dasar rakyat jelata, tidak tahu diri."
"Mati saja! Aku tidak mau satu kelas dengan mu."
Satu tendangan lain dilayangkan pada wajah, setelah itu kelompok anak laki-laki itu berjalan pergi ke sisi lain. Mereka tidak akan melewati jalan yang dipilih oleh Fen Hui.
"Mereka sangat jahat."mata Fen Mei berembun.
Tangan kecilnya merengkuh tubuh Kakaknya, mendekapnya erat. Dia takut, sangat takut. Bagaimana jika anak-anak itu datang pada mereka berdua dan melakukan hal yang sama?
"Jangan takut, mereka sudah pergi."Fen Hui mencoba menghilangkan rasa takut Fen Mei.
"Umm, kita harus menolong nya Jiejie."
Fen Mei menatap netra jernih Fen Hui, Kakaknya terlihat sangat enggan. Dia tidak ingin ikut campur, karena itu hanya akan menyeret mereka berdua ke hal yang berbahaya.
"Jiejie?"
"Tunggu disini, aku akan memeriksa nya."
"Umm."
Kakaknya berjalan mendekati anak laki-laki yang lebih tua dari Fen Mei, dia terlihat sepantaran dengan Fen Hui. Gadis itu berjongkok menatap wajah penuh lebam tanpa ekspresi apapun.
"Luka mu terlihat cukup parah, apa kau bisa bergerak?"tangan Fen Hui menepuk bahu pemuda itu.
Anak yang ditepuknya hanya mengerang kesakitan, matanya terbuka menatap Fen Hui jengkel.
"Singkirkan tangan mu!"
Dia tidak suka di sentuh orang asing, apa lagi yang belum pernah dia temuin dan dia kenal sama sekali. Fen Hui menarik tangannya, dia merasa anak didepannya sangat menyebalkan.
"Sudah disingkirkan, kau baik-baik saja? Apa perlu bantuan?"
"Tidak, dan pergi lah. Jangan menggangguku."
Pemuda itu berusaha bangun, tapi tubuhnya terasa begitu sakit dan remuk. Mata elangnya semakin terlihat mengkilat, ada amarah yang berkobar disana. Tubuhnya mendadak terangkat setengah, rupanya Fen Hui membantunya berdiri. Belum sempat berbicara, gadis itu menyeretnya secara kasar. Seluruh tubuhnya semakin menjerit kesakitan, dia ingin memberontak. Mulutnya tidak berguna, bahkan sepatah kata tidak bisa dikeluarkan.
"Ayo Mei'er kita pergi ke rumah pengobatan terdekat, rupanya orang ini menderita luka parah."
"Biar Mei'er bawakan keranjang nya."
"Tidak."tolak Fen Hui halus.
Gadis itu meraih keranjang anyaman dan membawa orang asing di sampingnya. Menopang tubuh pemuda itu, tubuh kurusnya seperti akan patah menahan beban berat. Fen Mei merasa khawatir, tapi dia tetap diam dan mengikuti Fen Hui dari belakang. Kakaknya terlihat kesulitan karena permintaan nya sendiri.
Mereka bertiga mencari pengobatan terdekat, beruntung nya di dekat sekolah ada rumah pengobatan. Begitu sampai Fen Hui melempar kan pemuda itu pada seorang dokter untuk diobati. Mengeluarkan beberapa uang untuk menebus obat, dan pergi cepat karena tidak mau berurusan lebih banyak.
"Jiejie, mengapa kita meninggalkan nya?"tanya Fen Mei cemas.
"Kita sudah membantunya, aku bahkan membayar pengobatan nya dengan uang hasil berjualan hari ini. Jangan bersikap berlebihan pada orang yang tidak dikenal."tegas Fen Hui.
Dia tahu, niat baik adiknya itu hal yang baik. Akan tetapi pilihan untuk ikut campur lebih banyak itu buruk, bisa saja mereka berdua kena imbas. Fen Hui tidak memiliki kekuatan untuk melawan, tubuhnya saja sangat lemah. Membawa kunyit beberapa kilo, membuat punggung nya nyaris patah.
"Adik!"
Fen Hui dan Fen Mei berhenti berjalan saat mendengar suara familiar. Kakak keduanya datang menghampiri dengan wajah merah dan nafas terengah-engah.
"Ya ampun, aku mencari kalian kemana-mana. Untunglah kita bertemu."Fen Qian merasa hatinya lega melihat kedua adiknya.
Saat dia pulang ke posisi tempat biasa adiknya berjualan, tidak ada seorang pun disana. Membuat nya panik bukan main, dia takut kedua adiknya diculik seseorang.
"Apa Dajie baik-baik saja?"Fen Hui menatap Kakaknya khawatir.
Fen Qian menggeleng kan kepala."tidak sama sekali, mari pulang. Aniang sudah pasti menunggu kita."
"Ya."
Mereka bertiga berjalan pulang, Fen Hui menoleh kebelakang. Dia merasa ada tatapan tajam menghujani punggungnya, membuat nya merasa merinding. Tapi sayangnya tidak ada seorang pun dibelakang mereka.