Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Spesial
Aku mulai mengerjapkan mata dan ternyata hari sudah sore, selama aku tidur Ricard tetap diam dengan posisi nya, tangan nya memeluk bahu ku agar aku tidak terjatuh.
Ringan yang aku rasakan, semua beban seakan-akan sudah terhempas dari pikiran dan hati ku, benar apa yang diucapkan Ricard kalau kita menceritakan masalah yang kita hadapi sama seseorang akan mengurangi beban yang di rasakan.
"Sudah bangun? Lap tuh iler nya." Ucap Ricard bercanda, bibir nya tersenyum membuat hatiku kembali bergetar.
"Enak saja." Walaupun aku ngga percaya, tapi tangan ku tetap mengelap bagian bibir dan dagu.
"Ha ha ha, ternyata diam-diam kamu takut ileran juga ya." Ricard tertawa terbahak-bahak.
"Apa sih." Aku memukul bahu Ricard yang tadi aku jadikan tempat untuk tidur.
"Aw, aduh." teriak Ricard sambil merentangkan tangan nya.
Aku kaget melihat nya, perasaan aku mukul dia dengan pelan, "Kamu kenapa? Maaf aku ngga sengaja." Aku minta maaf karena aku merasa bersalah kepada nya.
"Tanganku kesemutan, mungkin terlalu lama menahan tubuh kamu sewaktu tidur tadi."
Dengan spontan aku meraih tangan nya dan dengan pelan-pelan aku memijit nya.
"Suami nya itu laki-laki bodoh, wanita sebaik ini di sia-siakan, cuma karena body dia ngga mau mengakui kalau dia istri nya, wajah nya pun tidak terlalu jelek, tinggal memoles nya sedikit saja sudah kelihatan kalau dia cantik." Bathin Ricard sambil terus menatapku.
"Pintar mijit juga rupa nya."
"Ngga terlalu sih, cuma dulu aku sering mijitin kakek di kala kakek kelelahan."
"Kalau begitu kamu juga bisa dong mijit aku dikala aku kelelahan."
"Jangan macam-macam, kita bukan muhrim."
"Kalau kita sudah muhrim berarti boleh dong."
"Sudah ah, kamu semakin ngelantur bicara nya, itu semua ngga mungkin karena aku sudah bersuami." Aku melepaskan tangan nya karena aku rasa dia sudah ngga kesemutan lagi.
"Tapi kalau sudah jodoh kan bisa saja menjadi mungkin."
"Stop, pembahasan nya cukup sampai di sni, hari sudah sore, aku mau pulang, dan siap-siap bertemu dengan keluarga sempurna." Aku berdiri dari duduk dan ku kibas-kibaskan celana ku dari pasir yang nempel.
Ricard ikut berdiri dan melakukan hal yang sama denganku, "Kita makan dulu, tadi kita melewatkan makan siang kita."
"Baiklah, tapi aku mau makan di restoran tempat kamu bekerja dan kamu yang melayani aku, bagaimana?" Aku menantang nya untuk melakukan itu untuk melihat dia malu tidak berteman dengan aku dan membawa nya ke teman-teman nya dia yang berada di restoran.
"Siap, akan aku berikan pelayanan yang terbaik untuk kamu." Dengan ciri khas senyuman nya Ricard menerima tantangan aku.
Aku dan Ricard meninggalkan pantai dengan perasaan yang ringan, seakan-akan aku akan memulai hidup baru.
Selama perjalanan ke restoran Ricard selelu membuat aku tersenyum, dia laki-laki pertama yang mau dekat dengan aku dan laki-laki yang selalu membuat aku tersenyum.
Perjalanan ke restoran tidak terasa karena Ricard selalu mengajak aku berbicara dan bercanda.
Perlakuan Ricard sangat manis sekali, dia selalu membuka kan pintu di kala aku mau masuk dan keluar dari dalam mobil.
Dengan tanpa rasa malu dan jijik Ricard berjalan di samping aku, dan menggeser sebuah kursi kosong untuk aku duduk.
