Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Dengan berbagai macam alasan yang di lontarkan Pika, akhirnya Danzel percaya. Pika melambai-lambai ke Chaby dan kakaknya yang mulai meninggalkan area sekolah itu. Setelah mobil itu benar-benar tidak terlihat lagi, ia langsung bernapas lega.
Hufft...
Kenapa susah sekali mendapatkan kepercayaan seorang lelaki tegas seperti kak Danzel. Ia bahkan harus menjelaskan dengan sedetail mungkin.
Pandangannya menatap berkeliling area sekolah yang sudah sepi itu, sebaiknya ia pulang saja.
Saat tiba dirumahnya, ia melihat Decklan dan kedua sahabatnya sedang asyik dengan kesibukan mereka masing-masing diruang tamu.
Gadis itu memutar bola matanya malas dan dengan cueknya melewati mereka menuju kamarnya, tak lupa membanting-banting kakinya di anak tangga.
"Ngapa tuh adek lo?" tanya Andra berpindah-pindah menatap Decklan dan Pika yang hampir menghilang dibalik tangga.
Decklan ikut melirik adiknya sebentar. Ia lalu mengangkat bahu acuh tak acuh dan kembali sibuk dengan buku bacaannya.
"Bar, lo gak ada niat gitu buat minta maaf?" kali Andra menatap Bara.
Bara diam saja namun tampak berpikir. Sejujurnya ia masih merasa tidak enak pada Chaby karena kejadian beberapa waktu lalu.
Pria itu menghentikan kegiatannya dan menoleh ke Andra. Ia tahu maksud pria itu. Bohong kalau ia pura-pura tidak peduli, ia adalah jenis pria yang amat pandai menyimpan rahasia bahkan rasa bersalahnya yang begitu besar ke Chaby tertutupi dengan wajah dinginnya.
Meski begitu ia sadar kalau dirinya salah dan harus minta maaf. Ia sudah kasar waktu itu, karena terlalu terbawa emosi.
Decklan memperhatikan Bara dari sudut matanya. Raut wajahnya datar, tidak terbaca.
"Decklan!"
Suara teriakan mamanya kedengaran dari dapur. Ia dan teman-temannya saling berpandangan. Pria itu lalu bangkit berjalan menuju dapur, ia tahu mamanya pasti mau menyuruhnya kalau sudah manggil begitu.
"Beliin belanjaan mama yang kelupaan yah, mama nggak bisa soalnya lagi masak buat kalian. Nih udah mama catet di kertas semuanya." pinta mamanya menyodorkan kertas kecil berisi daftar belanjaan.
Decklan mengangguk kalem, mengambil kertas kecil dari tangan mamanya dan berbalik keluar dapur.
Ia adalah tipe anak yang taat sama orangtua, ia tidak pernah berani menolak kalau perintah itu langsung dari mama atau papanya.
"Gue ke supermarket bentar." ujarnya ke Bara dan Andra yang masih asyik main. Tangannya menggapai sebuah kunci motor diatas meja lalu berbalik pergi.
***
Hari ini Danzel meeting dengan kliennya di sebuah restoran. Pria itu membawa Chaby. Galen punya urusan lain jadi mau tak mau ia harus membawa adiknya bersamanya. Ia terlalu takut meninggalkan gadis itu sendirian di apartemen.
"Duduk disini, jangan kemana-mana. Kakak nggak bakal lama, ngerti?" ucap Danzel menatap lurus Chaby. Ia mendudukan gadis itu di sebuah meja yang tak jauh dari tempatnya meeting dengan kliennya, maksudnya biar dia bisa jangkau terus keberadaan adiknya itu.
Chaby mengangguk patuh.
Danzel lalu pergi setelah memesankan makanan buat gadis itu.
Tak sampai sepuluh menit, menu yang di pesan Danzel datang. Chaby menatap lama pesanan yang sudah siap makan di atas meja itu. Ia tidak berselera makan di restoran itu.
Sebenarnya sejak tadi pandangannya tidak lepas dari supermarket yang ada didepan restoran itu.
Pasti ada ice cream di supermarket itu. Chaby mulai mengkhayal makan ice cream sambil sesekali menjilati bibirnya. Kesana nggak yah, batinnya mulai beradu.
Pandangannya berpindah ke tempat sang kakak yang tak jauh dari situ, senyum lebar menghiasi wajahnya. Sepertinya keberuntungan memihaknya, kakaknya lagi sibuk ngobrol dengan temannya. Tanpa pikir panjang ia memutuskan keluar.
Dan disinilah gadis itu sekarang
Berdiri tegak di depan supermarket dengan wajah penuh kebahagiaan, seperti baru menang lotre saja.
Dengan langkah cepat ia masuk mencari-cari tempat ice cream. Ia tak sadar sejak tadi sepasang mata sedang mengamati gerak-geriknya dengan raut wajah heran.
Decklan.
Pria itu hendak keluar setelah membayar belanjaan tapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang ia kenal memasuki toko itu.
"Chaby?"
Gumamnya dalam hati.
Ia mengernyit heran, ngapain tuh cewek disini, sendirian lagi. Pria itu cukup tahu kalau gadis manja seperti Chaby dengan segala kekurangannya itu pastinya tidak akan mendapat ijin keluar sendirian.
Ia mengedarkan pandangan ke segala arah namun tidak juga menemukan orang lain bersama gadis itu. Kemana kakaknya? tidak mungkin kakaknya yang tampak sangat protektif padanya itu membiarkan dia sendirian di luar.
Mungkin itu tampak berlebihan bagi orang lain, tapi ingat, di dunia ini masih ada jenis-jenis orang dengan sifat langka seperti Chaby ini.
Fokusnya kembali ke gadis yang sekarang berhenti di tempat ice cream.
Decklan terus mengamatinya dari jauh. Sesekali ia terkekeh pelan karena raut wajah Chaby yang menurutnya lucu seperti anak kecil.
Cukup lama gadis itu berdiri didepan tempat ice cream itu namun belum ada tanda-tanda ia mau beli, hanya melihatnya. Decklan berdecak gemas, ia melangkah mendekati gadis itu.
"Kalo mau beli ambil aja, nggak usah diliatin terus."
Gimana guys?
Semoga kalian suka sama ceritaku yah
Jangan lupa di kasih like dan comment
biar aku lebih semangat nulisnya 🙏
😭😭😭😭😭😭