Asterion Estevan menjadi target utama seorang gadis kecil yang bernama Aily Calista untuk mencuri benih ideal miliknya, Aily sangat aktif untuk naik ke atas ranjang seorang pria tampan yang belum pernah tersentuh wanita manapun.
Dia sangat ingin mempunyai anak dari bibit sempurna seperti Asterion, rencananya itu untuk meluncurkan aksinya agar mempunyai ahli waris saat dirinya tiada, agar seluruh harta kekayaannya jatuh kepada anak semata wayangnya, Aily sangat tidak rela jika kakak tirinya lah yang akan menerima seluruh hak miliknya.
Namun Aily herus lebih keras lagi berusaha mendapat bibit unggul itu, karena Asterion yang kerap di panggil Rion itu sangat susah untuk di dekati.
Apakah Rion akan tahan ketika mendapat godaan dari gadis cantik dan juga sexy seperti Aily?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Eria tersenyum penuh kemenangan meninggalkan loby perusahaan kakaknya. Dia menaiki mobil taksi dan meminta mengantarnya ke alamat yang ia berikan.
Wajahnya berbinar, saat mendengar ucapan Aily kemarin jika dirinya sedang menyukai seorang pria. Eria sebagai sahabatnya senang mendengar kabar itu karena sejak awal Aily sangat membenci pria. Akibat trauma dengan prilaku buruk Ayahnya sendiri yang tega menduakan ibunya.
Sejak kecil Aily sering melihat ibunya menangis setiap hari karena sikap Ayahnya yang tidak pernah memperhatikan ibu dan dirinya. Ayah Aily lebih sering memperhatikan ibu tirinya dan kakak tirinya. Hingga membuat Aily berpikiran jika semua laki-laki akan berprilaku sama seperti Ayahnya.
Sejak saat itulah Aily tidak pernah mau dekat dengan seorang pria. Saat Eria mendengar Aily menyukai kakak nya dia sangat senang. Namun dia juga tidak suka karena yang Aily sukai adalah Asterion yang sikapnya keras, dan juga batu, Rion tidak punya ketertarikan pada wanita bukan berarti menyukai pria, namun dia menganggap wanita itu adalah sebuah masalah untuknya.
Kemungkinan besar Rion tidak dapat membahagiakan Aily jika bersama Kakaknya. Namun Eria bertegat apapun yang Aily inginkan jika itu menurutnya dapat membuatnya bahagia, dia akan membantunya. Dan Eria berharap dengan adanya Aily semoga kakaknya memounyai ketertarikan kepada wanita.
Eria memberikan uang pada supir taksi ketika sampai di depan rumah Aily, dia bergegas masuk karena Eria memang sudah terbiasa keluar masuk rumah Aily dan semua pelayan di sana sudah mengenalnya. Walau satu rumah dengan Aily, Eria jarang bertemu dengan Ayah dan ibu tiri Aily selain tidak dekat memang mereka sangat sibuk.
"Aily, Babyy kamu di dalam?" teriaknya sebelum sempat membuka pintu. Lalu dibukanya pintu kamar Aily dan menampakan sosok wanita cantik berambut panjang sedang tertidur di atas sofa dengan isak tangis yang membasahi wajah mulusnya. "Aily kamu kenapa?"
"Aily bangun!" Eria terlihat panik dan menggoyangkan tubuh Aily agar bangun. Lengan mungil Eria mengusap air mata sahabatnya yang sedang tertidur.
"Er, sejak kapan kamu sampai?" tanya Aily saat wajahnya merasakan sentuhan Eria.
"Kamu kenapa Aily? kenapa menangis sampai ketiduran begini?"
Aily bangun dari tidur nya, dia duduk dan menatap Eria yang berada di sampingnya, dia pun tidak tau jika dirinya tertidur. Ingatan terakhirnya hanya saat dirinya menangis mungkin karena kelelahan dia sampai tidak sadar sudah tertidur.
"Ayah menamparku," lirih Aily pelan menundukan kepala hingga matanya meneteskan lagi air mata yang membasahi pipinya. "Dia sudah tidak sayang lagi pada ku Er, Ayah sudah benar-benar membenciku hiks."
Aily menangis sampai tersedu-sedu di pelukan Eria, sekeras apapun Ayahnya, sejelek apapun sikap Aily, Ayahnya tidak pernah sampai bermain tangan padanya. Aily sangat kecewa pada Ayah Alvin, dia sudah benar-benar tidak mau percaya lagi pada pria.
Eria tidak bisa berkomentar apapun, dia hanya mengelus punggung sahabatnya sambil memeluknya dengan erat.
"Aku harus pindah dari sini, Er, tolong bantu aku cari tempat tinggal aku tidak ingin tinggal di sini lagi, aku punya sedikit uang untuk biaya hidup," ucap Aily yang sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan rumah yang terus membuatnya sesak.
