Rintik Hujan

Rintik Hujan

AWAL

“Rapat selesai.” Ujar sosok laki-laki. Dengan paras menawan hampir dikatakan sosok mendekati kata sempurna, dengan sikap dinginnya.

Beberapa orang yang berada diruangan itu mengangguk bersama.

“Baik pak!” Ucap mereka.

Yang dipanggil dengan sebutan “Pak” hanya diam, bangkit dari kursi. Lalu berjalan keluar diikuti sekertarisnya, meninggalkan ruangan yang terasa mencekam bagi beberapa orang yang masih diam didalam ruangan itu.

Berjalan dengan wibawa, kedua tangannya berada di sakunya. Berjalan melewati beberapa ruangan, hanya diam dan tetap berjalan saat seseorang menyapanya dengan menundukkan kepala sedikit.

“Selanjutnya?” Tanyanya. Membuka pintu yang didepannya terdapat tulisan dengan “Ruangan CEO” berjalan perlahan ke sofa yang ada diruangan itu, lalu duduk.

“Bapak dijadwalakan akan bertemu dengan direktur perusahaan Nelson setelah makan siang nanti pak.” Jawab sekertarisnya.

“Hm.” Dehemnya dengan singkat. “Tidak ada lagi setelah itu?” Lanjutnya.

“Tida ada pak.” Jawabnya lagi. Sudah sangat terbiasa dengan sikap cuek atasannya ini.

Hanya mengangguk. “Keluarlah.” Katanya.

“Baik pak, saya permisi.” Jawab sekertaris itu. Menundukkan kepalanya, lalu meninggalkan ruangan yang dingin itu.

Setelah pintu ruangnnya tertutup rapat, dia melonggarkan sedikit dasinya. Melepaskan jas hitam dikenakannya, memijit pangkal hidungnya.

Berjalan kemeja besar, dimana terdapat papan nama bertuliskan “Darren Andreas / CEO DA”. Ya dia Darren Andreas.

***

Di sekolah ternama di Jakarta. Terlihat seorang gadis dengan seragam sekolah yang menutupi lekukan tubuhnya, serta hijab yang senantiasa menutupi mahkotanya. Berjalan dengan setumpuk buku paket ditangan kecilnya.

“Astaghfirullah, berat banget bukunya.” Keluhnya. Berjalan dengan bibir yang tak berhenti mengoceh, tujuannya adalah perpustakaan sekolah.

Setelah sampai diperpustakaan, gadis itu langsung menuju rak dimana buku paket itu akan dikembalikan. Menyusunnya dengan rapi.

“Alhamdulillah, selesai juga.” Ujarnya. Menatap sekitar yang sepi, mungkin karena ini jam pelajaran. “Kok serem ya.”

Gadis itu buru-buru meninggalkan perpustakaan, dia memang penakut.

“Loh Zia.” Panggil seorang dari arah belakang.

Yang dipanggil langsung meoleh, mendapati guru yang bertugas menjaga perpustakaan ini.

“Eh ibu.” Berjalan mendekat pada guru perempuan itu. “Assalamu’alaikum bu.” Lanjutnya. Mencium punggung tangan guru itu.

Guru perempuan itu tersenyum. “Wa’alaikum salam nak, mau pinjam buku lagi?” Tanya guru itu. Sudah tau kebiasaan siswi cantik ini.

Zia. Zia Putri Nelson, hanya tersenyum. “Tidak bu, saya cuman mengembalikan buku paket.” Jawabnya.

“Begitu ya.”

“Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikum salam.”

Setelah keluar dari perpustakaan. Zia kembali kekelas dimana letak kelasnya ada dilantai dua, kelas XII IPS 1.

Sekolah ini mendidik anak-anak dari kalangan atas saja. Salah satu sekolah termahal dijakarta Hing School, jika kamu bisa masuk kesekolah ini dengan jalur beasiswa. Selamat hidup mu tak akan pernah tenang selama kau disekolah ini.

Beberpa siswa sangat menyukai merundung anak-anak yang lemah, termasuk dari kalangan siswa anak beasiswa.

Sekolah ini tidak mewajibkan memakai hijab seperti Zia, malah kebanyakan siswinya tidak memakai hijab sekalipun mereka tahu itu kewajiban bagi seorang wanita muslim. Sama halnya dengan kedua teman Zia, yang tidak memakai hijab.

