Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Renata di serang
Bram dan yang lainnya masih sibuk berbincang, sedangkan Violetta sesang asyik membantu Denis mengerjakan tugasnya.
"Tak Denis ini salah, harusnya gini." ucap Violetta menulis ulang kembali tugas Denis di buku lainnya dan mencatat lengkap debgan jawabannya.
"Wooahh, Vio kamu hebat banget. Kak liat nih Vio jago matematikanya, jawabannya ada di pilihan ganda." ucap Denis takjub.
"Masa sih? Coba kakak lihat?." tanya Nurul penasaran.
Nurul membulatkan matanya ternyata jawaban Violetta akur dengan hasil menghitungnya, dia menggunakan cara yang berbeda namun hasilnya tetap sama malahan jawaban Violetta lebih mudah di mengerti.
Prokk..Prokk..
"Wah, Vio hebat masih kecil udah jago matematikanya." puji Nurul bertepuk tangan.
"Mantap ini mah, Vio bantuin kak Denis ngerjain PR nya ya biar cepet selesai nanti kalau udah beres kita main bareng." ucap Denis.
"Enggak, enggak, Vio jangan dengerin kak Denis ya. Heh ndut mentang-mentang Vio pinter kamu nyuruh Vio ngerjain tugas kamu, kerjain sendiri kalo emang ada yang sulit baru kamu tanya Vio." tegur Nurul.
"Ishh kakak nih, nyebelin banget." protes Denis.
"Kapan pinternya kalau harus ngandelin orang lain Denis, lebih baik hasil kita sedikit daripada hasil sempurna tapi dengan cara menyusahkan orang lain." ucap Nurul.
Denis menghela nafasnya berat, dengan malas ia kembali mengerjakan PR nya tentu saja dengan bantuan Violetta jika menurutnya ada yang kurang di mengerti atau sulit untuk di kerjakan, Violetta dengan senang hati menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya.
Diruang tamu Renata menyimak semua obrolan antara orang tua Nurul dan juga Bram, ia harus mencerna setiap ucapan yang sedang mereka diskusikan karena disini ia menjadi penanggung jawab Violetta.
Kriinggg...Kriiinngggg.
Ponsel Yandi berdering, dia izin kepada orangtua Nurul untuk mengangkat teleponnya.
"Hallo." ucap Yandi.
"....."
"Apa?!" tanya Yandi tersentak.
"...."
"Pastikan tidak ada korban disana, nanti aku akan datang bersama tuan Bram." ucap Yandi.
"....."
"Kau terus pantau situasinya sebum aku datang." ucap Yandi.
Tuutt..
Yandi menutup telponnya kemudian menutup matanya sejenak, kini masalah baru datang menghampiri sebelum masalah yang lain terselesaikan. Yandi kembali bergabung di ruang tamu bersama yang lainnya, dia berbisik di telinga Bram sampai Bram sendiri membulatkan matanya dan tangannya pun mengepal dengan kuat.
"Kita kesana sekarang!" ucap Bram.
Renata bingung melihat perubahan sikap Bram yang tiba-tiba terlihat marah bercampur cemas, dia tak berani mengeluarkan suaranya sebelum Bram sendiri yang mengatakannya.
"Maaf tuan Rizal saya tidak bisa berlama-lama disini, ada masalah yang harus kami selesaikan sebelum semuanya terlambat." ucap Bram.
"Tidak apa, silahkan selesaikan masalahmu jika memang itu urgent." ucap Rizal.
"Renata nanti supir yang akan menjemput kalian, aku harus segera pergi." ucap Bram.
"Baik tuan." jawab Renata.
"Kalau begitu saya permisi, sebelumnya terimakasih karena sudah mau membantuku." ucap Bram menjabat tangan Rizal.
"Sama-sama, sesama manusia harus saling tolong menolong selagi mampu." ucap Rizal.
"Betul sekali tuan, permisi." ucap Bram pamit dari hadapan Rizal dan juga Yuli.
Yandi berjabat tangan dengan Rizal kemudian ia mengikuti langkah Bram keluar dari rumah Nurul, mereka langsung melesat pergi jauh dari rumah Nurul menuju ke suatu tempat.
