"Jadilah kuat untuk segala hal yang membuat mu patah."
_Zia
"Aku mencintai segala kekurangan mu, kecuali kepergian mu."
_Darren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASIH SAMA
...RINTIK HUJAN
...
Pernikahan Darren dengan Zia sudah satu bulan. Satu bulan juga rumah tangga keduanya masih seperti awal mereka menikah.
Darren dengan sifat dinginnya dan selalu kasar kebada Zia, dan Zia yang selalu sabar dengan sikap kasar dan cuek Darren.
Rumah tangga mereka tak memiliki kemajuan. Zia banyak belajar dari hari-hari yang dia lalui, hati dan batinnya terluka. Namun, dia bukan wanita lemah. Dia pasti bertahan sampai Darren memintanya pergi atau dia pergi disaat sudah tidak mampu lagi untuk bertahan disisi Darren.
Seperti biasa, istri dari sultan Darren itu menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga suaminya. Dia tetap menyajikan sarapan disaat Darren tak pernah mau menyentuh masakan itu.
“Udah siap, sekarang tinggal bangunin mas Darren lalu berangkat kesekolah.” Ujar Zia. Sebulan lagi dia lulus dari sekolah menengah atas.
Setelah sampai di lantai dua. Zia mengetuk pintu beberapa kali, lalu masuk kedalam.
“Assalamu’alaikum mas.” Salam Zia.
Darren sedang memakai dasi. Hari ini seperti biasa bekerja, pergi pagi pulang untuk tidur dan melampiaskan amarahnya pada istrinya. Itu saja, hampir setiap hari dia melakukannya.
“Mau aku bantu mas?” Tawar Zia. Selama menikah, dirinya hanya menyiapkan setelan kerja Darren. Selebihnya taka da.
Darren menatap dingin Zia. “Saya tidak butuh.” Jawab Darren cuek.
Zia mengerti lalu tersenyum. “Sarapan sudah siap, jangan lupa sarapan dulu baru berangkat.” Kalimat yang tak pernah bosan di ucapkan olehnya.
Darren mendengus, merapikan pakainnya lalu meninggalkan Zia yang tersenyum.
Tak ada usapan lebut di kepalanya, taka da kecupan selamat pagi, taka da sarapan bersama, taka da obrolan hangat dan Zia belum pernah mencium tangan suaminya saat berangkat maupun pulang kerja.
“Semangat Zia, mas Darren pasti bisa nerima kamu.” Ucapnya dengan lirih.
Zia menatap Darren dari balkon kamar suaminya, melihat mobil itu pergi meninggalkan pekarangan rumah.
Ting
Ting
Zia mengambil ponselnya, ada notifikasi pesan dari kedua sahabatnya.
...Butuh Duda Kaya
...
...Noni. Cantika. Anda
...
Noni
Kita jadi pergikan?
Gue udah siap banget.
Cantika
Buset dah lo!!!
Jemput gue ya @Noni.
Noni
Ngelunjak.
Ok.
Zia?
Kita otw kerumah lo.
^^^Iya.
^^^
^^^Aku tunggu kalian.
^^^
Cantika
Gue belum sarapan.
Nanti dirumah sultan gue makan.
Noni
Ngak tau malu lo.
Tapi, gue juga pengen lah.
Hahah!
Yaudah.
Noni
Ok.
Cantika, gue otw jemput lo.
Siap-siap lo.
Cantika
Ok deh!
^^^Hati-hati kalian.
^^^
Noni
Siap.
Cantika
2
Read
Mereka bertiga mengisih waktu libur menjelang ujian sekolah dengan berlibur mengunjungi dufan.
Zia segera bersiap, setelah beberapa lama bersiap. Zia menuruni tangga lalu berjalan kearah dapur, menatap semua makanan yang dia sajikan untuk suaminya, bahkan ada makanan kesukaan Darren. Mengingatnya membuat Zia murung.
“Mas, mau sampai kapan sikap mas Darren seperti ini.”Ucap Zia.
Tida mudah baginya bertahan selama sebulan, tanpa sikap Darren yang selalu saja kasar padanya. Tapi ibu mertuanya sangat yakin jika dirinya mampu merubah putranya jauh lebih baik lagi, maka dari itu Zia bertahan.
Tok
Tok
“ASSALAMU’ALAIKUM, ZIA? GUE DATANG NIH!” Itu suara cempreng milik Noni.
