Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6.
“Yang sabar ya Ar... ayo masuk dulu... kebetulan daster ku juga ada yang sudah robek ayo ayo.. masuk...”
“Terima kasih Bu.. alhamdulillah....” ucap Ariana yang segera masuk ke dalam rumah Bu Retno..
“Harus sabar Ar, jadi guru kan cita cita kamu sejak kecil. Kamu tidak kerja sampingan memberi les pada anak anak..” ucap Bu Retno sambil duduk di kursi ruang tamu.
“Saya kan guru sejarah Bu, ada yang minta les matematika saya tidak sanggup Bu...” ucap Ariana sambil duduk dan membuka kantong plastik memamerkan barang barang dagangan nya..
“Coba saja memberi les pada anak anak sekolah dasar, les membaca, menulis, matematika atau pelajaran lainnya kalau pelajaran sekolah dasar kan kamu bisa, tidak terlalu sulit buat kamu untuk mempelajari..” ucap Bu Retno sambil memilih milih baju daster.
“Terima kasih saran nya Bu, nanti saya coba..” ucap Ariana sambil tersenyum, dia pun juga pernah ada rencana memberi pelajaran les, tapi kebanyakan minta les matematika untuk anak sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Ariana yang berlatar belakang pendidikan sosial tidak berani dan sadar diri.
“Iya Ar, dicoba dulu anak kelas satu sampai kelas empat.. kamu sebagai guru jangan lupa juga terus belajar menambah kapasitas kamu...” ucap Bu Retno sambil mengambil dua helai baju daster.
“Baik Bu, terima kasih..”
“Ini aku ambil dua daster ya.. berapa harga nya?”
“Satunya tujuh puluh lima ribu saja Bu.. murah ini langsung dari produsen nya Bu.. sprai nya tidak sekalian Bu.. mumpung ada barang bagus harga murah..”
“Daster saja Ar, sprai masih bagus bagus..”
“Bisa disimpan Bu, bisa untuk kado sewaktu waktu butuh ..” ucap Ariana sambil tersenyum..
“Uang nya yang tidak ada Ar.. lain kali saja kalau aku butuh aku ke rumah orang tua kamu. Sebentar aku ambilkan uang dulu..” ucap Bu Retno lalu bangkit berdiri..
“Iya Bu.. terima kasih...” ucap Ariana sambil meringkas barang barang dagangan nya..
“Alhamdulilah rejeki Arumi..” gumam Ariana di dalam hati. Meskipun dia hanya mendapat uang lima ribu per potong barang dagangan, tetapi Ariana ada harapan untuk bisa memakai uang itu dulu untuk tambah tambah membeli obat Arumi.
Waktu pun terus berlalu hingga menjelang magrib Ariana terus berkeliling menjual dagangannya, ada yang membeli ada juga yang tidak membeli.. Ariana di dalam menawarkan dan dijual barang barang dagangan tidak pernah menjual rasa kasihan kondisi anak semata wayang nya. Entah mengapa dia tidak sampai hati.. apalagi dengan mengajak ajak Arumi berkeliling berjualan agar dagangan laku karena pembeli merasa kasihan pada Arumi.
“Sekarang aku pergi ke apotik langsung saja, dari pada bolak balik.. “ gumam Ariana sambil menaruh barang dagangan yang masih sisa di motor nya..
Ariana mengambil hand phone miliknya sebelum menyalakan mesin motor nya. Ariana mengusap usap layar hand phone miliknya.. dan sesaat kemudian..
“Shell.. barang dagangan kamu sudah laku beberapa potong, tapi aku mau pakai uangnya dulu buat beli obat Arumi ya.. besok aku ganti dengan kas bon gaji ku..”
“Boleh Ar, tapi bener ya besok diganti soal nya juga aku pakai untuk kulakan lagi..” suara Shelly di balik hand phone milik Ariana.
“Iya iya Shell.. obat Arumi malam ini habis, uang ku ga cukup Shell, aku memang sudah pinjam koperasi tetapi kemarin harus keluar bayar taxi dan kebutuhan lain lain.. ” ucap Ariana yang terus terang pada Shelly karena Shelly sudah tahu kondisinya.
“Ya sudah cepat beli kasihan anak kamu, tapi tetap besok bayar ya.. “ suara Shelly dan panggilan suara pun berakhir.
Ariana pun melajukan motornya menuju ke apotik dan dia membeli separo resep obat untuk Arumi setelah nya dia cepat cepat pulang ke rumah, sebelum pulang ke rumah Ariana mengisi bensin motor nya dulu agar tragedi terlambat gara gara antrian beli bensin tidak terulang lagi.
Beberapa menit kemudian Ariana sudah sampai di rumah.. kondisi rumah terlihat sepi.. hari sudah gelap tetapi semua lampu masih padam belum dinyalakan.
“Apa Rumi dan Bapak masih di lapangan ya..” gumam Ariana yang melihat rumah sepi dan tidak ada motor Bapak nya.
“Kok lampu belum dinyalakan apa Ibu tertidur, apa masih sembahyang tadi sebelum sembahyang lampu belum di nyalakan dulu..” gumam Ariana sambil melangkah menuju ke pintu rumah..