“Kantin yuk, gue udah lapar banget.” Celetuk salah satu teman Zia. Dia Noni, anak pengusaha tambang batu bara.

“He Nonim! Lo mau dijemur pak Santoso? Gue sih ngak mau ya.” Timpal gadis berambut panjang. Dia Cantika, anak pengusaha kuliner terkenal di Indonesia.

“Sabar, sebentar lagi juga bel istirahat.” Ujar Zia. Terkadang menjadi penengah kedua sahabatnya.

Noni kebetulan duduk sebangku dengan Zia, memeluk lengan Zia. “Tapi gue laper Zia.”

Tuk

“Lo jelek masang muka gitu.” Lagi. Itu Cantika.

“Hutsss, ngak boleh gitu.”

“Lo belain nih bocah Zia?”

“Iri bilang neng.”

“Aku ngak belain siapapun.”

“Noh, mampus!”

“Ihh! Zia mah jahat.”

“Idih, makin jadi nih bocah.”

“Gue bukan bocah ya, enak aja.”

“Lo…,”

“Diam! Tuh udah bel, ayok.”

***

Di perusahaan besar, di pusat kota Jakarta. Diruangan seorang Ceo terlihat sibuk dengan berkas yang menumpuk dimeja kerjanya. Melipat lengan kemeja putihnya sampai disikunya, memakai kacamata yang sangat pas di hidung mancung

Jika dilihat sangatlah keren. Namun, sayang dia sangat cuek dan dingin. Tak ada yang tau dia menyukai lawan jenisnya atau malah sebaliknya.

Tok, tok, tok…,

“Masuk.” Kata Darren. Matanya fokus pada kertas-kertas diatas meja kerjanya, tanpa mau menatap si pengetuk pintu itu. Dia tau siapa itu.

“Permisi pak.”

“Ya?”

Itu sekertarisnya. Nando, yang sudah bekerja dengannya selama 5 tahun. Bagi Nando, bosnya inilah yang memberinya kehidupan. Disaat dia putus asa mencari pekerjaan, sampai dimana Darren datang dan menawarinya bekerja diperusahaan dengan jabatan sebagai sekertaris pribadinya.

“Maaf pak, ini adalah waktu untuk meeting sekaligus makan siang bersama Direktur Nelson.” Jelas Nando. Baru saja sekertaris perusahaan Nelson menghubunginya.

Darren tetap menatap pada kertas-kertas didepannya.

“Waktu?” Tanyanya.

“Sepuluh menit lagi pak.” Jawab Nando.

“Tunggu diluar.” Ujar Darren. Menatap sekilas Nando.

Nando mengangguk. “Baik pak, saya permisi.”

Darren melepaskan kacamatanya, membereskan semua berkas yang berantakan diatas mejanya. Merapikan kemeja yang sedikit sudah kusut, memakai jas hitamnya. Mengambil handphonenya, lalu berjalan keluar.

Clekkk…,

Ternyata Nando sudah siap, hanya menatap sekilas. Lalu, kembali berjalan diikuti Nando dibelakangnya.

Memasuki lift untuk sampai di lobi, selang beberapa detik. Darren dan Nando berjalan keluar dari lift, banyak karyawan yang menyapa Darren namun dia tetap berjalan dengan wajah datar khas miliknya.

Didepan perusahaan AD. Adalah Resturants yang terkenal dengan hidangan yang lezat, tempat biasa yang sering dikatakan Nando untuk bertemu dengan beberapa Klien. Hanya perlu menyebrang jalan saja.

Suasana resturants ini begitu ramai, karena ini adalah jam istirahat dimana para pekerja kantoran memanfaatkan waktu mereka untuk makan siang.

Darren menatap sekitarnya, ramai. Dia tidak menyukai situsi ini.

“Pak, sebelah sini pak. Mereka sudah menunggu bapak.” Ujar Nando. Menunjuk salah satu meja paling pojok, dimana dua sosok laki-laki menunggu mereka.

Darren mengikuti Nando, membawanya kesalah satu meja. Sedangkan yang menunggu berdiri saat melihat yang ditunggu sudah ada.

“Selamat siang pak Darren.” Sapa Klien itu dengan ramah. Menjabat tangan Darren dengan ramah.

