Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Saat baru setengah Aisyah menuruni tangga, dia terkejut melihat ada sosok pria yang ia kenal wajah nya.
"Astagfirullah.. Mas Abi."
Aisyah yang baru sadar itu suaminya langsung membalikan tubuhnya sesaat dan kembali berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
***
Dengan tergesa-gesa Aisyah segera menutup kamar nya dan..
Braak
Ibrahim yang baru saja selesai membuat teh di dapur terjungkat kaget saat mendengar suara pintu yang tertutup keras.
"Astaghfirullah, suara pintu siapa itu ?" tanya Ibrahim pada diri sendiri dan segera membawa tiga cangkir teh di atas nampan.
Setelah sampai di ruang tamu, Ibrahim menanyakan suara apa yang ia dengar tadi pada Abimana, sambil sesekali menatap ke lantai dua.
"Apa kau tadi keluar mengambil sesuatu ?" tanya Ibrahim penasaran.
"Tidak, sejak tadi aku duduk disini. di temani supirku yang sudah tidur sejak tadi." sahut Abimana pura-pura tidak tahu dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Sepertinya aku mendengar suara pintu dari atas." tambah lagi Abimana.
"Oooh, apa Aisyah ya ?" katanya sambil berfikir. "Sebentar, aku cek dulu ke atas." kata Ibrahim lagi dan beranjak melangkah menuju tangga.
Saat baru satu langkah dirinya menaiki tangga, Abah Yusuf dan Umi Nissa memanggilnya.
"Ibrahim, ada apa ? Apa kau bertengkar dengan Aisyah ?" tanya Abah Yusuf khawatir.
Ibrahim yang akan menaiki tangganya ia urungkan, dan kembali turun menghampiri sang Abah setelah di tanya oleh Abah Yusuf.
"Tidak Bah, Aku tadi sedang berada di dapur membuatkan teh untuk Abimana." sahut Ibrahim dan menunjuk Abimana yang sudah berdiri setelah melihat kedua orangtua Aisyah.
"Loh, nak Abimana. Kapan datang ?" tanya Abah Yusuf menyambut menantu kesayangan nya itu.
"Assalamualaikum Bah, Umi. Saya datang baru saja setengah jam yang lalu." sahut Abimana menghampiri kedua orangtua Aisyah sambil menyalami mertuanya dengan sopan.
"Ibrahim, Panggil Aisyah. Suruh dia menyambut kedatangan suaminya." titah Abah Yusuf pada Ibrahim dan langsung di anggukinya berlalu menaiki tangga menuju kamar Aisyah.
"Masyaallah, Abah senang sekali akhirnya kau datang juga kerumah ini nak." ujar Abah Yusuf dan menghentikan langkahnya saat melihat ada seorang pria yang tertidur dengan pulasnya sambil mendengkur, seakan berada di rumah sendiri.
"Dia, dia siapa ?" tanya lagi Abah Yusuf merasa heran dengan sosok itu.
"Ah, dia supirku Bah. Maaf jika tidak sopan. Sepertinya dia lelah sekali." sahut Abi merasa tidak enak.
"Oooh, baiklah kita duduk saja di ruang tengah. Biar lebih nyaman. Biarkan saja dia tidur di situ." kata Abah Yusuf merangkul bahu Abi dan mengajaknya ke ruang tengah.
Sedangkan Ibrahim yang baru sampai di depan pintu kamar Aisyah, mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintunya. Saat akan mengetuk pintu kamarnya, Ibrahim terkejut karena pintu kamar Aisyah langsung terbuka lebar dan tangan Ibrahim mengenai kepala Aisyah.
Tuk..
"Aaww.. Abang apaan sih. Kenapa kepala Ais di pentok !" kesal Ais yang lagi-lagi Abang nya membuat Aisyah mengerucutkan bibirnya.
"Ah, maaf Ais. Abang mau ketok pintu kamar kamu, tapi pintunya udah kebuka duluan. Jadi kepala kamu deh yang kepentok." ujar Ibrahim menjahili adiknya.