Para pelayan menatap dan mau memberi hormat kepada Ricard, tapi Ricard memberi kode kepada mereka semua hingga mereka hanya bisa menatap nya.
Semua pelayan yang berada di sana menatap kita berdua, mungkin mereka kaget melihat teman nya jalan sama wanita gendut seperti aku.
Seorang pelayan menghampiri meja kita dan memberikan daftar menu yang sedang dia pegang.
"Hai Di, kenalkan ini Yola, Yola ini Aldi teman aku bekerja di sini." Ricard tanpa malu memperkenalkan aku kepada Aldi teman nya.
"Untung aku mewajibkan pakai name tag di baju mereka, kalau tidak mampus aku, mana aku ngga kenal satu per satu nama mereka lagi." Bathin Ricard.
Aldi merasa sungkan karena di anggap teman oleh bos nya sendiri, tapi Aldi langsung mengikuti permainan bos nya ketika melihat kode lewat mata nya.
"Saya Aldi nona." Aldi dengan ragu mengulurkan tangan nya.
"Aku Yola, teman nya Ricard." Aku menerima uluran tangan dari Aldi.
"Baiklah Di, gue memang lagi libur kerja, tapi untuk Yola boleh kan gue yang melayani nya?" ucap Ricard kepada Aldi.
"Boleh bos." Aldi keceplosan, untung Ricard bisa meyakinkan Yola.
Aku menatap Aldi dan Ricard bergantian, aku kaget karena Aldi memanggil Ricard dengan panggilan bos.
"Dia ini kebiasaan Yol, kepada siapa saja teman-teman nya dia suka manggil bos." Ricard sedikit kesal dengan Aldi yang ngga bisa diajak kompromi.
"Oh, aku kirain kamu bos nya." Ujarku sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu aku ke belakang dulu, akan aku siapkan menu spesial untuk kamu." Setelah mengucapkan itu Ricard pergi ke belakang dan meninggalkan aku.
"Ternyata dia memang laki-laki baik yang tidak malu dekat dengan aku." Ujarku di dalam hati, mata ku terus menatap punggung Ricard.
Ricard masuk ke bagian dapur dan mengumpulkan pelayang yang berada di situ.
"Dengarkan saya baik-baik, jika kalian bertemu dengan Yola wanita yang bersama saya sekarang kalian jangan memanggill saya bos, karena saya mengaku kalau saya ini pelayan di restoran ini, kalian jangan sampai membuka penyamaran ini, kalau ada yang membongkar nya siap-siap angkat kaki dari sini dan saya ingatkan kalian tidak akan mendapat kan pekerjaan dimana pun." Ancam Ricard.
"Baik bos." ucap mereka dengan serempak.
"Baik, kalian harus mengingat wajah nya, saya tidak mau kalian salah orang." Setelah bicara seperti itu Ricard membuat menu spesial di bantu dua orang chef.
Para pelayan satu persatu di kasih tahu oleh Aldi akan sosok Yola.
"Jadi perempuan nya yang gendut itu kan? kok selera bos jelek sih?" Tanya seorang pelayan wanita yang bagian kasir.
"Hus, kamu ngga boleh bicara seperti itu, kalau bos dengar kamu bisa di pecat dan dipastikan kamu ngga bakalan dapat kerjaan dimana pun." Ucap ALdi.
Sambil menunggu Ricard, aku bermain ponsel, dan tidak terlalu memperhatikan sekitar.
Hampir satu jam aku menunggu, akhir nya Ricard datang dengan nampan di tangan nya dan di bantu oleh teman nya.
"Silahkan nona, ini semua spesial buat anda." Ucap Ricard sambil menata makanan nya, bibir nya selalu tersenyum membuat aku selalu gemas melihat nya, tapi aku masih sadar kalau aku ini wanita bersuami.
"Selamat menikmati nona, kalau ada yang di perlukan lagi anda bisa memanggil saya." Setelah melihat aku mengangguk Aldi pergi kembali ke tempat nya.