"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Hari sudah mulai malam, tapi Vivi belum juga pulang. Sampai Reynan selesai makan malam dan kembali ke kamarnya, belum juga ada kabar dari Vivi. Dia menatap layar ponselnya. Ingin dia hubungi Vivi tapi dia urungkan. Begitu berulang kali.
Kemudian Reynan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia teringat Lena di rumah sakit. Sebenarnya dia penasaran, apa yang dilakukan Lena di rumah sakit? Apa Lena sakit?
Kemudian dia menyuruh anak buahnya untuk mengetahui keberadaan Lena. Dia masih butuh satu penjelasan, benarkah Lena meninggalkannya karena dirinya telah cacat. Tanpa memikirkan bagaimana nantinya jika kebenaran itu terungkap, apa dia masih akan terus bersama Vivi.
Setelah selesai berbalas chat dengan anak buahnya, Reynan belum juga berpindah ke ranjangnya. Dia masih menunggu Vivi. Tidak biasanya meeting sampai selarut itu. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Farid. Sampai beberapa kali nada sambung Farid tak juga mengangkatnya.
Reynan berdengus kesal. "Apa Farid ada niat buruk sama Vivi? Karena aku tahu persis Farid sangat perhatian dengan Vivi."
Reynan kembali menghubungi Farid. Akhirnya Farid mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Farid! Kalau pekerjaan sudah selesai cepat kamu antar Vivi pulang atau anak buah aku yang akan menjemput Vivi!" Tanpa menunggu jawaban dari Farid, Reynan memutuskan panggilannya.
...***...
Vivi yang sedang makan malam bersama Farid dan juga Veri yang sedang bersama istrinya, tak terasa mereka mengobrol sampai malam hampir larut.
"Bu Vivi sangat menyenangkan. Beruntung sekali Pak Rey menikah dengan Bu Vivi."
"Iya, Bu. Saya juga sangat beruntung bisa bersama Kak Rey."
"Semoga Pak Rey cepat sembuh agar kalian berdua bisa meeting bersama-sama, pasti akan menjadi pasangan yang sangat kompak dalam mengelola bisnis."
Vivi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian ponsel Farid berbunyi. Dia membaca nama yang tertera di layar ponsel itu, meskipun ada panggilan dari bosnya, dia sengaja membiarkannya. Dia ingin tahu seberapa besar usaha bosnya menghubunginya. Pasti bosnya itu ingin menanyakan perihal Vivi yang belum juga pulang ke rumah.
Setelah panggilan kelima, barulah Farid mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Farid! Kalau pekerjaan sudah selesai cepat kamu antar Vivi pulang atau anak buah aku yang akan menjemput Vivi!"
Benar saja, Reynan membentaknya karena Vivi tak juga pulang. Bahkan belum sempat dia menjawabnya, Reynan sudah mematikan panggilan itu secara sepihak.
"Maaf, Pak Veri, Bu Afi, Pak Rey sudah menanyakan istrinya karena ini sudah malam," kata Farid dengan sopan.
"Iya, tidak apa-apa. Kami mengerti. Maaf ya, jadi kemalaman."
"Tidak apa-apa, Bu." Vivi berdiri lalu bersalaman dengan Afi. "Terima kasih jamuannya. Semoga kita bisa terus bekerjasama."
"Iya, itu pasti. Hati-hati ya di jalan. Titip salam buat Pak Rey."
"Iya." Kemudian Vivi dan Farid keluar dari restoran mewah itu. Farid masih saja menahan tawanya saat membaca pesan dari Reynan yang penuh ancaman padanya.
"Kenapa ketawa, Kak?"
"Ternyata Pak Rey khawatir juga sama kamu. Takut kalau aku kurang ajar sama kamu." Kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil, lalu Farid mulai melajukan mobilnya meninggalkan restoran mewah itu.
"Tapi Kak Rey sama sekali tidak menghubungi aku," kata Vivi sambil melihat layar ponselnya.
"Mungkin Pak Rey gengsi."
Vivi mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tidak tahu."