Eria tersenyum lalu mengangguk, "Aku sudah menyiapkan segalanya untukmu," ucap Eria sambil menatap Aiky dan menghapus air matanya. "Kamu ingat pria bernama Rion yang kamu sukai itu?," tanya Eria dan di jawab anggukan oleh Aily. "Dia sedang mencari asisten rumah tangga dan aku meminta tolong temanku untuk membuatmu bekerja di sana dan tinggal disana, pekerjaannya tidak banyak kamu hanya perlu sedikit merapikan Apartemen itu," ucap Eria.
"Benarkah?" tanya Aily tidak percaya.
"Benar, dia juga akan menggajimu dan memberimu tempat tinggal. Bukankah itu malah bagus agar kamu bisa terus mendekatinya lagi," ucap Eria, karena sebelumnya dia sudah memberi tahu pada Rion jika dari awal sahabatnya tidak tau jika Eria adalah turunan dari Estevan keluarga terkaya nomor satu.
"Tapi aku tidak bisa bekerja, kamu tau kan Er?" gerutunya menyesal karena dirinya terlahir tanpa bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun dia teringat tentang rencananya untuk membuat bayi, seketika semangatnya pun kembali penuh. "Aku mau Er, aku bisa belajar mengerjakan pekerjaan rumah," jawabnya dengan semangat.
Aily pun bergegas ke Walk in closet, dan dia kembali dengan membawa koper dan boneka di lengannya, sementara Eria menganga ternyata Aily memang sudah berencana meninggalkan rumah ini diliat dari Koper yang sudah siap ia bawa.
"Ayo Er kita berangkat sekarang juga."
*
Rion tengah duduk di kursi sambil menatap sahabatnya yang bernama Mikhail dia baru saja datang dari Amerika, nanun wajah Rion sangat malas melihat kelakuan sahabat yang satu ini. Bagaimana tidak Mikhail mengajak bertemu Rion dan Lee untuk makan siang bersama, namun dia membawa dua wanita yang terus menggelayun manja di sisi kanan dan dirinya.
"Mikhail apa kau bisa mengusir mereka terlebih dulu! nafsu makanku menghilang karena melihat mereka!" sentak Rion dengan memalingkan wajahnya malas melihat dada kedua wanita itu yang begitu sesak di dalam baju yang kekecilan.
Mikhail terkekeh melihat temannya berkomentar dan enggan menatap kedua wanitanya, padahal niatnya untuk menggoda sahabatnya itu. "Baiklah, pergi kalian kami akan makan dulu. Temui aku nanti malam oke," ucap Mikhail dengan senyum manis menapat kedua wanuta sexy itu.
"Baik tuan, jangan sampai melupakan janjimu," ucap salah satu dari kedua wanita itu.
Rion pun kembali menatap hidangan yang ada di meja, lalu melirik Lee yang baru selesai berbicara dengan seseorang melalui telpon. "Bagaimana?"
"Sudah tuan, bodyguard di perbannyak dan di perketat. mulai sekarang tuan akan aman," jawab Lee dengan percaya diri. Rion sebelum nya memerintahkan Sekertaris Lee agar memperketat keamanannya, dia sangat tidak ingin jika gadis gila itu kembali menemuinya dan berbuat hal yang merusak harga dirinya seperti pelecehan sebelumnya.
Rion hanya mengangguk lalu menyantap hidangannya, sementara Mikhail yang baru saja sampai di Indonesia dia sama sekali tidak tau apa yang sudah terjadi, dan dia sangat penasaran apa yang terjadi oada sahabatanya ini.
"Memangnya kenapa sampai memperketat keamanan?" tanya Mikhail dia pun ikut menyantap makananya.
"Itu, ada anak kecil yang melecehkan Tuan Asterion Estevan," ucaonya dengan tegas saat mengucapkan nama lengkap tuanya.
Plak...
"Uhuk," Sekertaris Lee tersedak makanan yang sedang ia kunyah saat lengan besar Rion menampar punggungnya.
"Untuk apa kau bergosip, makan saja makananmu!" sentaknya kesal. Bukanya menyembunyikan aib majikannya dia malah dengan lantangnya menceritakan di depan orang nya langsung.
Sementara Mikhail menutup mulutnya tidak percaya, "bagaimana mungkin seorang Asterion?" tanyanya.
Lee mengangguk-angguk sambil menyantap makananya dengan lahap. "Dia di cium dan hamoir di teranjangi," ceplosnya lagi langsung mebutup mulut. "Maafkan aku," ucap Lee menatap Rion yang sudah siap mengepalkan lenganya.
"Bagaimana rasa ciuman pertamamu?" tanya Mikhail merasa senang karena sahabatnya sudah tidak suci lagi.
"Hentikan, atau aku tidak akan menemuimu lagi!" ketusnya menundukan kepala sambil menyantap nasi yang ada di dalam sendok tanpa berani menatap mikhail.
Mikhail tersenyum melihat gerak gerik Rion yang sangat terlihat di mata Mikhail jika dirinya sedang malu. Rion selalu menundukan kepala dan tidak berani menatap saat dirinya ada di situasi malu.
.
.
to be continued...