Menerima uluran tangan pria yang sudah berkepala lima itu, tapi tak bisa dikatakan tua. Karena, wajahnyanya yang tak terlihat keriput.

“Siang.” Singkat. Padat dan jelas.

“Silahkan duduk pak.” Kata pria tua itu. Sudah biasa dengan sikap pemuda didepannya ini.

Setelah mereka duduk bersama dalam satu meja.

“Mau pesan dulu atau langsung saja pak Darren?” Tanya pria tua itu.

Darren menatap Nando, kemudian menatap pria tua itu. “Langsung saja.” Jawab Darren. Dia ingin segera pergi dari sini.

“Baiklah.” Ujar pria tua itu.

Dan mereka mulai membahas tentang kerja sama perusahaan.

***

“Alhamdulilah! Gue kenyang banget.” Ujar Noni. Mengusap pelan perutnya, hanya dengan semangkuk bakso.

“Lo badan kecil, tapi porsi makan lo banyak.” Ucap Cantika.

Memang benar, badan Noni ini kecil. Tapi, jangan ditanya soal porsi makannya. Jika ditanya tidak takut gendut, dia malah menjawab. “Ya ngak papa. Yang penting perut gue yang gede, bukan guenya. Hahah!” Katanya.

Zia hanya tersenyum, menatap Cantika yang masih makan.

“Lo belum habis lagi?”

Cantika terkekeh bodo. “Heheh, belum.” Jawabnya. “Dikit lagi.” Lanjutnya.

“Gue tuh sabar banget ya, tuhan ngasih gue teman yang kalau makan lama banget.” Timpal Noni. Bagi dia dan Zia,

ini hal biasa. Sebab, mereka sudah berteman dari anak-anak. Sudah tau sifat masing-masing.

“Sawbwr dong.” Jawab Cantika. Ucapannya tidak jelas, karena menguyah makanan.

Zia mengeleng. “Telan dulu baru ngomong Cantika, nanti kamu kesedek.” Tegur Zia.

Cantika tersenyum lagu mengangguk saja, menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit.

“Udah?” Tanya Noni. Melihat Cantika yang minum.

Menyimpan botol minum yang sering dia bawa kesekolah.

“Dah, yok balik kelas. Disini panas.”

Zia dan Noni mengangguk, kemudian bangkit dari tempat mereka duduk. Berjalan keluar dari kantin, melewati lorong sekolah yang dipadati siswa lalu lalang.

“Itu Anhar ngak sih?” Tunjuk Noni. Menatap sosok laki-laki yang berpenampilan urakan berjalan kearah mereka.

Sontak Zia dan Cantika mengikuti arah tatapan Noni, benar saja dari arah arah lapangan ada Anhar, kapten basket sekolah ini yang menyukai Zia.

Zia sontak menatap kearah lain, kedua temannya sontak berdiri didepan Zia. Ini bukan yang pertama kalinya, hampir tiap hari Anhar selalu menemui Zia.

“Zia.” Suara bas milik Anhar memenuhi pendengaran Zia.

Anhar begitu menyukai Zia, mengejarnya hampir setahun ini. dan hasilnya masih tetap sama, menerima penolakan dari gadis pujaannya.

“Lo ngapain deket banget? Mundur dikit.” Ujar Noni. Merasa risih dengan Anhar yang terlalu dekat dengan mereka.

Anhar memutar mata jengah, tapi tetap melakukan ucapan Noni.

“Zia, lo benaran ngak mau nerima gue?” Pertanyaan yang sering Anhar berikan untuk Zia.

Zia menunduk, memainkan jari-jari mungilnya. “Maaf Anhar, jawaban aku ngak pernah berubah.” Jawab Zia.

“Ngak papa. Gue, bakal nunggu lo. Sampai hati lo buat gue.” Kata Anhar. Sangat percaya diri.

“Banyak yang mau sama kamu Anhar, cari perempuan lain ajah.” Ujar Zia.

“Gue ngak mau! Gue suka lo, dan selamanya akan tetap begitu.” Jawab Anhar tegas. Katakana dia gila, mengejar gadis yang sudah pasti tak mau berpacaran karena agama sudah jelas melarang. Namun, inilah cinta.

Noni dan Cantika geram.

