Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh keluarganya.
Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
#story by suciptayasha#
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Siapa pengkhianat-nya?
Serangan tiba-tiba dari pasukan geng Frost membuat seluruh penghuni bunker kalang kabut. Serangan bukan berasal dari pintu masuk utama, melainkan dari pintu keluar darurat yang terletak di bawah laut.
Keadaan di dalam bunker semakin kacau. Ledakan tadi adalah sinyal dimulainya pertarungan antar geng yang selama ini ditopang oleh rasa saling mengintai dan merendahkan lawan.
Kini, keretakan yang sudah lama ada mulai menampakkan kerusakan yang sebenarnya.
Satu perintah tegas diberikan oleh Evelyn selaku bos geng Frost, yaitu bunuh musuh yang terlihat!
Perintah dari sang bos diterima dengan semangat oleh para anggotanya. Sudah lama mereka menyimpan dendam terhadap geng Viper yang berbuat semena-mena di kota tersebut.
Mereka menyerbu dan membunuh semua tim pertahanan maupun para ilmuwan yang terlihat. Karena pintu darurat sudah dikuasai, satu-satunya jalan melarikan diri hanyalah dari pintu utama. Namun, pintu utama juga telah dijaga.
Siapapun anggota geng Viper yang mencoba melarikan diri akan segera dibasmi tanpa ampun.
"Sial!"
Luca meninju keyboard ruang kontrol hingga hancur. Ia sudah menyerah melawan serangan siber yang menggerogoti internet dalam bunker, sehingga mereka tidak bisa melihat situasi secara langsung.
"Apa yang terjadi di sini, apa yang orang-orang brengsek itu lakukan, kenapa mereka bisa tahu lokasi kita!"
Luca berteriak penuh emosi dan memukul meja kontrol berkali-kali hingga hancur, begitu juga dengan kepalan tangannya yang mengeluarkan darah.
Dalam kemarahan yang menguasai pikirannya, Luca melihat ke arah Elvario. Seketika ia mengingat rumor mengenai adanya pengkhianat di dalam organisasi.
"Hei Elvario... Apakah kau yang membawa orang-orang itu menyerang markas kami? Katakan dengan jujur apakah kau pengkhianatnya?"
"Hah? Apa yang kau katakan? Aku tidak akan menggunakan cara kotor seperti ini untuk menghancurkan kalian. Aku seorang diri sudah cukup untuk itu!"
Elvario kembali menunjukan permusuhannya. Ia tidak sudi dituduh sebagai seorang pengkhianat, apalagi oleh orang yang menuduhnya merupakan orang yang paling dia benci.
Elvario bahkan beranggapan jika Luca dan Luis-lah pengkhianat yang sebenarnya.
"Aku sudah cukup bersabar, seharusnya kami membiarkanmu mati membusuk di jalanan waktu itu, dasar bajingan! Sekarang aku sudah sadar bagaimana sikapmu yang sebenarnya, aku akan membunuhmu kali ini!"
Luca yang sudah naik pitam mendekati Elvario. Ia sudah tidak peduli dengan apapun lagi mengenai bunker ataupun organisasinya. Yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah menuntaskan masa lalunya.
"Seandainya aku tahu ini yang akan terjadi, mungkin aku lebih memilih untuk mati tanpa diselamatkan oleh seorang pengkhianat seperti kalian."
Elvario yang didatangi dengan beringas oleh Luca memasang sikap bertarung. Ia siap untuk mengakhiri semua penyesalannya di masa lalu.
'Sepertinya akan ada pertunjukan yang menarik. Aku tidak sabar melihatnya.'
Alden yang dari tadi hanya diam dan menonton memasang senyum tipis namun menunjukkan kemenangan yang meriah. Ia tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka di masa lalu, namun ia cukup senang melihat perpecahan di antara mereka.
"Kalian berdua hentikan itu sekarang juga. Tidakkah kalian berpikir jika situasi ini bisa saja diatur agar kita menuduh satu sama lain sebagai pengkhianat? Maksudku kita semua sudah dimanipulasi di sini."
Luis yang berusaha mengontrol situasi mencoba menenangkan kedua rekan eksekutifnya. Meskipun tidak punya bukti yang kuat, dia punya firasat bahwa ada seseorang yang mengendalikan situasi yang terjadi di tempat itu, dan perpecahan di antara mereka adalah tujuan utamanya.
Alden berdecik di dalam hatinya. Ia tidak menyangka jika eksekutif ke-5 Luis adalah orang yang sangat pintar dan cerdik.
Berkat omongan Luis yang berusaha keras meyakinkan mereka, Luca berhenti beberapa langkah sebelum mencapai tempat Elvario.
