Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Yang Nyata
"Ahh pelan pelan pangeran ahh"desah Lala saat pangeran Firr meremas buah dadanya dengan gerakan kencang
"Iya sayang kali ini aku akan pelan²kok"ucap pangeran Firr
"Gimana sekarang sayang,enak?"tanya pangeran Firr seraya meremas buah dadanya Lala dengan sangat lembut
"Enak kok pangeran,ah ahhh terus pangeran enak banget.remas lagi lebih kenceng"racau Lala merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara
Pangeran Firr tersenyum mendengar desahan Lala. Jemarinya bergerak lincah, berpindah dari buah dada Lala ke perutnya, lalu perlahan naik ke leher jenjangnya. Bibirnya mencium lembut leher Lala, meninggalkan jejak basah di kulit putih mulus itu.
"Lala... kau sangat cantik," bisik Pangeran Firr, suaranya berat dan penuh gairah. Ia mencium bibir Lala dengan penuh nafsu, lidahnya menjelajahi rongga mulut Lala dengan lembut, kemudian semakin dalam dan penuh hasrat.
Lala merengkuh leher Pangeran Firr, membalas ciumannya dengan penuh semangat. Tangannya meremas rambut Pangeran Firr, jari-jarinya bertaut erat di rambut hitam legam itu. Desahannya semakin keras, tubuhnya bergetar karena kenikmatan.
"Ahhh... pangeran... lebih keras lagi..." rintih Lala, suaranya hampir tak terdengar di tengah-tengah ciuman mereka yang penuh gairah.
Pangeran Firr semakin bersemangat. Ia mencium leher Lala, lalu turun ke dada penuhnya, mengecup setiap lekuk tubuhnya dengan penuh kasih sayang. Tangannya menjelajahi tubuh Lala, membelai kulitnya dengan lembut, lalu semakin berani dan penuh gairah.
"Aku sangat mencintaimu, Lala," bisik Pangeran Firr di telinga Lala. Ia merasakan tubuh Lala menegang, lalu mengendur. Lala mencapai puncak kenikmatannya.
Lala memeluk Pangeran Firr erat-erat, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa sangat bahagia dan dicintai. Pangeran Firr membelai rambut Lala dengan lembut, menenangkannya. Mereka berdua terhanyut dalam kebahagiaan yang mendalam. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya suara napas mereka yang terdengar. Suasana romantis dan penuh cinta masih terasa di udara.
Hingga kemudian Mak Dira langsung berteriak memanggil Lala.
"Lalaa.....kamu ini tidur atau mati sih,dari tadi di bangunin nggak bangun²"omel Mak Dira saat melihat Lala yang sangat susah di bangunkan
Lala yang terbangun pun sangat terkejut, karena saat ini ia sudah berada dalam kamarnya.bukan di istana pangeran Firr.
Lala tersentak bangun, jantungnya berdebar kencang. Ingatan akan kejadian di istana Pangeran Firr masih terasa begitu nyata, aroma parfum Pangeran Firr masih tercium samar-samar di hidungnya. Ia menoleh ke sekeliling, kamarnya yang sederhana jauh berbeda dari kemewahan istana. Selimut usangnya terasa begitu kontras dengan sutra halus yang tadi membalut tubuhnya.
"Mak Dira...," gumam Lala, suaranya masih serak. Ia mencoba mengingat kembali kejadian tadi, namun semuanya terasa seperti mimpi yang indah namun kabur.
"Iya, Lala. Kamu ini kenapa sih? Dari tadi susah banget dibangunkan. Untungnya sekarang Mak libur kerja kalau nggak, bisa-bisa kamu nggak bangun sampai siang," omel Mak Dira, namun suaranya terdengar sedikit khawatir. Ia menghampiri Lala dan merapikan selimutnya.
"Lala... Lala mimpi, Mak," jawab Lala, masih sedikit linglung. Ia mencoba menjelaskan mimpinya yang begitu nyata, tentang Pangeran Firr, istana yang megah, dan sentuhan lembut sang pangeran. Namun, kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar kacau dan sulit dimengerti.
"Mimpi? Mimpi apa sampai susah banget dibangunkan?" tanya Mak Dira, mengerutkan kening. Ia tahu Lala seringkali bermimpi aneh, namun kali ini terasa berbeda.
Lala menggeleng, kepalanya masih terasa pusing. "Aku... aku nggak tahu, Mak. Rasanya seperti nyata," ujarnya lirih. Ia menatap tangannya, masih merasakan sensasi sentuhan lembut Pangeran Firr. Mimpi itu begitu membekas di hatinya, meninggalkan rasa rindu yang mendalam.
Mak Dira menghela napas. Ia tahu Lala adalah gadis yang pemalu dan pendiam, sulit untuk menceritakan hal-hal yang membuatnya merasa malu atau canggung. "Sudahlah, Nak. Bangun, cuci muka, nanti kita sarapan. Jangan dipikirkan terus mimpinya, ya," kata Mak Dira sambil menepuk pundak Lala dengan lembut. Ia berharap Lala bisa melupakan mimpinya yang aneh itu, dan kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun, di lubuk hatinya, Mak Dira merasa ada sesuatu yang berbeda pada Lala.