Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Noel Muak
Liam dan Noel saling tatap dengan ekspresi pasrah. Entah berapa hotel yang sudah dihubungi tapi tidak ada check in atas nama Jessica.
“Gimana?” tanya Noel pada sahabatnya.
Liam merengut. Kesal sendiri karena tidak tahu harus apa. Ia melempar pelan HP ke atas sofa dan bersandar. “Tau deh!” jawabnya malas.
Noel mengambil sekaleng kopi di dalam kulkas ruangannya lalu memberikan pada Liam. Mungkin setelah ngopi, pikiran mereka sedikit lebih tenang.
“Malam ini fix gak akan bisa tidur,” kata Liam membuka kaleng kopi.
“Mau kutemani?” tawar Noel.
“Sepertinya kamu harus cepat-cepat urus soal Alesha.”
Noel diam tak menjawab.
“Karena ini makanya Jessica sampai kabur,” lanjut Liam.
“Hm. Nanti malam akan kuselesaikan,” jawab Noel.
Liam mengangguk. “Aku percayakan semuanya sama kamu,” ujarnya menepuk pundak Noel.
“Doakan semoga malam ini sabarku unlimited dan infinity, ya.”
Liam terkekeh dan mengacungkan jempol. Ia tahu mana mungkin Noel akan menahan kesabarannya kecuali dia berdebat di depan Olivia, dan itu tentu saja tidak mungkin.
***
Makan malam tiba, Jessica memilih baju terbaiknya. Meski dia hanya sendirian, tetap saja dia menerapkan dress well sebagai harga mati.
“Oke, Jess. You look stunning,” pujinya pada diri sendiri saat menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Setelah dirasa beres dengan penampilannya, Jessica keluar kamar dan siap menuju resto tepi pantai yang disediakan pihak resort.
Ketika dia sudah berada di resto, barulah dia sadar bahwa ada beberapa tamu lainnya di resort ini. Yang mana artinya dia tidak benar-benar sendirian. Mungkin ada lah sekitar 10 kamar yang di check in, salah satunya Jessica.
Namun, kebanyakan dari mereka adalah pasangan yang sedang berbulan madu. Terbukti bagaimana romantisnya dua sejoli yang berpegangan tangan dengan erat, atau saling tertawa karena sesuatu yang sebenarnya menurut Jessica terlalu receh.
“Ya, ya, ya. Harmoni pengantin baru. Nanti juga bakalan shock setelah tahu sifat asli pasangannya,” gumam Jessica yang hanya dirinya sendiri mendengar.
Si janda cantik itu memilih satu table dengan dua kursi. Meski sendirian, dia tetap merasa bahagia. Memangnya apa yang harus ditangisi ketika dia memiliki karir yang tinggi dan orang-orang yang banyak peduli padanya.
“Selamat malam,” sapa seseorang.
Jessica yang tadinya menatap ombak laut yang menggempur karang, langsung menoleh setelah mendengar suara yang tak asing.
“Malam, Fero.” Jessica menjawab dengan senyum menawannya.
“Ini menu kita malam ini,” kata Fero dengan profesional sambil memberikan sebuah buku menu pada Jessica.
“Hm … malam ini jadi waiter? Kupikir bakalan nemenin aku di sini,” canda Jessica sambil menerima buku menu tersebut.
Fero terkekeh pelan. “Ya, maunya begitu. But, i’m on duty now,” bisiknya lalu tertawa kecil disambut tawa juga oleh Jessica.
“Oke deh.” Jessica mulai membuka buku menu dan membaca satu persatu hidangan yang bisa dipesan.
“Di resto kami biasanya terkenal dengan masakan lautnya. Kalau anda mencoba itu, saya jamin besok malam anda akan memesan makanan yang sama,” kata Fero mulai promosi.
Jessica menahan tawa. Dia tidak menyangka kalau ternyata seorang owner resort dan memiliki banyak usaha itu bisa juga menjadi seorang waiter. Anggaplah ini sebagai nilai plus, iya kan?
“Baik. Kalau begitu saya pesan yang anda rekomendasikan saja,” kata Jessica sambil menutup buku menu.
Fero mengangguk paham. “Kalau begitu, saya akan pesan makanan terbaik di resto ini. Mohon tunggu sebentar,” ucapnya membungkuk hormat.
“Ya,” jawab Jessica singkat.
Fero pergi meninggalkan table Jessica dan menuju area dapur untuk memberitahu koki masakan yang paling direkomendasikan.
Sembari menunggu makanan datang, Jessica menyandarkan punggung di kursi, menyilangkan kaki, bersedekap dan menatap lurus ke pantai.
Terus terang sekarang dia sedang memikirkan dua sahabatnya, Liam dan Noel.
“Mereka pasti panik,” lirihnya. “Maafin aku,” sambungnya dengan tatapan hampa.
***
Sementara itu di rumah Noel. Lelaki itu tengah duduk di kursi ruang tamu sendirian. Olivia saat ini menginap di rumah neneknya. Noel sengaja meminta ibunya untuk menjaga Olivia karena ingin bicara serius dengan Alesha.