"Ish, ngeselin banget sih. Awas !" kesal Aisyah menggeser posisi Ibrahim dan berlalu pergi menuruni tangga.
"Hey kau mau kemana Ais, hey pelan-pelan. Di bawah ada Abimana, suami kamu." dengan suara perlahan namun bisa di dengar, Ibrahim memberitahu pada Aisyah agar tidak terkejut setelah melihat suaminya.
"Ais sudah tahu !" ketus Aisyah.
"Eh kamu tahu dari mana Ais ? Bukan nya sejak tadi kau ada di kamar ?" tanya Ibrahim penasaran mengimbangi langkah Aisyah yang menuruni tangga. "Oooh, jadi tadi kamu yang gebrak pintu ya ?" tambah Ibrahim mulai curiga pada tingkah Aisyah.
Aisyah yang merasa melakukan itu seketika menghentikan langkahnya menatap Ibrahim sesaat.
"Ish, apaan sih bang. Udah deh, jangan jahilin Ais terus. Ais aduin sama Abah loh." sahut Aisyah dan kembali melangkah menuruni tangga.
"Iiih, udah punya suami masih ngadu sama orangtua. Malu Ais." ujar Ibrahim lagi semakin senang menjahili Aisyah.
Aisyah kemudian menghentikan langkah nya lagi dan dengan cepat Aisyah mencubit perut Ibrahim sekuat tenaganya.
"Aaaw.. Sakit Ais, aaw lepas. Iya, iya Abang nggak jahilin Ais lagi janji." ujar Ibrahim sambil meringis kesakitan.
Setelah mendengar abangnya menyerah, Aisyah melepaskan cubitannya dan kembali melangkah menuju ruang tengah. Namun Ibrahim yang masih merasakan sakit, mengusap perutnya dan mengikuti langkah Aisyah menuju ruang tengah. Setelah keduanya sampai di ruang tengah, Abi terkejut dan menatap Aisyah begitu lekat. Aisyah yang di tatap hanya menundukan pandangan nya dan duduk di samping Umi nya.
"Looh, cium tangan suami mu nak. Sambut dia dengan lembut." kata Abah Yusuf menasehati Aisyah yang tiba-tiba datang langsung duduk di samping Uminya.
"Assalamualaikum mas." ujar Aisyah mengulurkan tangannya mencium tangan Abi, membuat lamunan Abi buyar yang sedari tadi menatapnya.
"Ah iya, Waalaikumsalam." sahut Abi gugup menyambut uluran tangan Aisyah.
Keduanya yang baru saja saling bersentuhan ada rasa berdesir di tubuh mereka berdua. Dengan cepat Aisyah melepaskan tangannya karena merasakan ada hal aneh yang ia rasakan ditubuhnya. Saat Aisyah kembali duduk di samping Uminya, Abah Yusuf kembali mengajak Abimana bicara.
"Nak Abi, istirahatlah lebih dulu. Nanti subuh kita sholat berjamaah di masjid pondok." kata Abah Yusuf di angguki oleh Abi. "Ais, bawa suami mu ke kamar mu nak." tambah Abah Yusuf dan di angguki oleh Aisyah.
Aisyah kemudian beranjak dari duduknya dan mengajak Abi untuk ke lantai dua menuju kamar Aisyah. Bibir Abimana masih saja tak sanggup mengeluarkan kata-kata sejak melihat Aisyah tanpa menggunakan penutup. Otaknya begitu sulit melupakan saat dirinya melihat Aisyah. Setelah sampai di kamar, Aisyah mempersilahkan suaminya itu masuk.
"Silahkan masuk mas." ujar Aisyah membuyarkan lamunan Abi yang masih menatap lekat punggung Aisyah.
"Ah, koper saya masih di bawah. Saya ambil dulu sebentar." sahut Abi dan langkah nya di hentikan oleh Aisyah.
