"Mas,minta uang boleh gak tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dan sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
Ranita putri dulu adalah seorang janda mempunyai anak satu laki-laki bernama Anwar, ranita putri mengenal Riyan ketika ranita merantau kekota dan menikah.niat hati merubah nasip namun naasnya kehidupannya sangat jauh ketika dirinya masih sendiri apakah ranita mampu melewati semua dan meraih kebahagiannya kelak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menyerah
Suara drup motor mendekat dan berhenti tepat di depan rumah,ranita yang mendengarnya pun langsung bangkit dari duduknya dan menuju pintu dan membukanya,sebelum membuka pintu ranita sempet melirik jam dinding di ruang tamu itu dan ternyata jam suaminya pulang kerja, lekas membuka pintu dan benar saja wajah lelah mas Riyan terlihat.
"Assalamualaikum." ucapku mendekati mas Riyan dan hendak menyalip tangannya namun di acuhkan oleh mas Riyan yang berlalu masuk kedalam rumah, tanpa menjawab salam tau pun mengucap.salam.
"Mau langsung mandi kah mas, atau mau ku buatkan kopi dulu sebelum mandi?" tawar ku ke mas Riyan.
" Sini kamu, aku mau ngomong." ucap mas Riyan seperti menahan emosi dari nada nya bicara.
" Ada apa mas," tanya ku ketika ku sedang duduk di kursi depan meja makan.
" Bisa gak sehari kami gak bikin aku pusing." ucap mas Riyan
" Pusing? Maksudnya gimana? mama bikin pusing apa?" jelas ku karena emang gak mengerti maksudnya.
"Kamu di titipkan dua anak gak bisa, padahal kamu punya anak juga,kenapa bisanya kamu gak ngasih makan Daffa sampai siang,kamu gak mikir anak kecil gak kamu kasih makan sampai siang." Bentak mas Riyan yang emang sudah kesal karena pekerjaan banyak dan lagi laporan dari mbanya yang mengadu belum lagi ceramah ibunya.
" Oh,jadi mba Yanti mengadu,pantas aja muka mas Riyan kusut kaya baju belum di cuci udah di lipet." batinku.
" Mas,mas yang gak ngasih makan anak mba Yanti siapa?" tanyaku.
"Udah deh,klo kamu gak mau di titipkan lagi gak usah nyiksa anak orang, gak ngasih makan sampe siang kamu pikir ja." ucap mas Riyan.
"Hemmm,mas yang gak ngasih makan siapa? Kamu gak tau kan kalo anak mba Yanti itu minta apa, sedangkan mas gak amnesia kan kejadian tadi pagi di depan matamu loh mas." kesal ku karena mas Riyan gak tanya main -marah.
"Ya tapi gak gitu juga kamu gak kasih makan anak mba Yanti kalo ada apa-apa gimana mau tanggung jawab." ucap mas Riyan karena kesal aku menjawab terus.
" Trus maunya mas mama harus gimana?" tanya ku karena akupun sudah tau jawabannya.
" Minta maaf ke mba Yanti,kita kerumahnya jangan bikin ulah satu hari ja, aku cape setiap hari ribut terus." ucap mas Riyan sambil bangkit dari duduknya hendak meninggalkan ruanggan itu.namu suaraku mampu menghentikan gerakan mas Riyan.
"Gak, aku gak mau kesana dan minta maaf seharusnya mereka yang meminta maaf karena gara-gara adikmu memangkas hampir separoh uang sewa rumah terpaksa aku pinjam mba Dina." jelasku emosi karena percuma pakai cara lemah lembut.
"Dan satu lagi mas, tolong mas ganti itu tv ku yang rusak gara-gara keponakan mu tersayang,dan ganti uang mba Dina sekalian gara- gara adik mu yang keterlaluan itu." sagas ku langsung bangkit setelah ku keluarkan semua rasa dongkol ku ke suami ku.
Akupun berjalan menghampiri Anwar yang sudah siap dengan Koko nya dan tas untuk mengajinya.
"Sudah siap kak?" tanya ku ke anakku.
" Sudah mah." jawab Anwar dan berjalan melangkah ke mas Riyan.
