Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 - Beli satu gratis satu
Pagi-pagi sebelum melakukan aktifitasnya bersiap-siap pergi ke kampus, entah apa yang merasukinya, Zuya membeli sarapan pagi untuk Shawn. Bukan untuk dirinya. Tetapi untuk laki-laki yang dia anggap musuh itu. Bahkan dia rela bangun jam tujuh pagi hanya untuk membelikan om jeleknya sarapan.
Bukan tanpa alasan gadis itu membelikan Shawn sarapan. Ia takut masalah ia menendang aset pria itu semalam akan berakibat fatal dan berujung pada si om yang meminta pertanggung jawabannya. Zuya sampai tidak bisa tidur nyenyak semalaman gara-gara perkara itu.
Jadi Zuya akan mengambil hati pria itu hari ini, agar si om jelek tidak mempermasalahkan masalah semalam kalau seandainya ada apa-apa.
Ting tong,
Ting tong, ting tong, ting tong_
Dengan santainya gadis itu membunyikan bel apartemen Shawn berkali-kali. Sampai sang pemilik yang baru saja habis mandi keluar dari kamarnya dengan emosi.
Siapa sih? Cari gara-gara sekali. Mau ngajak perang?
Shawn tidak habis-habisnya mengutuk. Saat bel pintunya tidak berbunyi lagi, pria itu memutuskan untuk tidak peduli. Ia berniat masuk lagi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tapi bel pintu apartemennya kembali berbunyi. Berkali-kali lebih banyak dari yang pertama tadi.
Ting tong, ting tong, ting tong_
Ting tong, ting tong_
Oke. Orang gila itu memang mau ajak perang rupanya. Shawn menutup matanya dalam-dalam. Dia tidak peduli masih mengenakan handuk. Emosinya sudah naik, ingin memaki-maki habis orang yang bermain-main di luar sana dengan bel pintu rumahnya.
Saat sampai di depan pintu, Shawn membuka pintu tersebut dengan kasar dan langsung melemparkan sumpah serapahnya.
"Brengsek! Kau mau mat ..." makian Shawn terhenti seketika saat mendapati siapa yang tengah berdiri di depannya sekarang ini. Masih lengkap dengan baju tidur donal bebeknya.
Ah si dedek nakal rupanya.
Emosi Shawn redup seketika. Tatapan mereka bertemu. Mata Zuya berkedip-kedip menatap Shawn dari bawah ke atas, lalu dari atas ke bawah dan berhenti di perut sixpack yang indah milik pria itu dan menelan ludah.
Sexy.
Om jelek yang berdiri di depannya ini sangat sexy. Hanya memakai handuk yang terlilit di pinggangnya dan rambut basah yang butiran-butiran air nya berjatuhan di bagian atas tubuhnya yang telanjang.
Shawn yang di tatap seperti itu pun mengulum senyumnya. Rupanya bocah ini menyukainya bentuk badannya.
"Good morning, sir." sapa Zuya kemudian. Senyumannya lebar sekali. Berbeda dari biasanya yang wajahnya selalu jutek kalau mereka bertemu. Hari ini berbeda. Zuya lebih bersahabat dari biasanya. Tentu mengundang rasa heran Shawn.
"Dedek, aku tidak melarang kalau kamu mau bertamu di rumahku. Tapi tolong jangan pencet bel apartemenku berkali-kali ya." kata Shawn sesabar mungkin.
Sementara Zuya mendengus dalam hati. Ekspresinya tetap menampakkan senyuman lebar. Dalam hati mengutuk pria itu. Kalau bukan karena takut dihantui pria itu yang meminta pertanggung jawabannya, dia juga tidak akan muncul pagi-pagi begini di rumah om-om.
"Ini buat om," tak mau berlama-lama, gadis itu mengulurkan kotak makan di depannya berisi sarapan yang dia beli untuk pria itu.