"Biar aku saja yang ambilkan. Mas Abi membersihkan diri saja lebih dulu. Nanti Aku siapkan pakaian ganti." kata Aisyah dan di angguki oleh Abi.
Abimana kini sudah berada di kamar mandi yang berada di dalam kamar Aisyah. Aisyah yang sudah mengambil koper Abimana di bawah, menyiapkan baju ganti nya dan menaruhnya di atas kasur.
Suara adzan sudah berkumandang, Abimana belum menyempatkan untuk memejamkan matanya meski hanya satu jam. Setelah selesai mandi, Aisyah sudah tidak ada di kamarnya. Aisyah memilih untuk menyiapkan sarapan lebih awal untuk suaminya.
Setelah mengganti pakaiannya, Abi baru teringat bahwa dirinya tak membawa sarung untuk sholat. Abimana kategori pria yang suka sekali meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim. Pekerjaan yang mengharuskan ia memeras otaknya, tak berfikir sedikitpun untuk melaksanakan ibadah sholat.
"Aduh gimana ini ?" gumam Abimana bingung.
Abi mondar mandir di dalam kamar Aisyah masih dengan kaos oblong dan celana pendeknya.
Tiba-tiba Aisyah masuk membawa perlengkapan sholat untuk suaminya. Dan betapa terkejutnya Aisyah tat kala melihat Abi hanya menggunakan celana pendek yang lebih tepatnya daleman setelah celana dalam.
"Astaghfirullah hal'adzim." Aisyah kaget dan langsung membalikan tubuhnya.
"Maaf, bukan maksudku, cuma, ini, eem, itu. Aku tidak membawa perlengkapan sholat." kata Abi terbata-bata karena menahan malunya.
"I-ini su-sudah aku pinjamkan pakaian bang Ibra." sahut Aisyah tak kalah gugupnya dari Abimana.
Setelah Abi menerima pakaian tersebut, Aisyah langsung keluar dan menutup kamarnya kembali tanpa membalikan tubuhnya menghadap Abi. Setelah di depan pintu kamar Aisyah menghembuskan nafasnya kasar sambil menutup mata.
"Hufft.. Hampir saja ak.."
"Kenapa dek ?"
"Astaghfirullah.." kembali Aisyah jantung nya di pacu kencang setelah melihat Ibrahim berada di hadapannya.
"Bang Ibra, bikin Ais kaget saja." sahut Ais sedikit kesal. Hari ini bagaikan olahraga jantung secara bertubi-tubi bagi Aisyah.
"Kau kenapa ? Kau hampir kenapa Ais ?" tanya Ibrahim yang tak juga di jawab oleh Aisyah.
"Nggak apa-apa bang, cumaa.."
Ceklek
Brugh
Abimana menabrak Aisyah yang berada di depan pintu hampir saja membuat Aisyah kejengkang ke belakang dan Abimana langsung menangkap pinggang Aisyah secepat mungkin agar Aisyah tidak terjatuh.
"Allahu Akbar.." ujar Ibrahim yang terkejut melihat keduanya seperti berada dalam sinetron.
Ibrahim yang melihat pengantin baru itu secara langsung, bengong dengan mulut menganga lebar menatap mereka berdua secara bergantian.
"Hadeeh.. Drama pengantin baru ada-ada saja. Masih subuh woy ! nanti malam saja main dramanya. Jangan pagi buta begini." ujar Ibrahim kemudian berlalu pergi menuruni tangga meninggalkan mereka begitu saja.
Abimana lalu membenarkan posisi Aisyah untuk berdiri dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Aisyah yang sudah membenarkan posisi berdirinya justru hanya menunduk dan berbalik lari menuruni tangga karena malu.
...----------------...
Bersambung...
***
Hay semuanya, gimana ceritanya? Seru nggak? Jangan lupa jempol dan rating tertingginya yaa..
Episode berikutnya akan semakin seru tentunya. Pantengin terus cerita Abi dan Aisyah.
Iloveu sekebon buat kalian.
🥰😘🤗
see you
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma