Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resepsi Athala & Zenata
"Syalan!! Maksud Athala apa? Enggak mungkin dia udah nikah secepat ini arghhhh! Bisa gagal rencanaku!!"
Vina merasa geram sekali dengan undangan yang baru datang soal resepsi Athala dan Zena. Dengan seringai liciknya dia merencanakan sesuatu yang jahat.
-
-
-
Akhirnya resepsi pernikahan Athala dan Zena hari ini akan di gelar. Semua saudara dan kerabat dari keluarga Dewantara sudah hadir. Orang orang dari panti asuhan juga hadir. Tentunya para kolega papih Al dan Athala juga beberapa selebritis yang bekerja sama dengan perusahaan Dewantara hadir disana.
Resepsi yang diadakan secara mewah ini mengundang banyak sekali media. Berita Athala dan Zena tak kalah hebohnya. Berita resepsi pernikahan mereka sampai juga ke telinga Doni. Namun dia tak akan bergerak untuk saat ini. Doni akan membiarkan Athala bersenang-senang dulu. Sampai nanti waktunya tiba.
-
-
Zenata didampingi mamih Aleesya dan bu Risma memasuki ballroom hotel milik keluarga Dewantara. Athala sudah menunggu kehadiran istrinya. Mata Athala berbinar ketika istrinya datang dibalut dengan gaun berwarna rose gold. Keduanya bertemu ditengah.
"Cantik banget nyonya Dewantara!" Ucap Athala dengan sumringah "Mas juga tampan banget!" Jawab Zena lembut.
Acara itu pun di pandu oleh MC terkenal ibu kota, benar benar meriah. Banyak tamu-tamu penting menyalami pengantin baru ini sampai Zena sedikit kelelahan. Karena menurutnya tamu keluarga suaminya sangat banyak sekali bukan hanya saudara dan kerabat dekat tapi para pengusaha juga pej***t hadir disana.
"Duduk dulu sayang, pegel enggak kakinya?" Tanya Athala.
"Iya mas, sedikit sih tapi enggak apa-apa kok." Ucap Zena.
Omah Syla adiknya omah Winda datang bersama keluarganya, mereka menetap di luar negeri. "Masya Allah Athala selamat ya sayang, cantik sekali istri kamu nak!" Ucap omah Syla.
"Alhamdulillah makasih ya omah udah datang." Ucap Athala dengan lembut. Om Nathan dan tante Tara beserta anaknya juga menyalami pengantin ini. Mereka semua berbahagia atas pernikahan Athala dan Zena.
Acara pun berganti dimana Athala dan Zena berdansa di iringi musik nan syahdu dan romantis sebelum memotong kue pernikahan mereka. "Mas jangan lihatin aja, malu!"
"Mas bersyukur Allah udah kasih hadiah terindah di hidup mas, yaitu kamu sayang. Kita akan hidup bersama sampai maut memisahkan, mas ingin sesurga bersamamu Zenata!"
"Aku bersedia mas, mengabdikan hidupku untuk mas Athala!"
-
-
-
Semua penonton bersorak melihat pasangan romantis ini. Erlando juga yang hadir tak mau kalah sepertinya. Dia membisikan sesuatu ke telinga Alana. "Wedding dream kamu mau kayak gimana? Mau yang seperti ini juga?" Tanya Erlando.
"Hmm gimana yah? Punya calon juga belum, nanti aja kalau udah ada calonnya." Jawab Alana santai.
Erlando memeluk perut Alana dari belakang dia menyandarkan dagunya ke pundak Alana "Oh iya? Mau calon yang kayak gimana emangnya?" Tanya Erlando sembari berbisik ke telinga Alana dengan sen***l. Dan cara itu berhasil membuat bulu kuduk Alana merinding.
"Eum mas jangan gini malu! Itu di lihatin papih!" Ucap Alana yang langsung melepaskan pelukannya. Sebenarnya bukan karena papihnya, tapi dia tak bisa mengontrol perasaannya saat ini. Degdegan sungguh jantung Alana. Namun tangan Erlando melakukannya lagi dia tak perduli sepertinya.
"Diam Alana! Jangan banyak gerak kamu kayak cacing kepanasan tahu! Sini ikut aku!" Erlando menarik Alana dari kerumunan dia mengajak Alana ke rooftop. "Ngapain kesini nanti mamih sama papih cariin."
Erlando memegang tangan Alana dan menautkan cincin berlian di jari manis Alana. "Saya serius sama kamu Alana." Ucap Erlando dengan lantang. Alana sontak kaget ini pertama kali dalam hidupnya ada pria matang yang serius melamarnya.
Alana mengatupkan bibirnya ia tak sanggup berkata apa-apa. "Kita baru kenal dan dekat beberapa hari mas, apa ini enggak terlalu cepat? Aku juga belum kenal siapa mas Erlan." jawab Alana dengan ragu.
Erlando membuka jasnya dan dipakaikan ke Alana yang memakai gaun sedikit terbuka di bahunya. "Enggak perlu jawab sekarang, yang jelas kamu udah tahu kalau saya serius sama kamu! Jangan dilepas yah, cantik!"
Tatapan keduanya terpaku, Erlando menarik pinggang Alana dan semakin merapatkan pinggangnya. Tangan Alana reflek memegang dada bidang Erlando. Jarak keduanya sangat dekat bahkan deru nafas Alana sangat hangat di wajah Erlando.
Ketika Erlando ingin mencium bibir Alana, siapa sangka ada pengganggu yang meneriaki mereka!
"EHEM...NON ALANA SHABIRA DEWANTARA!" Teriak Ray dari pintu rooftop sembari memasukan kedua tangannya ke saku celananya. Rupanya sedari tadi Ray melihat Alana dan Erlando.
Alana dan Erlando sama-sama kaget dan menoleh ke sumber suara. "Rr-Ray...eh kok disitu?" Tanya Alana dengan sedikit gelapan. "Non Alana, ditunggu tuan besar, silahkan non." Ucap Ray dengan santai.
"Kita ke bawah." Jawab Erlando sembari menggandeng tangan Alana. Ray mengikuti anak majikannya sampai ke bawah.
-
-
-
Alana dan Erlando kembali ke tempat duduk mereka. Namun yg katanya papih Al memanggil ternyata hanyalah bualan Ray saja. Bagaimana pun Ray juga harus menjaga anak bossnya itu.
"Mas, lihat Alana, makin dekat aja sama pak Erlando." Ucap Zenata sembari menunjuk adik iparnya.
"Ya baguslah, kasihan Alana ngejomblo lama hahaha!"
Selesai acara yang meriah, semua tamu pun pulang satu persatu. Keluarga dan para saudara tidur di hotel. Sesampainya di kamar, Athala langsung menggendong istrinya ke kasur padahal Zena masih pakai gaun. "Ya ampun mas bikin kaget aja, mau apa hmm?"
"Mas lepasin ya bajunya!" Athala menarik istrinya berdiri lagi dan melepas gaun yang menempel pada Zenata. Hanya tersisa pakaian dalam. Dia juga melepaskan hijabnya perlahan karena agak sulit. "Susah banget sih yank, lihat tuh jarumnya banyak." Kesal Athala.
Akhirnya Zenata yang membuka hijabnya dan menghapus makeupnya. Athala dengan setia menunggu istrinya di ujung kasur. "Mas jangan lihat-lihat aku malu. Mas tidur duluan sana!" Ucap Zena sembari melilitkan bathrobe ke badannya.
"Cantik sayang, lepas aja si junior udah kangen!"
CUP
Athala melepaskan bathrobenya dan melemparnya, dia menggendong istrinya ke kasur dan memulai pertempuran panas. Kali ini tak lama, mengingat istrinya sedang hamil muda, Athala pun melakukannya dengan penuh kelembutan.
Keringat membasahi tubuh keduanya "Mas euhh....aku mau pipis mas." Zenata mendesah pelan "Keluarin sayang."
"Ahhh mas....ahhh....geli mas!"
Athala menciumi dan menyesap lembah istrinya dengan sen***l. "Se*y banget sayang ahh...mmmmp."
"Arghh... Sayang....ahhh!" Benih benih cinta itu keluar dari pusaka Athala.
"Aku mau mandi, mas beresin sprei yah!" Zena buru buru ke kamar mandi dan menguncinya supaya Athala tak bisa masuk. Karena kalau sudah di kamar mandi, yang ada bukannya mandi, malah melanjutkan pertempuran yang tadi. Zenata merasa lelah sekali malam ini. Dia ingin cepat tidur.
"Yank cepetan, ini spreinya udah aku ganti. Kenapa di kunci sayang!" Athala menggedor-gedor pintu.
Zena membuka pintu itu dengan cemberut "Habis mas kalau di kamar mandi malah...ihh kan aku ngantuk mas." gerutu Zena, dia langsung ke kasur merebahkan diri.
"Iya sayang maaf ya, si Junior enggak bisa tahan! Aku mandi dulu yah, kamu istirahat duluan."
TRING
Ponsel Athala bunyi ada pesan masuk, Zena yang penasaran membuka pesan itu.
"Hai Athala....sebentar lagi kita akan bertemu. Aku sudah merindukanmu honey!"
DEG