“Lo tuh masih ngak paham ya? Zia udah nolak lo berkali-kali, harusnya lo sadar kalau Zia emang ngak suka lo!” Celetuk Cantika.

Noni ikut mengangguk. “Lo pasti udah tau alasan Zia nolak lo. Makin lo kejar dia makin dia ngak suka ke lo.” Lanjut Noni. Apa yang dikatakannya memang benar. Zia risih dengan Anhar yang selalu mendekatinya.

“Gue ngak peduli.” Jawab Anhar. Menatap dingin kearah Zia yan menunduk dengan dalam.

Noni yang melihat tatapan Anhar tertujuh pada Zia, dengan cepat menarik pergelangan Zia. Lalu membawanya segera pergi dari hadapan Anhar, meninggalkan Anhar yang masih diam.

“Gue pasti bakal dapatin lo, dengan cara apapun.” Ujar lirih Anhar. “Tunggu ajah sayang.” Lanjutnya.

Di kelas XII IPS 1.

“Emang batu banget sih Anhar, udah jelas ditolak. Malah tetap dilanjutin.” Kata Cantika. Duduk di bangkunya, menghadap kebelakang dimana bangku Zia.

Zia hanya tersenyum, dirinya juga heran. Hanya pertemuan singkat, bisa membuat Anhar seperti itu.

“Lo kalau ketemu Anhar lagi, terus kita ngak bareng lo. Lari ajah, ngak usah ladeni dia.” Ucap Noni. Duduk di bangku sebelah Zia.

Cantika ikut mengangguk. “Benar. Lo lari ajah, kalau Anhar macem-macem. Keluarin kekuatan silat lo.” Lanjut Cantika.

Zia mengangguk patuh. “Siap! Lagian Anhar mana mungkin macem-macem.”

“Eitss. Lo ngak tau dia saat dalam mode malam Zia, jadi lo harus hati-hati.” Ucap Noni. Sangat tau dunia Anhar seperti bagaimana.

Terpopuler

Comments

Rita Riau

Rita Riau

hai Thor izin mampir ya 🙏🏼

2024-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 AWAL
2 RENCANA PERJODOHAN
3 MAKAN MALAM
4 BAJU PENGANTIN
5 HARI H
6 RUMAH BARU
7 HARI PERTAMA SETELAH MENIKAH
8 SIKAP DINGIN DARREN
9 SISI LAIN DARREN
10 BUBUR UNTUK DARREN
11 DARREN MARAH
12 SEMAKIN DINGIN
13 MASIH SAMA
14 DIRGA & ZIA
15 PERLAHAN BERUBAH???
16 TIDUR BERDUA???
17 AKHIR PEKAN
18 DIRGA DAN ANHAR
19 PROM NIGHT
20 MERINDU
21 CEREWET
22 BELAJAR AGAMA
23 DARREN & MELINDA
24 SEKAMAR
25 TOKOH BUNGA MILIK ZIA
26 DARREN BERULAH
27 SIAPA DIA???
28 MENUNGGUNYA
29 BELUM ADA KABAR
30 SIKAPNYA BERBEDA
31 SUASANA HATINYA SEPERTI CUACA
32 DEMAM
33 SIAPA???
34 ANTONI & NANDO
35 PASAR MAALAM
36 HONEYMOON
37 HONEYMOON 2
38 KABAR BURUK ATAU KABAR BAIK???
39 AWAL KEHANCURAN
40 ARONALD MURKA
41 LUPA???
42 MENGULANGINYA LAGI
43 DEFENISI TAKDIR
44 PROYEK YANG DIJIPLAK
45 PARFUM WANITA???
46 FAKTA
47 ADA APA DENGANNYA??
48 PULANG KERUMAH ABI ABRAHAM
49 PANIK
50 TAMU TAK DIUNDANG
51 TANPA ALASAN YANG JELAS
52 BENCANA
53 RUMAH SAKIT
54 BIMBANG
55 SALAH PAHAM
56 SALAH PAHAM 2
57 HUKUMAN
58 PERASAAN KHAWATIR DAN SENANG SECARA BERSAMAAN
59 TERBONGKAR
60 APA INI AKHIR DARI KISAH PERNIKAHANNYA?
61 MENYERAH ATAU BERTAHAN???
62 PILIHANNYA MENYERAH
63 AKU TIDAK MENYERAH, HANYA SAJA AKU...
64 KEHIDUPAN BARU
65 MENATA KEHIDUPAN YANG BARU
66 SEMUANYA HANYA TINGGAL PENYESALAN
67 WAKTU YANG TERUS BERJALAN
68 SAMA-SAMA TERLUKA
69 "ANDA SANGAT MIRIP DENGAN AYAHKU"
70 PERASAAN KEDUA AYAH DAN ANAK ITU
71 "MAAFKAN SAYA"
72 ANAKKU
73 BERUSAHA MEMPERBAIKI KACA YANG RETAK
74 HUBUNGAN BATIN ANTARA AYAH DAN ANAK
75 PERASAAN INI MASIH TETAP SAMA
76 KOMA
77 DARREN & ZIA
78 PENANTIANNYA AKHIRNYA TERBAYARKAN
79 FAKTA DARI ZIA
80 KEMBALI BERSAMA?
81 RUMAH SESUNGGUHNYA
82 AKHIR DARI KISAH MEREKA
Episodes