“Assalamualaikum... Bu....” suara Ariana agak keras..
Akan tetapi di saat Ariana memutar handel pintu dan mendorongnya, pintu masih saja tertutup rapat.
“Dikunci apa Ibu juga ikut ke lapangan ya.. tapi kenapa hari sudah gelap belum juga pulang. Bapak biasa nya hanya membelikan jajan pada Rumi..” gumam Ariana di dalam hati. Pasar malam di lapangan kabupaten jam empat sore sudah banyak orang menjual makanan dan mainan, dan semakin malam semakin banyak yang jualan dan juga ada banyak hiburan untuk masyarakat.
Ariana menyalakan lampu jalan yang sakelar nya ada di luar rumah.. lalu Ariana duduk di kursi teras sebab pintu terkunci dan Ariana tidak membawa kunci rumah..
“Coba aku telepon Bapak atau Ibu.” Gumam Ariana lalu mengambil hand phone dari tas kecilnya. Orang tua Ariana punya satu hand phone yang kadang dibawa oleh Bapak atau Ibu nya.
Ariana mengusap usap layar hand phone miliknya untuk melakukan panggilan video, dia sudah sangat rindu dengan Arumi anaknya, sejak pagi belum lagi berkomunikasi dengan Arumi ...
Akan tetapi sudah berkali kali melakukan panggilan tidak ada juga jawaban..
“Kok tidak diangkat apa begitu ramainya pasar malam hingga tidak mendengar suara dering hand phone.. Arumi biasa nya telinga nya sangat peka.. “ gumam Ariana di dalam hati..
Ariana masih terus mencoba menghubungi orang tua nya, dan tidak lama kemudian terdengar suara motor Bapak nya yang sudah dia hafal.. hati Ariana sangat lega dan buru buru bangkit berdiri dan melangkah untuk menjemput anak dan kedua orang tua nya..
“Rumi.....” ucap Ariana agak keras yang sudah begitu ingin mendengar suara anaknya dan juga ingin menggendong tubuh mungil anak nya..
“Bunda.....” suara imut Arumi juga agak keras dan menoleh ke arah suara Bunda nya..
“Kenapa sampai hari gelap baru pulang, Bunda sangat khawatir..” ucap Ariana sambil mengambil alih tubuh Arumi dari gendongan Sang Ibu..
“Maaf Bunda....” suara imut Arumi..
“Rumi ingin coba naik beberapa permainan Ar..” ucap Kakek sambil memarkir motor nya..
“Iya Bun, aku naik komidi putar sama Nenek, kora kora sama Kakek dan kereta kelinci sama Nenek dan Kakek.. asyikkk Bun, sayang Bunda tidak ikut.. “ suara imut Arumi terdengar sangat bahagia.. Ayahnya tidak pernah mau mengajak Arumi jalan jalan karena malu.
“Bunda senang jika kamu senang Nak...” ucap Ariana sambil mencium pipi Arumi.
“Gimana Ar, sudah dapat obat Arumi?” tanya Nenek sambil melangkah di samping Ariana lalu membuka pintu rumah..
“Sudah Bu, aku beli separo dulu...” ucap Ariana dan terus masuk melangkah menuju ke dalam rumah.
Setelah mereka semua makan malam dan sembahyang bersama.. meski pun Arumi hanya bisa duduk di dekat Bunda nya Arumi sering ikut berdoa bersama Bunda nya.
“Ayo Rumi belajar membaca.. habis itu Bunda masih punya tugas koreksi kerja murid murid Bunda...” ucap Ariana sambil melepas mukena imut yang dikenakan Arumi.
“Iya Bun..” suara imut Arumi dan segera digendong oleh Ariana di bawa ke kamarnya..
Ariana dengan telaten mengajari membaca dan menulis dengan menggunakan ABBA Braille, di samping itu Ariana pun membelikan buku cerita audio buat Arumi. Meskipun Arumi buta dan lumpuh Ariana ingin anak semata wayangnya tetap memiliki pengetahuan yang tidak kalah dengan anak anak normal.
Setelah satu jam Ariana mengajari membaca dan menulis..
“Sayang sekarang Rumi tiduran sambil mendengarkan buku cerita ya... Bunda mau mengerjakan tugas...” ucap Ariana sambil membuka lap top miliknya untuk membuka buku cerita audio.
“Iya Bun.. yang cerita kemarin belum selesai Rumi sudah tertidur hi... hi....hi...” suara Arumi tampak bahagia.. karena Ariana membelikan buku buku audio yang memotivasi Arumi agar Arumi bahagia dan bersemangat hidup meskipun memiliki banyak kekurangan..
“Allah selalu memberi kelebihan buat semua umat ciptaan Nya tidak terkecuali, cicak yang merayap saja bisa memangsa nyamuk atau serangga lain yang punya sayap dan bisa terbang ...” begitu Ariana selalu membesarkan hati Arumi.. dan Ariana juga terus mencari kelebihan dan bakat dari Arumi, meskipun kini Ariana belum bisa memberikan les les khusus buat Arumi karena kesulitan ekonomi nya.