Meskipun Luca tidak mempercayai Elvario, ia sangat mempercayai Luis yang dengan segala kecerdikannya mampu membuat mereka meraih posisinya yang sekarang.
'Apakah dramanya hanya cukup sampai sini? Tentu saja tidak,' pikir Alden ketika ada seseorang yang mendobrak pintu ruang kontrol.
Beberapa orang dengan seragam biru memasuki ruangan. Hanya dengan sekali lihat mereka tahu dari geng mana mereka berasal.
"Jadi dalang dari semua masalah ini adalah geng Frost." gumam Luca merasa yakin dengan tebakannya. Semua orang tahu jika pemimpin geng Frost yaitu Evelyn adalah orang yang licik.
Salah seorang anggota geng Frost mendekati Elvario dan menunduk di hadapannya, "Semua berjalan sesuai rencana, Tuan Elvario!"
Ucapan dari geng Frost itu bagai petir yang menyambar di siang bolong, membuat semua orang terkejut termasuk Elvario.
"Kami sudah menjalankan seluruh rencana dan siap untuk rencana berikutnya. Kenapa Anda belum menyingkirkan mereka berdua, Tuan?"
"Apa yang kau katakan—"
"Jadi begitu, kau benar-benar pengkhianat brengsek!" teriak Luca penuh emosi, memotong omongan Elvario.
Tanpa aba-aba, Luca langsung mendaratkan pukulan keras ke wajah Elvario yang membuatnya terhuyung ke belakang.
Elvario tidak menyangka dengan perkembangan situasi yang kacau ini. Pukulan Luca bukan hanya menyakitkan secara fisik, namun juga menyalakan amarah dalam dirinya.
Dia berdiri, mengusap darah dari sudut bibirnya, dan menatap balik Luca dengan tatapan penuh kebencian.
"Jangan memancing amarahku, Luca," Elvario berkata dengan suara dingin. "Aku tidak tahu permainan kotor apa yang sedang dimainkan di sini, tapi aku tidak ada hubungannya dengan geng Frost."
Luca tidak mendengarkan. Kemarahannya telah menutup akal sehatnya. "Pengkhianat sepertimu tidak layak bernapas di dunia ini!" teriaknya lagi, bersiap untuk menyerang sekali lagi.
Alden mengamati konflik itu dengan seksama, matanya menyipit seolah menikmati pertunjukan tersebut. Di satu sisi, dia merasa harus melakukan rencana selanjutnya, tetapi di sisi lain, dia ingin melihat bagaimana drama ini berkembang.
Sesuatu di raut wajah orang-orang dari geng Frost menunjukkan bahwa ada lebih dari yang terlihat. Di balik ekspresi patuh mereka, tampak kilatan tipu muslihat dan kebohongan yang hanya bisa dikenali oleh mereka yang sudah berpengalaman dalam dunia kelam ini.
Luis ingin menghentikan perkelahian antara rekannya itu, berkali-kali ia mengatakan jika ini semua hanyalah jebakan, namun kali ini perkataannya sama sekali tidak didengar oleh mereka berdua.
Ketika Luis ingin menghentikan mereka secara langsung, Alden yang sedari tadi hanya diam menonton tiba-tiba menghadangnya.
Terlihat senyuman tipis di bibirnya, seakan senang dengan perkembangan situasi yang terjadi saat itu. Hanya dengan melihat sedikit ekspresi Alden, Luis akhirnya menyadari siapa yang telah memanipulasi mereka sejak awal.
"Hahaha, bocah itu benar-benar menemukan teman yang menarik. Kenapa aku tidak sadar sebelumnya," ujar Luis sambil tertawa kecil. Kini ia tidak bisa melakukan apapun untuk melerai perkelahian di antara Elvario dan Luca.
Namun, ia akhirnya mengetahui dalang dari segala kekacauan itu.
"Mengetahui semuanya sekarang sudah terlambat."
Alden tersenyum tipis, membuat Luis yang biasanya memiliki kepribadian tenang dan penuh perhitungan menjadi marah dan impulsif.
Tanpa basa-basi Luis langsung mengarahkan tinjunya seolah membelah udara. Walaupun badannya tidak sebesar petarung pada umumnya, namun otot-otot di tubuhnya telah ditempa dengan baik.
Dengan satu gerakan cepat, Luis menghantamkan tinjunya ke arah wajah Alden, namun tinju cepat itu dapat ditangkap langsung dengan mudah olehnya.
Luis tidak terkejut, ia sudah memperhitungkan kemampuan Alden. Tidak mungkin Elvario merekrut orang dengan kemampuan biasa-biasa saja.
(saran aja)