Plak
“Bisa ngak, lo ngak usah teriak-teriak. Nanti suami Zia marah gimana?” Ujar Cantika memberi wejangan pada Noni.
Noni kesal. “Iss, ya maaf. Lagi semangat ini, soalnya mau makan gratis. Heheh!”
“Sea lo.”
Zia menghampiri keduanya, tersenyum saat melihat mereka berdua berdiri diambang pintu utama.
“Wa’alaikum salaam, ayok masuk.” Kata Zia.
Nino dan Cantika menghampiri Zia, memeluk erat sahabatnya itu. Jelas mereka tau prahara rumah tangga Zia, mereka berdua mendesak Zia agar menceritakan semuanya.
Mereka berdua pernah mendapati pergelangan tangan Zia lebam, awalnya Zia tak mau. Akhirnya setelah sedikit paksaan barulah Zia menceritakan.
“Widih, banyak amat nih makanan.” Ucap Cantika. Matanya berbinar menatap hidangan diatas meja makan.
Plak
“Ngak usah kaya orang ngak pernah makan lo ye! Malu-maluin.” Kata Noni. Punya teman seperti Cantika rasanya sangat ini menjualnya ke om-om.
“Iss.” Kesal Cantika.
Zia tersenyum. “Sudah, kalau mau makan. Tinggal makan ajah, ayok.” Ujar Zia. Melarai keduanya.
“Ok.”
***
Darren menatap tajam Dirga. Di gedung tua jauh dari ibukota Jakarta, mereka bedua terlihat saling menatap tajam.
“Dia taka da sangkut pautnya, jadi jangan libatkan dia.” Tekan Darren.
Dirge tertawa. “Kau peduli? Bukankah anda tidak mencitainya? Atau anda sudah mulai peduli?”
Darren semakin mengepalkan tangannya, dia masih mampu menahan emosinya agar tidak menonjok pria arogan didepannya ini.
“Ini masalah kita, dia tak tau apa-apa!”
“HAHAH! Anda ini sangat lucu, seharusnya anda senang. Bukankah ketika saya berhasil merebutnya dari anda, anda bisa bebas?”
Darren diam, hatinya sangat bimbang. Dia ingin bebas dari rumah tangganya, namun. Disisi lainnya sangat tidak rela jika wanita itu jatuh ketangan pria bajingan seperti Dirga.
Sepertinya Darren butuh cermin besar, agar dia bisa berkaca.
“Don’t ever touch it, if you dare. I can’t guarantee that the dark side of your business will be revealed to the media!” Ancam Darren. Setelah mengatakan itu, segera meninggalkan Dirga.
Dirge tertawa licik, walau setengah dirinya takut. Tapi, dia ini mantan mafia. Dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan, termasuk menghancurkan Darren secara perlahan dengan mendekati istrinya.
Siapa lagi jika bukan Zia Putri Nelson.
“Kita liat saja Darren, kau hanya perlu menunggu sebentar. Istrimu sunggu cantik dan kau menyia-nyiakannya.”
Darren terlebih dahulu mampir kerumah kedua orang tuanya, sudah sangat lama dirinya tidak berkunjung.
Ting
Bunyi notif pesan dari ponselnya. Darren megecek dan itu pesan dari istrinya Zia.
Zia
“Assalamu’alaikum mas, aku izin buat ke dufan ya. Aku ngak sendiri, ada Noni dan Cantika.”
Begitulah kira-kira pesan dari Zia. Darren hanya membacanya, tak peduli istrinya itu mau kemana.
Setelah sampai. Darren masuk kedalam rumahnya, rumah yang sudah hampir tak pernah dia pijak. Sebab bunda dan ayahnya lah yang sering mampir kerumahnya dan Zia.
“Astaga! Anak bunda kok bisa sampai disini.” Tutur Reani. Menatap tak percaya pada putranya yang taka da angin, taka da hujan tiba-tiba saja muncul.
Darren mendekat. “Ngak boleh mampir?” Tanya Darren. Mencium punggung tangan bundanya. Mereka duduk di sofa.
“Ayah?” Tanya Darren.
Reani mengusap punggung tangan putranya. “Ada, dibelakang urus ikan-ikannya.”
Darren mengangguk.
“Mantu bunda mana? Kok ngak di ajak kesini?” Tanya Reani.