Shawn heran. Bocah ini memberinya sarapan. Dia yang masak? Tidak mungkin. Putri manja seperti dia pasti tidak bisa masak. Seperti adik perempuannya.
"Kamu beli sarapan buat aku?" Shawn heran.
"Iya. Tadi pas aku beli di rumah makan dekat sini, kebetulan banget ada promo sarapan beli satu gratis satu. Nggak mungkin aku makan semuanya kan? Jadi aku kasih ke om yang gratisnya, buat aku yang aku beli. Hitung-hitung beramal sama orang,"
"Aku bukan orang kurang mampu." sambung Shawn sebelum Zuya menyelesaikan kalimatnya. Gemas, rasanya ingin dia jitak kepala gadis ini. Tidak lihat apa dari tampangnya saja aura laki-laki kayanya sudah keliatan jelas.
Zuya menyengir lebar, menampilkan gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi.
"Aku bilang orang om, nggak ada tuh aku bilangnya orang kurang mampu. Cepet ambil ini, nggak baik loh nolak pemberian orang. Apalagi orangnya cantik dan tulus kayak aku." kata Zuya dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Ia mengambil tangan lelaki dihadapannya dan membuat lelaki tersebut memegangi kotak makanan.
Shawn sama sekali tidak menolak. Ia masih heran saja ada dengan gadis ini, tiba-tiba jadi baik begitu.
"Itu niat baik aku buat om, sekarang kita impas ya. Kalau ada yang salah dengan salah satu dari anggota tubuh om, jangan minta tanggung jawab aku. Setuju?"
Kening Shawn berkerut. Semakin tidak mengerti dengan arah pembicaraan si dedek.
"Ayo salaman dulu sebagai bukti om jelek setuju." Zuya sendiri juga mengambil tangan pria itu yang tak memegang apa-apa dan menjabat tangan kekar dan besar tersebut.
"Ya udah, aku udah berhutang lagi. Bye om!" setelah mengatakan itu, Zuya berbalik masuk ke dalam apartemennya. Meninggalkan Shawn yang masih mematung di tempat dengan wajah bingung.
Cukup lama pria itu berdiri di depan pintu sebelum berbalik masuk ke dalam. Ia menaruh kotak makan pemberian Zuya di atas meja makan.
Ada promo sarapan beli satu gratis satu.
Aku kasih ke om yang gratisnya.
Senyum Shawn mengembang. Awalnya Shawn hanya tersenyum, namun sesaat kemudian ia tertawa kencang. Ada-ada saja. Mana ada yang jual sarapan beli satu gratis satu. Seumur hidup dia baru mendengar ada promo makanan beli satu gratis satu dari Zuya. Malah katanya buat dia yang gratis lagi.
Tapi ...
Apa maksud perkataannya tadi kalau ada salah dengan salah satu dari anggota tubuhnya, jangan minta tanggung jawab darinya?
Shawn lagi-lagi di buat berpikir keras. Kira-kira kenapa gadis itu bilang begitu ke dia? Apakah dia melakukan sesuatu yang salah? Tapi apa? Lelaki itu terus berpikir.
Kemudian ingatan Shawn kembali pada kejadian semalam. Saat selangkangannya di tendang. Jangan-jangan gara-gara itu? Benar, pasti gara-gara itu. Kalau tidak kesalahan apa coba. Tidak ada yang fatal selain dengan yang berhubungan dengan meminta pertanggung jawaban.
Entah kenapa Shawn merasa bersemangat. Ia menatap ke bawah dan melepaskan handuk yang melilit pinggangnya. Nampaklah benda berurat panjang miliknya yang menggelantung di sela pahanya.
"Sepertinya bocah itu takut kau kenapa-kenapa. Karena dia tidak mau bertanggung jawab padamu." ucap Shawn sembari tertawa terpingkal-pingkal seperti orang gila.
Menarik sekali. Kehadiran Zuya yang penuh drama dalam hidupnya sungguh membuatnya jadi lebih bersemangat.