Farid fokus dengan jalanan malam hari itu sambil sesekali melirik Vivi. "Vivi, maaf bukannya aku mencampuri masalah rumah tangga kamu tapi aku penasaran, apa Pak Rey mencintai kamu?"
Seketika Vivi menatap kosong jalanan yang mereka lalui, lalu dia menggeleng pelan. "Aku hanya pengantin pengganti."
Farid sempat melihat wajah muram itu tapi beberapa detik kemudian sudah terukir senyum manis di wajah cantik itu. "Tapi tidak apa-apa. Aku pasti bisa membuat Kak Rey jatuh cinta, siapa sih yang tidak terpesona dengan kecantikan aku?"
Seketika Farid tertawa cukup keras. Ya, tentu saja, wanita cantik yang penuh semangat itu sudah mencuri sebagian hatinya. Dia menahan sekuat tenaga agar seluruh hatinya tidak tercuri karena sampai kapanpun Vivi tidak mungkin bisa dia miliki.
Beberapa saat kemudian, Farid menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Reynan yang menjulang tinggi itu.
"Kak Farid langsung pulang saja, biar aku masuk sendiri."
"Yakin? Pak Rey tidak akan memarahi kamu kan?"
"Marah pun aku tidak takut." Vivi turun dari mobil Farid lalu menutup pintu mobil itu. Dia kini memasuki rumah mewah itu dan berjalan santai melewati pintu masuk yang terbuka lebar.
"Vivi darimana?" tanya Rani.
Vivi mencium tangan Rani lalu menjawab pertanyaannya. "Dari meeting lalu kita mengobrol karena kebetulan Pak Veri juga mengajak istrinya. Tidak terasa waktu sudah malam saja."
"Kamu memang serba bisa ya. Rey sudah menunggu kamu sedari tadi. Mama bantu berpindah ke ranjang tapi dia tidak mau."
"Nungguin?" Vivi tidak percaya jika Reynan menunggunya. Dia masuk ke dalam kamar dan melihat Reynan yang masih duduk di kursi roda sambil menatap layar ponselnya.
Saat Vivi mendekat, pandangan mereka saling beradu.
"Kenapa sampai jam segini?" tanya Reynan yang menghentikan langkah Vivi.
"Iya, tadi Pak Veri membawa istrinya dan kita mengobrol sampai lupa waktu. Ada salam dari Pak Veri dan istrinya." Kemudian dia membuka lemari dan mencari ganti bajunya. "Lagian kenapa Kak Rey tidak menghubungiku kalau penasaran. Video call kan bisa."
Reynan hanya berdengus kesal lalu dia mendekati ranjang dan berusaha memindah dirinya ke ranjang.
Vivi hanya melirik Reynan yang akhirnya berhasil berpindah ke ranjang. Lalu dia tersenyum smirk, sepertinya ide jahilnya mulai muncul lagi.
Susah payah Reynan menggeser tubuhnya hingga akhirnya dia bisa merebahkan dirinya. Dia hanya menatap Vivi yang berjalan riang ke kamar mandi. Entah apa yang ada dipikiran Vivi saat ini, yang jelas Reynan sama sekali tidak peduli.
Benarkah tidak peduli?
Beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi itu terbuka. Terlihatlah kaki mulus yang melangkah ke arah ranjang.
Reynan membulatkan kedua matanya saat melihat Vivi berjalan santai dengan memakai gaun tidur berwarna merah yang menerawang.
Reynan hanya berdecak lalu dia menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya meski dadanya bergemuruh. Tidak bisa dipungkiri, tubuh Vivi benar-benar menggodanya, tapi dia tetap akan menahannya. Bukan hanya karena dia belum bisa berjalan tapi dia tidak akan melakukannya jika memang dia tidak mencintai Vivi.
Vivi naik ke atas ranjang dan memiringkan tubuhnya sambil menopang kepalanya menatap Reynan. Dia sudah bergaya bak model di video panas.
"Kak Rey, sayang dong istri seksi dianggurin gini. Kedua tangan Kak Rey kan masih bisa bergerak." Vivi mengedipkan matanya menggoda Reynan.
💞💞💞
Like dan komen ya .
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor