Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Adrian mendorong Elsa sampai ke depan bioskop, mereka melihat Yuni, Monic, Sinta, Erik dan Toni sudah menunggu mereka di depan bioskop. Begitu melihat keduanya mendekat, Yuni langsung mengajak yang lain menghampiri mereka.
“Nah gitu dong hehe,” ujar Yuni.
“Sori ya lama,” balas Adrian.
“Santai bro, lo baru bangun ya gue denger tadi,” ujar Toni.
“Iya, semalam begadang haha,” balas Adrian pura pura.
“Wah berapa ronde semalem ?” celetuk Erik.
“Ronde ?” tanya Adrian bingung.
“Lo tuh ye, bisa ga otak lo minggir dikit ke arah yang bener, jangan ngurusin begituan mulu,” tegur Monic kepada Erik.
“Oh sori sori hahaha, sori ya bro, gue becanda doang,” balas Erik.
“Iya, ga apa apa, tapi emang maksudnya apa ?” tanya Adrian yang memang tidak mengerti.
“Udah, kamu juga ga usah nanya,” jawab Elsa dengan wajah merah.
“Oh ok,” balas Adrian.
“Dah lah yu, kita antri tiket,” ajak Yuni.
“Iya, ntar malah penuh lagi,” tambah Sinta.
Akhirnya mereka masuk bersama sama ke dalam bioskop, karena yang mengantri hanya laki laki, Adrian mendorong kursi roda Elsa ke tepi sejajar dengan kursi tempat Yuni, Sinta dan Monic duduk.
“Oh iya, di dalem boleh bawa kursi roda ga ?” tanya Elsa.
“Eh...oh iya, kayaknya enggak deh,” jawab Sinta.
“Aduh gimana ya, gue lupa lagi,” ujar Yuni.
“Udah ga apa apa,” balas Elsa.
“Gue bilangin laki lo deh, biar dia ga usah beli tiket,” ujar Monic berdiri.
“Ga usah, biarin aja, gue mau nonton juga,” balas Elsa.
“Lah, emang gimana caranya ?” tanya Yuni.
“Tinggal minta gendong hehe,” jawab Elsa.
“Cieeeee...mesra amat,” ledek Sinta.
Sementara itu, Adrian yang sedang mengantri tiket bersama Toni dan Erik, menoleh ke arah para gadis duduk,
“Lo pilih mana Ton, yang di kursi roda off limit,” ujar Erik.
“Setan lo, ya kaga lah, kita semua temen, parah emang otak lo,” balas Toni.
“Eh sori, gue nanya nih, di dalem boleh bawa kursi roda ga ?” tanya Adrian.
“Oh, bener juga ya, gue ga tau juga soalnya ga pernah liat ada yang nonton naik kursi roda, coba aja ntar tanya,” jawab Erik.
“Oh gitu ya, kalau di titip dulu boleh kali ya,” ujar Adrian.
“Apanya di titip ?” tanya Toni.
“Kursi roda nya lah,” jawab Adrian.
“Hmm boleh kali, lah trus, si Elsa masuknya gimana ?” tanya Toni lagi.
“Gue gendong aja,” jawab Adrian.
“Anjrit, asli ngiri gue,” balas Erik.
“Haha move on bro, udah lewat masa lo,” balas Toni.
“Emang lo pernah gendong Elsa ?” tanya Adrian kepada Erik.
“Boro boro, nyenggol aja dia marah, apalagi gendong hahaha,” jawab Erik.
“Yoi, gue masih inget banget lo di gaplok dia waktu smp hahaha,” tambah Toni.
“Itu gara gara ga sengaja gue ke dorong lo kuya, kursi roda dia jadi jalan,” balas Erik.
“Oh iye bener hahaha, gara gara gue yeh,” balas Toni.
“Lo smp di mana Dri ?” tanya Erik.
“Um...di rumah,” jawab Adrian.
“Hah ? rumah ?” tanya Erik lagi.
“Iya, gue dari kecil ga bisa keluar rumah, jadi sd sampe smp gue sekolah di rumah,” jawab Adrian.
Erik dan Toni langsung diam karena mereka enggan bertanya lebih lanjut lagi, kemudian keduanya nampak biasa lagi,
“Yah pokoknya sekarang kita bareng iya ga bro,” ujar Toni sambil merangkul Adrian.
“Iya bener haha,” balas Adrian sedikit bingung.
Akhirnya mereka sampai di mesin untuk membeli tiket, setelah memilih movie yang mau mereka tonton dan tempat duduk, tiket keluar. Setelah itu, ketiganya pergi ke cafe di dalam bioskop. Setelah memesan makanan dan ingin membayar, Adrian mengeluarkan dompet dari tas dada selempangnya dan mencabut kartu atm nya, dia memberikannya pada kasir, setelah membayar,
“Berapa bro, ini duit gue, gue ama Sinta bareng,” ujar Toni.
“Sama, gue sekalian Yuni dan Monic,” tambah Erik.
“Udah nanti aja ga apa apa,” balas Adrian.
“Eh serius lo ? jadi enak dong nih,” balas Erik.
“Iya beneran, gue ga bawa cash juga, ga bisa kasih kembalian,” balas Adrian.
“Hahaha sip, bon nya mana ?” tanya Toni.
“Dah gue buang, udah gue bilang kan ga apa apa, udah ga usah di bahas lagi, ayo kita ke sono, mereka nunggu,” jawab Adrian.
Adrian melangkah pergi membawa popcorn dan minuman untuk dirinya dan Elsa, sementara Erik dan Toni menatap nya dari belakang,
“Ini serius dia bayarin kita ?” tanya Erik.
“Iya kayaknya, jumlahnya kan ga dikit ya,” jawab Toni.
“Itu dia, syukur aja kali ya hehe,” balas Erik.
“Abis ini kalo makan kita deh yang bayar,” balas Toni.
“Oh iye bener juga,” balas Erik.
Mereka pun akhirnya berjalan mengikuti Adrian yang sudah berjalan lebih dulu ke kursi tempat para gadis menunggu sambil membawa pesanan mereka. Setelah Erik dan Toni duduk di kursi sebelah, mereka menoleh melihat Adrian yang berdiri di belakang kursi roda Elsa,
“Duduk bro,” ajak Toni sambil bergeser.
“Ga usah di sini aja,” balas Adrian.
“Kamu duduk aja, ga apa apa,” balas Elsa sambil menoleh ke belakang.
“Ga apa apa, aku di sini aja,” balas Adrian.
“Kenapa bro ? pantat lo bisulan ?” tanya Erik bercanda.
“Haha enggak, lagi pengen diri aja,” jawab Adrian.
“Hmm takut bini nya ilang ya ?” ledek Sinta.
“Hmm bukan itu sih, tapi rada canggung aja,” jawab Adrian.
“Lah canggung kenapa ? jangan sungkan sungkan ama kita kale,” balas Monic.
“Iya bener Dri, santai aja,” tambah Yuni.
“Iya, duduk ya, kamu emang ga cape berdiri mulu,” ujar Elsa sambil menoleh ke belakang.
“Ok ya udah,” balas Adrian.
Dia langsung duduk di sebelah Toni kemudian bersandar dengan santai, “bluk,” langsung saja Toni merangkul Adrian,
“Gitu dong, di grup kita nambah satu cowo lagi mantep,” ujar Toni.
“Yoi, selama ini kebanyakan cewe nya, mabok,” balas Erik.
“Maksud lo apa ?” protes Monic.
“Apanya yang bikin mabok ?” protes Yuni.
Akhirnya semuanya tertawa dan saling bercanda, Elsa menoleh melihat Adrian yang tertawa, tangannya memegang tangan Adrian dan tersenyum, setelah beberapa hari bersama Adrian, Elsa mengetahui kalau Adrian orang yang takut bergaul dan kurang supel, melihat dia ikut bercanda bersama teman temannya, hati Elsa menjadi senang,
“Hehe kamu sekarang juga punya temen, aku seneng,” ujar Elsa dalam hati.
“Kenapa ?” tanya Adrian menoleh melihat Elsa dengan senyum di wajahnya.
“Enggak apa apa hehe,” jawab Elsa.
Adrian membalik tangannya dan menggenggam erat tangan Elsa sambil terus mendengarkan candaan teman teman mereka. Tak lama kemudian, pintu theater di buka, Adrian mendorong Elsa masuk ke dalam, kemudian dia mengangkat Elsa dan menggendongnya, setelah itu dia jongkok melipat kursi roda Elsa dan membawanya,
“Berat ga ?” tanya Elsa.