Cukup lama Noel menunggu Alesha pulang bekerja, akhirnya sang istri datang dengan wajah sayu dan lelah.
“Kenapa baru pulang?” tanya Noel dingin.
Alesha sedikit kaget melihat Noel duduk di ruang tamu sendirian dalam keadaan lampu dimatikan.
“Kamu ngapain?” Bukannya menjawab, Alesha justru balik bertanya.
Noel berdiri dari duduknya. Kedua tangannya di saku celana. Ia mendekati Alesha yang masih bergeming di tempatnya.
“Kenapa kamu baru pulang?” ulangnya lagi. “Habis dari mana saja?”
“Aku kerja,” jawab Alesha singkat.
“Kerja apa sampai jam segini?”
Alesha menatap bingung ke Noel. Ekspresi lelaki itu begitu dingin dan nada bicaranya juga tidak ramah seperti biasa.
“Kamu apa-apaan sih, Sayang? Mau ngerjain aku, ya?” tanya Alesha diselingi tawa canggung.
“Aku tidak bercanda,” kata Noel.
Alesha menghela napas panjang dan memijat pelipis mata. “Noel … aku capek. Aku benar-benar baru pulang kerja. Ini akhir bulan, jadi wajar saja kalau aku lembur.”
“Ini alasan kamu yang ke berapa?”
“Hah? Maksudnya apa?” Alesha tidak mengerti dengan pertanyaan Noel. Faktanya memang dia dari kantor dan seharian bergelut dengan pekerjaannya.
“Bukankah selama ini kamu hanya menjadikan pekerjaan sebagai alasan agar bisa bersenang-senang,” sindir Noel.
“I don't get what you're saying, Noel? Aku beneran kerja. Kalau gak percaya kamu bisa hubungi orang-orang di kantorku!” kesal Alesha yang merasa tertuduh.
Noel tertawa sinis dan memutar bola matanya seraya berkata, “Tcih! Bullshit!”
Alesha terperangah mendengar itu. Ini tidak seperti Noel yang biasanya. “Are you okay, Babe? Kamu capek kerja?” tanya dia dengan perhatian dan ingin memegang pipi Noel.
Namun, lelaki itu langsung menepis tangan Alesha seolah ia tak ingin disentuh istrinya.
“Kamu kenapa sih?!” Akhirnya nada bicara Alesha meninggi juga karena hampir kehilangan kesabaran.
“Jawab jujur dulu pertanyaanku.”
“Sudahlah! Ini benar-benar tidak penting untuk dibahas. Aku mau tidur di kamar Olive saja,” ujar istrinya sambil berlalu.
“Olivia di rumah ibu,” kata Noel.
Alesha menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badan. “Kenapa? Kok gak ngasih tau aku? Kok gak izin dulu?”
“Mau izin kamu? Gimana caranya? Kamu gak lihat aku telpon kamu sampai belasan kali tapi tidak diangkat. Kamu lagi keasikan sama siapa sampai-sampai telpon suami diabaikan?”
DEG! Alesha langsung bungkam mendengar itu.
“Atau … Jangan-jangan kamu punya HP lain yang disembunyikan,” lanjut Noel mengingat kalau Deon juga melakukan hal yang sama.
“Sekarang yang ngomong bullshit itu kamu, Noel!” Alesha memaksa tawanya untuk menutupi segala kegugupannya sekarang.
Sekali lagi Noel berdecih dan tersenyum sarkas.
“Aku mau jemput Olive ke rumah ibu,” kata Alesha berjalan menuju pintu.
“Nggak usah!” tahan Noel sambil mencengkram lengan Alesha.
“Aw!” Alesha merasa kalau cengkeraman tangan Noel terlalu keras. “Sakit, Noel!” rintihnya berusaha melepaskan tangan suaminya.
Noel melepaskan cengkramannya sambil menyentak tangan Alesha dengan kasar.
“Dengar baik-baik,” kata Noel.
Alesha hanya meringis sambil mengelus lengannya.
“Aku sudah tau semua kebusukanmu, Alesha! Your secret's busted."
“Kamu bicara apa? aku nggak ngerti,” kata Alesha masih berpura-pura polos.
“Nggak usah menutupi semuanya. Setelah bayi itu lahir, aku akan segera melakukan tes DNA.”
“Tes … DNA?” Seketika wajah Alesha menjadi pucat mendengar pernyataan suaminya. “A–apa maksudmu?” suaranya mulai terbata-bata.
Noel tersenyum sinis. Tatapannya tajam seolah ingin menghunus perempuan di hadapannya.
“Noel … maksud kamu apa?” tanya Alesha yang mulai berkeringat dingin.
“Aku mau tahu … bayi yang ada dalam kandunganmu sekarang adalah anakku atau … anak Deon,” kata Noel dengan mantap.
DEG!
Seperti diremas jantung dan paru-parunya, Alesha merasa dirinya tak bisa bernapas lagi sekarang.
***