Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Vanessa telah tiba di sebuah gedung yang sangat megah. Gedung tersebut akan dijadikan aula tempat pertemuan antara Tuan Aldo dan para pendukungnya.
Sebenarnya Vanessa sangat malas untuk hadir di acara seperti itu, tapi dia harus memenuhi janjinya kepada sang ayah, demi Diego bisa diterima bekerja di perusahaan.
Acara tersebut telah digelar dengan sangat meriah dan megah. Tentu saja banyak sekali ratusan pendukung yang hadir untuk turut memberikan dukungan.
Sementara di depan gedung, banyak sekali bodyguard yang sedang berusaha untuk mengusir para pihak keluarga dari 63 karyawan pabrik yang sudah meninggal karena kebakaran pada tiga tahun yang lalu. Mereka ingin menuntut keadilan kepada Tuan Aldo selaku pemilik pabrik tersebut, karena rupanya Tuan Aldo sama sekali tidak bertanggungjawab terhadap menghilangnya nyawa ke 63 karyawan tersebut.
"Anda tidak layak menjadi seorang pemimpin! Bagaimana mungkin ada seorang calon pemimpin yang sama sekali tidak bertanggungjawab atas kematian 63 mantan karyawan yang bekerja di pabriknya?" Teriak salah satu pihak keluarga.
"Tuan Aldo, anda harus bertanggungjawab terhadap kematian 63 karyawan!"
Sayangnya teriakan mereka sama sekali tidak ada yang mempedulikannya. Bahkan dengan sigap banyak sekali para bodyguard yang memukul mundur mereka, agar tidak membuat kegaduhan.
"Anda tenang saja, mereka sudah pergi dari sini." Tuan Arthur mencoba untuk menenangkan Taun Aldo.
Tuan Arthur memang pemegang kendali atas keempat sahabatnya itu. Dia yang mengusulkan Tuan Aldo untuk mencalonkan diri sebagai presiden, demi mempermudah bisnis dunia bawah tanahnya dalam bertransaksi.
Tuan Aldo pun sangat merasa lega mendengarnya, "Terimakasih Tuan Arthur, anda selalu mendukung saya."
"Ini demi kesuksesan kita semua." Jawab Tuan Arthur sambil tersenyum lebar. Bahkan pada tiga tahun yang lalu dia mampu membungkam media agar tidak ada yang berani meliput tentang peristiwa kebakaran di pabrik itu.
Semua masyarakat hanya tahu bahwa di pabrik permen milik Tuan Aldo telah terjadi kebakaran, dan Tuan Aldo telah bertanggungjawab terhadap semua keluarga korban dengan memberikan uang yang jumlahnya sangat besar untuk keluarga korban. Namun sayangnya keluarga korban masih tak tahu diri, masih ingin menuntut uang asuransi dengan jumlah yang lebih besar lagi.
Berita itulah yang tersebar di negeri ini, membuat banyak masyarakat yang mengecam kepada keluarga korban yang tak tahu diri itu. Kadang masyarakat gampang terprovokasi dengan berita yang belum tahu pasti kebenarannya. Padahal nyatanya Tuan Aldo hanya mengajukan asuransi untuk kerugian pabriknya sendiri.
...****************...
Malam ini Vanessa terlihat sangat cantik sekali, tak heran jika ada banyak mata yang memandang ke arahnya. Mungkin karena dia adalah seorang wanita yang sangat terkenal dengan kecantikannya dan ramah kepada siapapun, membuat banyak sekali pengikutnya di sosial media. Itulah alasan Tuan Aldo ingin meminta dukungan kepada putri dari sahabatnya itu.
Sayangnya para pemegang saham yang lainnya tidak bisa hadir, karena ada keperluan masing-masing. Mereka memang termasuk orang yang sangat sibuk sekali. Dan Tuan Aldo pun sangat memakluminya, yang penting bagi dia kehadiran Tuan Arthur adalah yang paling utama. Karena Tuan Arthur yang banyak membantunya dalam masalah keuangan dan keamanan.