Di tempat lain Bilqis sedang bersembunyi menghubungi seseorang, dia merencanakan sesuatu untuk membalaskan samua perlakuan Renata kepadanya.
"Kau sudah melaksanakan perintah yang aku ucapkan bukan?" tanya Bilqis berbisik di telponnya.
"Sudah bos, tenang saja." jawabnya.
"Kalau perlu habisi dia, jangan biarkan dia berkeliaran di dunia ini." ucap Bilqis.
"Siap bos, asala bayarannya setimpal." ucapnya.
"Gak perlu khawatir, soal bayaran aku bakal kasih kalian uang 2 kali lipat dari sebelumnya jika kalian berhasil oke." ucap Bilqis.
"Tapi gimana dengan anak kecilnya bos? Perlu disingkirin juga tidak? Aku melihat kalau dua laki-lakinya pergi, sedangkan anak kecil sama pengasuhnya masih di dalem." lapornya.
"Terserah loe mau apain tuh anak, gue gak peduli sama sekali." ucap Bilqis.
Bilqis langsung mematikan teleponnya saat mendengar suara Gabriel memanggilnya, dia menyembunyikan hp nya di salah satu sudut ruangan kemudian berpura-pura seakan hp nya hilang.
"Babe what happen?" tanya Gabriel.
"Aku sedang mencari ponselku, tadi jatuh di sekitar sini tapi aku tidak menemukannya." bohong Bilqis.
"Biar aku bantu cari." ucap Gabriel.
Tanpa menaruh curiga apapun pada Bilqis Gabriel membantu mencari hp milik Bilqis, dia berkeliling mencari hp nya di sekitar ruangan dimana ia berdiri. Gabriel menemukan hp Bilqis di sudut ruangan lalu memberikannya kepada pemiliknya, Bilqis memeluk tubuh Gabriel dan mengucapkan terimakasih karena sudah menemukan hp nya.
'Dasar bodoh' batin Bilqis.
Renata melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam, ia masuk ke kamar Nurul mengajak Violetta untuk kembali pulang ke rumahnya.
"Vio ayo pulang dulu sayang," ucap Renata.
"Tatak, Vio masih mau sama tak Denis." rengek Violetta.
"Besok lagi ya, sekarang kita harus pulang nanti daddy nyariin lagi kalau kita gak ada di rumah." bujuk Renata.
"Sebental lagi tatak ya, Vio masih mau main sama tak Denis." ucap Violetta.
"Yaudah, kakak kasih waktu 10 menit lagi." ucap Renata.
Violetta menganggukkan kepalanya tersenyum senang, dia kembali bermain puzzle dengan Denis. Nurul mematikan laptop di pangkuannya, dia membereskan semua buku dan alat tulis lainnya yang berserakan diatas kasur.
"Gimana Ren jadinya? Kapan loe ke kampung itu?" tanya Nurul.
"Antara besok atau lusa." jawab Renata.
"Emangnya kalau Vio tetep disini kenapa? kalau ibunya dateng kan tinggal diusir aja atau di penjarain atas kasusnya dulu sama Vio?" heran Nurul.
"Gak semudah itu, gue belum tahu gimana jelasnya yang pastinya gue denger tadi sih pas majikan gue ngomong katanya kasusnya ditutup begitu saja oleh pihak kepolisian karena pengaruh kekuasaan dari selingkuhannya manusia durjana itu, tetapi proses perceraian tetap berlanjut. Nah, sekarang mana Vio harus di sembunyiin tuh nenek sihir kemarin dateng ke rumah bikin Vio ketakutan, jadi untuk kesehatan mental Vio tuan Bram minta gue jagain Vio di tempat yang jauh agar tidak mudah dijangkau oleh emaknya begitu." jelas Renata.
"Astaga kenapa ada ya ibu kandung yang kejam melebihi penjahat, gue percaya sama loe kalau loe bisa bikin Vio sembuh Ren." ucap Nurul.
"Semoga aja, apalagi gue pernah ngalamin apa yang sekarang Vio alami jadi gue pasti berusaha bawa dia keluar melawan ketakutannya." ucap Renata.
Sepuluh menit Berlalu.
Renata kembalu mengajak Violetta pulang, supir yang ditugaskan untuk menjemput keduanya pun sudah datang.