Updated 82 Episodes

1
AWAL
2
RENCANA PERJODOHAN
3
MAKAN MALAM
4
BAJU PENGANTIN
5
HARI H
6
RUMAH BARU
7
HARI PERTAMA SETELAH MENIKAH
8
SIKAP DINGIN DARREN
9
SISI LAIN DARREN
10
BUBUR UNTUK DARREN
11
DARREN MARAH
12
SEMAKIN DINGIN
13
MASIH SAMA
14
DIRGA & ZIA
15
PERLAHAN BERUBAH???
16
TIDUR BERDUA???
17
AKHIR PEKAN
18
DIRGA DAN ANHAR
19
PROM NIGHT
20
MERINDU
21
CEREWET
22
BELAJAR AGAMA
23
DARREN & MELINDA
24
SEKAMAR
25
TOKOH BUNGA MILIK ZIA
26
DARREN BERULAH
27
SIAPA DIA???
28
MENUNGGUNYA
29
BELUM ADA KABAR
30
SIKAPNYA BERBEDA
31
SUASANA HATINYA SEPERTI CUACA
32
DEMAM
33
SIAPA???
34
ANTONI & NANDO
35
PASAR MAALAM
36
HONEYMOON
37
HONEYMOON 2
38
KABAR BURUK ATAU KABAR BAIK???
39
AWAL KEHANCURAN
40
ARONALD MURKA
41
LUPA???
42
MENGULANGINYA LAGI
43
DEFENISI TAKDIR
44
PROYEK YANG DIJIPLAK
45
PARFUM WANITA???
46
FAKTA
47
ADA APA DENGANNYA??
48
PULANG KERUMAH ABI ABRAHAM
49
PANIK
50
TAMU TAK DIUNDANG
51
TANPA ALASAN YANG JELAS
52
BENCANA
53
RUMAH SAKIT
54
BIMBANG
55
SALAH PAHAM
56
SALAH PAHAM 2
57
HUKUMAN
58
PERASAAN KHAWATIR DAN SENANG SECARA BERSAMAAN
59
TERBONGKAR
60
APA INI AKHIR DARI KISAH PERNIKAHANNYA?
61
MENYERAH ATAU BERTAHAN???
62
PILIHANNYA MENYERAH
63
AKU TIDAK MENYERAH, HANYA SAJA AKU...
64
KEHIDUPAN BARU
65
MENATA KEHIDUPAN YANG BARU
66
SEMUANYA HANYA TINGGAL PENYESALAN
67
WAKTU YANG TERUS BERJALAN
68
SAMA-SAMA TERLUKA
69
"ANDA SANGAT MIRIP DENGAN AYAHKU"
70
PERASAAN KEDUA AYAH DAN ANAK ITU
71
"MAAFKAN SAYA"
72
ANAKKU
73
BERUSAHA MEMPERBAIKI KACA YANG RETAK
74
HUBUNGAN BATIN ANTARA AYAH DAN ANAK
75
PERASAAN INI MASIH TETAP SAMA
76
KOMA
77
DARREN & ZIA
78
PENANTIANNYA AKHIRNYA TERBAYARKAN
79
FAKTA DARI ZIA
80
KEMBALI BERSAMA?
81
RUMAH SESUNGGUHNYA
82
AKHIR DARI KISAH MEREKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!