Nampak ada Jerry yang sedari tadi memperhatikan Vanessa, dia menghadiri acara tersebut sebagai perwakilan dari ayahnya yang tidak bisa hadir, karena ada kepentingan bisnis yang tidak bisa ditinggalkan.
Jerry tersenyum kecut ketika menyadari bahwa Diego tidak hadir kesana, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendekati Vanessa. Bahkan dia mengikuti Vanessa yang akan pergi ke kamar mandi.
"Kemana suami miskin mu itu? Mengapa dia tidak ikut hadir?" Tanya Jerry kepada Vanessa.
Vanessa yang hampir saja masuk ke dalam kamar mandi, dia dibuat terkejut dengan kehadiran Jerry, rupanya pria itu sedari tadi sedang mengikutinya.
"Jerry? Untuk apa kamu mengikuti aku?" Tanya Vanessa dengan nada tinggi. Saat ini dia sedang berdiri di depan kamar mandi.
"Aku hanya penasaran, mengapa suami kamu tidak diajak? Apakah kamu sangat malu memiliki seorang suami yang sangat miskin seperti Samuel?"
"Om Aldo hanya mengundangku saja. Jangan pernah memanggil suamiku seperti itu! Lebih baik kamu segera pergi!" Vanessa segera mengusir Jerry.
Jerry tertawa kecil, dia enggan pergi, malah berjalan mendekati wanita itu. "Sejujurnya aku tidak percaya kalau kamu sedang hamil, Vanessa. Aku tahu kamu wanita seperti apa, dan aku sangat tahu pria miskin itu bukanlah tipe mu. Kamu pasti sengaja membayar dia untuk menjadi suami bayaran kamu kan?"
Vanessa nampak gelisah ketika mendengar pernyataan Jerry, wanita itu segera mengedarkan pandangannya ke sekitar area kamar mandi, untuk memastikan, jangan sampai ada siapapun mendengar perkataan pria itu.
Kemudian Vanessa menatap tajam memandangi Jerry, "Sepertinya kamu sedang mengarang cerita. Aku dan suamiku memang saling mencintai."
Jerry tertawa kembali, "Hahaha... kalau begitu aku akan menunggu perkembangan kehamilan kamu itu. Apakah kamu benar-benar hamil, Vanessa?"
Vanessa terdiam, tentu saja dia harus memikirkan bagaimana rencana selanjutnya tentang dirinya yang berpura-pura sedang hamil itu.
Diamnya Vanessa membuat Jerry semakin ingin mendekati Vanessa, mungkin dia berniat untuk mencium bibir wanita itu.
Namun, ketika Jerry baru saja memonyongkan bibirnya. Tanpa diduga Vanessa malah melayangkan bogeman mentah pada bibirnya itu.
Bugh!
Membuat bibirnya Jerry seketika menjadi bengkak seperti tersengat tawon, "Aaa-arrgghh..."
Tidak puas disitu saja, kini Vanessa menarik lengan pria itu dan membanting tubuhnya ke lantai.
Buuukk!
"Shiiiiit! Arrrghhh... kau tega sekali, Vanessa!" Jerry merintih kesakitan, merasakan seakan punggungnya remuk. Pria itu sedang berguling-guling di lantai.
Vanessa sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan kepada Jerry. Inilah manfaatnya dia dulu pernah belajar taekwondo. "Jangan pernah bermimpi untuk mencium bibirku. Cium saja bogemanku yang tadi!"
Setelah berkata seperti itu, Vanessa pun segera pergi meninggalkan Jerry yang sedang mengaduh kesakitan.
Awalnya Vanessa ingin pergi menemui Tuan Aldo yang sedang berpidato, tapi tiba-tiba saja dia berubah pikiran, mungkin karena sebenarnya dia sangat tidak suka dengan tempat keramaian.