"Tak Denis, Vio pulang dulu ya babay." ucap Violetta melambaikan tangannya kearah Denis.
"Bye Vio, hati-hati ya." ucap Denis.
"Om, tante, Rena pulang dulu ya." pamit Renata.
"Iya Rena, nanti kabarin om kalau udah sampe yah." ucap Rizal.
Renata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Violetta dan Renata menyalimi tangan kedua orangtua Nurul dan bertos ria bersama Denis dan juga Nurul sebelum masuk kedalam mobil. Violetta melambaikan tangannya dari dalam mobil, dia senang karena ada Denis yang menemaninya bermain karena selama ini Violetta tak punya teman untuk bermain sedari dulu ibunya selalu mengurungnya di rumah.
Mobil yang di kendarai oleh supir Bram sudah melesat pergi jauh dari rumah Nurul, Denis beserta anggota keluarga yang lain memutuskan masuk ke dalam rumah karena malam pun semakin larut. Dari arah belakang mobil Violetta ada satu mobil berwarna hitam yang berjalan mengikuti kemana arah mobil yang di kendarai oleh supir Bram pergi, Renata tak sengaja melihat kearah kaca depan dia memerhatikan mobil yang berada di belakang terlihat mencurigakan baginya.
'Kok mobilnya ngikut terus sih? Apa emang kebetulan atau disengaja? Gue harus pantau terus, jangan sampai ada sesuatu yang terjadi dan Vio kenapa-napa, bisa di amuk gue ama pa bos' batin Renata.
Tepat di jalan yang sepi dan juga jsedikit kendaraan yang berlalu-lalang mobil yang berada di belakang menyalip mobil Violetta, Renata sudah menduga kalau ini akan terjadi dan benar saja sekelompok orang dengan memakai penutup wajah keluar dari dalam mobil tersebut.
"Aduhh, ada apa ini?" uvap supir panik.
"Gak usah panik pak, sekarang aku akan turun dan tolong jaga Vio jangan sampai kalian keluar dari dalam mobil, biar aku yang akan menghadapi mereka." ucap Renata.
"Tatak mau kemana? Vio takut." rengek Violetta.
"Vio dengarkan kakak, kamu disini sama pak supir biar kakak turun dulu sebentar dan ingat! Jangan pernah keluar, kalau Vio nekat keluar kakak gak mau bicara lagi sama Vio mengerti?!" tegas Renata.
"Iya tatak." seru Violetta.
"Non, hati-hati non." ucap Supir.
Renata keluar dari dalam mobil, dia menyingsingkan lengan bajunya dan mengikat rambutnya ala kuncir kuda. Renata menebak kalau sekelompok orang didepan adalah orang suruhan, Violetta beringsut ketakutan sampai menutup telinganya.
"Non Vio sini sama pak Nanang." ucap pak Nanang supir Bram.
Violetta menuruti ucapan pak Nanang, dia maju kearah depan yang langsung di peluk oleh pak Nanang agar Violetta tidak ketakutan.
"Punya nyali juga nih cewek bos." ucapnya.
"Tinggal di gebrag aja langsung melehoy, heh jangan buang-buang waktu cepat habisin tuh orang." titah sang bos.
Jumlah lawan di depan Renata berjumlah empat orang, Renata tidak tahu tujuan mereka menghadangnya itu untuk apa tetapi yang pastinya dia tidak akan tinggal diam. Dua diantara komplotan tersebut membawa balok kayu di tangannya, Renata tidak takut sama sekali dia malah senang bisa berkelahi kembali setelah sekian lama ia hiatus.
"Sini maju, jangan berdiri aja." tantang Renata.
"Songong juga nih cewek." ucap Sang bos.
"Hajar bos!" seru anak buahnya.
dua pria berbadan besar pun langsung maju menghajar Renata, sedangkan dua lainnya menggedor kaca mobil menyuruh pak Nanang membuka pintunya.
Dug..Dug..Dug..
"KELUAR!" bentaknya.
Violetta semakin ketakutan mendengar suara mobil yang terus digedor, pak Nanang mengeratkan pelukannya pada Violetta dan tetap pada pendiriannya untuk tidak membuka pintu mobil sesuai perintah Renata.