“Enggak, enteng,” jawab Adrian yang sedikit kesulitan karena harus membawa kursi roda juga.
“Oi sini,” ujar Toni mengambil kursi roda di tangan Adrian.
“Oh makasih ya, jadi ngerepotin,” balas Adrian.
“Santai, ayo jalan,” balas Toni.
Ketika sampai di tempat duduk mereka, semuanya langsung duduk berdasarkan tiket mereka, tapi ketika Adrian duduk, dia melihat kursi di sebelahnya ada isinya dan ketika melihat tiketnya ternyata nomornya tertukar dengan milik Erik yang sudah duduk di sebelah Yuni dan yang di pegangnya berada di ujung yang seharusnya milik Erik. Adrian melihat layar kecil melayang di atas kepala Yuni,
[Hehe sebelah Erik, seneng gue, semoga begini terus.]
“Kenapa ?” tanya Elsa.
“Tiket ku ketuker, aku jadi di ujung, jauh, misah ga apa apa ?” tanya Adrian.
“Hmm gitu ya, ya udah, kamu duduk disini,” jawab Elsa.
“Loh trus kamu di ujung gitu ?” tanya Adrian.
“Enggak dong, di atas kamu hehe,” jawab Elsa.
“Oh...emang boleh ?” tanya Adrian.
“Boleh, ayo duduk,” jawab Elsa.
Adrian duduk dengan tegak dan Elsa langsung duduk di atas pangkuan Adrian kemudian merebahkan kepalanya agar bersandar ke dada Adrian,
“Nah dua jadi satu kan hehe,” ujar Elsa.
“Haha iya, bener,” balas Adrian.
Yuni menoleh melihat Erik di sebelahnya dan dia melihat Adrian duduk memangku Elsa di sebelah Erik,
“Lah lo berdua pangkuan ?” tanya Yuni.
“Iya, kalo ga misah,” jawab Elsa.
“Lah kok ?” tanya Erik yang kaget.
Erik melihat nomor tiketnya, dia menyadari kalau tiket yang dia pegang harusnya tiket milik Adrian,
“Wah kita ketuker ya, lo kenapa ga ngomong ?” tanya Erik berniat berdiri.
Tapi Adrian memegang tangan Erik dan meminta Erik kembali duduk, kemudian Elsa menatap Erik di sebelahnya,
“Udeh lo tenang aja, gue yang mau pangkuan ama dia,” balas Elsa.
“Oh ya udeh kalo gitu, (menoleh melihat Yuni) Yun, tuker,” ujar Erik.
“Lah kenapa lagi ?” tanya Yuni.
“Yang ada ntar malah gue ga nonton lagi, ngeliatin mereka hahaha,” jawab Erik.
“Lah gimana sih, (menoleh melihat Monic) Mon, suruh Sinta ama Toni geser satu kursi, cepet,” ujar Yuni.
“Lah kenapa ?” tanya Monic.
Yuni menunjuk ke arah Elsa dan Adrian menggunakan ibu jarinya, Monic tersenyum dan mengerti, kemudian dia meminta Sinta dan Toni bergeser sehingga Toni berada di ujung. Setelah Yuni bergeser,
“Lo sini,” Yuni menarik Erik.
“Oh bener juga sip lah,” balas Erik yang langsung bergeser kemudian menoleh melihat Adrian dan menepuk nepuk kursi kosong di antara mereka.
“Yaaah padahal lagi enak nih posisi,” ujar Elsa.
“Ya udah, aku pindah ke sebelah ya,” balas Adrian.
“Iya deh,” balas Elsa.
Adrian berdiri menggendong Elsa kemudian menurunkan Elsa di kursi dan dia duduk di sebelahnya, tiba tiba “tap,” pundak Adrian di pegang Erik,
“Laen kali ngomong, jangan diem aja,” ujar Erik.
“Iya sip, thanks ya,” balas Adrian.
Adrian menoleh melihat ke kepala Erik dan layar di atas kepalanya kosong, namun ketika melihat layar di atas kepala Yuni,
[Sip win win, gue seneng, mereka berdua juga nyaman, semua happy hehe.]
Adrian tersenyum dan mulai melihat ke layar besar di depannya, tangannya naik merangkul Elsa di sebelahnya yang merebahkan kepalanya ke dadanya.