" Mas,klo mau makan makan lah yang ada di meja jangan banyak protes lagi,karena apa yang ku masak itu tergantung pemberianmu." ucapku berlalu sambil ku gandeng anakku keluar rumah,ku tak peduli lagi dengan mas Riyan yang pasti dia mengomel seperti biasa.
"Kak, beli pentol yok mama kepengen." saat ku lihat ada penjual pentol.
" Ayo mah, kakak juga mau."jawab Anwar dengan girangnya melihat pentol dan saat ku tawar kan.
"Kecewa,ya jujur hati ku kecewa menikah lagi, karena perilaku keluarga suamiku dan suami ku, dulu waktu nikah dengan mendiang mas David aku di bela mati-matian jangan kan untuk beli tahu mau apapun mas David selalu sahakan,dan gak pernah ku kekurangan soal keluarga mas David aku masih bisa cuek karena suamiku yang selalu jadi garda terdepan ketika ku di zalim,lah yang sekarang malah manut manut ja, gak perduli salah tetap di turuti."batinku saat ku melamun memikirkan nasib anakku,lamunan ku buyar ketika anakku memanggilku tak lupa mu menggoyang-goyangkan lengan ku.
" mama kenapa melamun?" tanya Anwar.
" Maaf nak, ada apa? Tanyaku.
" itu omnya tadi memanggil mama." ucap anwar sambil menunjuk om penjual pentol.
" Ya Allah,maaf pak,berapa semua pak ucapku,sambil ku ambil telpon genggamku.ya uang yang tak seberapa ku simpan di balik telpon ku agar enak kemana-mana.
" Semua 10 ribu mba." ucap sang penjual pentol.
Setelah membayar dan puas memakan pentol akupun berjalan menuju masjid, sepanjang jalan aku memikirkan ucapan mba meli dan perilaku kedua ipar ku.
" Kak, mama pulang dulu ya,kakak mengaji yang pintar,doain mama ada rezeki kita tengok Mbah uti ya di Jawa." ucapku ke anakku.
" Ya ma." jawab Anwar, setalah ku Pamit pulang menuju rumah, sepanjang jalan banyak yang kupikirkan hingga tak sadar ku sudah sampai rumah.
" Assalamualaikum." ucap salam ku namanya tak ada jawaban.
" Mas,sudah makan kah? Tanya ku
" Sudah." jawabnya singkat.
" Oh ya sudah kalo gitu." balasku dan berlalu masuk ke dapur,dan benar saja mas Riyan sudah makan karena telur balado tadi sudah habis tak tersisa.
Sambil ku menunggu adzan Maghrib, ku sibukan diriku dengan telpon di genggamanku,ku lirik arah pintu kamar mas Riyan berjalan kearahku.
"Ma,maafin mas ya yang tadi udah marah-marah."kata mas riyan.kulirik sebentar lalu ku sibukan lagi diriku dengan telpon genggamku.
" Ma,masih marah kah ma." tanyanya lagi karena aku sengaja tak merespo namun ku dengar kan ja,ada saatnya ku jawab.
" Ya,aku kesal,kecewa sama kamu mas,kamu keterlaluan sudah ngasih nafkah sedikit ketika adikmu memangkas uang rumah dan mengambil jatah kebutuhan dapur kamu diam aja,gimana aku gak marah,belum lagi kamu bilang aku tega sama Daffa,itu tv ku juga rusak mas,terserah mu sekarang mas bela terus saudarimu dukung ja mereka,mulai besok aku gak peduli." ucapku ku keluarkan rasa sesakku,ya aku harus berfikir ke bahagiaan anakku,kasihan dia klo teru-terusan makan tergantung dari pemberian mas Riyan.
Ku langkahkan kakiku meninggalkan mas Riyan yang masih setia dengan duduknya,aku pun berjalan menuju ketempat air wudhu,karena sudah mendengar suara adzan Maghrib,ku ambil air wudhu dan menjalan kan sholat dengan hikmat hingga ku selesai sholat mas riyan masi duduk di kursi meja makan.
Aku pun memilih bersiap-siap menjemput Anwar dari pada mengobrol dengan mas Riyan karena sekarang aku udah capek dengan sifat nya dan sifat keluarganya,lebih baik aku menata ulang hidup ku dan anakku.
jangan lupa saling dukunggg