Darren menatap bundanya, jika saja Reani tau sifat asli putranya ini. Apakah bundanya bisa mengampuninya? Atau jika kedua orang tua Zia mengetahui perilakunya terhadap anak mereka bagaimana?
“Zia ke dufan bunda, bareng temannya.” Jawab Darren. Memang benarkan jika Zia ke dufan.
Reani hanya mengangguk. “Owww, kira kamu ninggalin Zia dirumah.”
Mereka berdua larut dalam obrolan ringan, hingga Darren harus kembali kekantornya.
***
Di dufan, tempat dimana sebagian banyak orang menghabiskan waktu libur mereka. Begitu juga dengan ketiga wanita cantik yang sibuk mengantri untuk membeli tiket wahana disana.
“Aduh, gue deg degan sumpah.” Tutur Cantika. Ini bukan yang pertama bagi mereka bertiga, tapi entah kenapa dia menji panic sendiri.
Mereka memilih menaiki wahana Tornado yang mampu menguji adrenalin siapapun yang menaikinya.
“Gue juga, padahal kita udah sering main ini.” Timpal Noni.
Zia mengangguk setuju. “Hm, tapi kayanya makin seru.” Katanya. Menatap binary wahan didepannya.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya tiba giliran mereka. Wahana ini merupakan wahana permainan yang paling atraktif di Dufan karena bukan hanya sekedar mampu menguji adrenalin saja, melainkan juga bisa membuat siapa saja yang menaikinya merasa senang.
Setelah meraka menghabiskan waktu di wahana Tornado, mereka lanjut ke wahana Kereta Misteri. Wahana permainan di Dufan terbaik, memberikan sensasi menaiki roller Coaster dengan suguhan suasana yang mencekam.
“Sumpah gue takut! Siapa sih yang saranin naik wahana ini.” Celetuk Noni. Dia memang penakut.
Zia tertawa, posisinya berada ditengah. Jadi kedua temannya memeluk erat kedua lengannya.
“Hahah! Kenapa takut? Ini bukan sungguhan kok.” Kata Zia santai.
“Lo mah enak ngak takut, lah gue? Gue penakut Zia!” Ujar Noni. “Akkhhh!!!”
“Akkhhhh!!! Mama, papa tolong Cantika!”
“Astagfirullah!! Abi, umi.”
“Ihh! Gue benar-benar ngak suka!”
“Seram!”
Setelah mereka merasakan ketegangan dan suasana yang mencekam. Kini mereka kembali meilih wahana Zig-Zag, siapapun menaikinya pasti merasa senang bukan main.
Permainan mobil listrik yang cocok untuk semua kalangan.
“Ihh, jangan nabrak gue Zia.” Kata Cantika. Dirinya baru saja ditabrak oleh Zia.
Zia hanya tertawa. “Hahah! Maaf.”
“Ihh! Jalan pinggir lo masih luas, kenapa harus mepet ke gue?” Itu Noni. Terlihat beradu argument dengan pria yang entah siapa, dilihat dari tampangnya seumuran dengan mereka.
Pria itu tak mau kalah. “Suka-suka gue dong!”
“He! Manusia kutu kupret, lo halangi jalan gue.” Kata Noni. “Jadi, lo yang minggir!” Lanjutnya.
“Elo yang harus minggir, siapa sih lo? Cerewet banget, kaya emak-emak rempong.”
“Lo bilang gue kaya emak-emak rempong? Wah, belom tau lo rasanya di hajar cewek cantik ha?”
“Hahah! Ngaco lo, lo ngak cantik. Pede bener dah lo!”
Adu argument itu semakin panas, dua-duanya taka da yang mau mengalah. Hingga petugas wahana yang turun tangan, jangan ditanya Zia dan Cantika. Mereka asik bermain tanpa mau melihat kearah Noni, malu diliat banyak orang.
Hampir semua wahana mereka naiki. Menghabiskan waktu libur bersama kedua sahabatnya, membuat Zia melupakan sejenak masalah rumah tangganya yang tak memiliki kemajuan.
Tapi dia tidak menyerah, keyakinan bahwa Darren mampu berubah sangatlah kuat. Zia yakin pasti bisa.
dan akhirnya cerita pun tamat.
moga ada karya yg lain ya Thor 🙏🥰
lanjut Thor,,,
moga Darren bener" insyaf ga ada lagi kdrt.