Sebuah Jiwa tersesat dan masuk ke tubuh seorang wanita. Jiwa dari Dunia lampau itu menempati tubuh dari seorang putri keluarga ternama, Quesha Aquena Tesla dari Keluarga Tesla.
Jiwa itu bernama Queen.
Setelah menempati tubuh itu, Queen tidak menyangka jika tubuh yang ditempatinya ternyata telah memiliki anak, bahkan tidak hanya satu melainkan dua.
Kehidupannya yang dia kira akan nyaman dan damai di Dunia barunya ternyata tidak seperti yang diperkirakan. Banyak yang menginginkan kematiannya dan kedua putranya, yaitu musuh dari Kakek angkatnya. Musuh dari Keluarga kandungnya dan Tunangan ayah dari kedua putranya.
Mampukah Queen menghadapi mereka semua demi melindungi kedua putranya, dirinya dan kembali berkumpul dengan keluarga kandungnya?
Ikuti cerita lengkapnya di MY MOM IS MY SUPER HERO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saadahrafael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. (Perintah Gavin)
Setelah sampai di perusahaan ADS Group, Gavin, Tio dan Laura turun dari mobil. Disana ia disambut langsung oleh Aldrich dan Jhon dan beberapa staf lainnya. Sedangkan Queen tidak ada disana, ia sedang melakukan sesuatu yang diperintah bosnya, membuat Gavin maupun Laura tidak melihatnya.
"Selamat datang, Tuan Gavin," sambut Aldrich dengan pelukan.
Gavin mengangguk dan balas memeluk Aldrich. Aldrich melihat ke belakang, dilihatnya seorang wanita cantik tersenyum padanya, "Siapa gadis cantik ini?" tanya Aldrich yang tidak mengetahui Laura adalah Tunangan Gavin.
Laura yang selalu bangga memperkenalkan diri sebagai tunangan Gavin langsung mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. "Nama saya Laura Patrice, Tuan Aldrich," jawab Laura dengan senyum manisnya.
"Laura Patrice, putri dari Tuan Arno Patrice?" Tanyanya memastikan.
"Benar Tuan," jawab Laura membuat Aldrich tertawa. Sungguh sangat kebetulan. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan putri dari rekan kerjanya disini.
"Wah, wah. Jadi anak Arno sudah besar ya... dan sangat cantik," pujinya membuat Laura senang. "Ayo masuk," sambungnya mempersilahkan mereka semua untuk masuk.
Setelah sampai di ruang rapat, Aldrich mempersilahkan mereka semua untuk duduk. Ia tidak akan menunda lagi tentang kerjasama antar dua perusahaan. Dan pembahasan pun dimulai. Tak lupa Aldrich juga menyuguhi minuman dan kopi untuk mereka ketiga.
Saat Aldrich menjelaskan semuanya, Gavin yang berada di dekat Tio berbisik. Setelah semua selesai, ia ingin berbicara berdua. Tio yang mendengar mengangguk mengerti.
Dua jam berlalu, akhirnya pembahasan kerja sama tersebut selesai dan kini kedua belah pihak resmi menjalin hubungan kerjasama antar dua perusahaan. Mereka bertiga pamit undur diri, karena tidak ingin mengganggu waktu Aldrich yang mungkin saja ada keperluan lain.
Laura terus bergelayut manja di lengan Gavin, membuat Gavin benar-benar risih dan kesal. "Apa-apaan sih, lepas!" tepisnya dengan kasar dan pergi berjalan lebih dulu.
Laura yang mendapatkan penolakan cemberut. Namun Laura tidak menyerah, ia berlari mengejar dan kembali bergelayut di lengan Gavin, membuat Gavin benar-benar marah.
"Laura!" bentaknya dengan tatapan tajam.
Laura yang memiliki sifat keras kepala tidak peduli dengan bentakan ini, ia terus menempel membuat kesabaran Gavin benar-benar diuji,
"Apa! Kau mau marah?" tanya Laura menatap wajah Gavin yang susah gelap.
Gavin menghela nafasnya dengan kasar. Tidak ingin ambil pusing, ia masuk kedalam mobil dan menatap keluar jendela, mengabaikan Laura yang juga masuk dan duduk di sampingnya. Ingin sekali ia marah dengan wanita tersebut, namun jika itu ia lakukan dan membuat Laura mengadu kepada Tuan Arno Patrice dan ayahnya, sudah di pastikan dirinya akan mendapatkan amukan dari mereka dan akhirnya hanya bisa meredam emosinya atas tingkah laku Laura padanya.
Laura melihat Gavin dengan senyum kecil. Laura tidak peduli dengan kemarahan Gavin. Tanpa diketahui Gavin, Laura menghubungi seseorang lewat pesan yang dikirim.
"Temui Aku nanti," perintahnya pada seorang anak buah ayahnya yang berada di Markas Negara C.
----------------
Malam hari di kamar Hotel milik Gavin, Tio datang ke kamar Tuannya. Tio penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Tuannya padanya.
"Duduklah," perintahnya saat Tio sudah ada di hadapannya. Tio mengangguk dan duduk saling berhadapan.
"Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Tio ingin segera tahu apa yang membuat Tuannya meminta untuk menemuinya.
"Aku ingin kau mencari tahu tentang seseorang."
Kening Tio langsung berkerut saat mendengar Tuannya memintanya mencari informasi tentang seseorang. Siapa lagi yang di minta Tuannya ini? "Memang siapa yang ingin anda ketahui, Tuan?"
"Dua anak kecil yang tadi pagi Aku lihat?" jawab Gavin membuat Tio tidak mengerti. Anak kecil, siapa? Pikirnya dengan keras.
"Maaf Tuan, jika boleh tahu memang siapa anak kecil itu?" tanyanya benar-benar tidak paham.
"Mana Aku tahu! Jika Aku tahu mana mungkin Aku meminta mu untuk mencari tahu siapa anak itu. Yang pasti anak kecil itu memiliki wajah yang hampir mirip denganku," jawabnya ngotot tidak peduli Tio mengerti atau tidak.
Tio yang mendengar bingung, benar-benar bingung. Mencari anak kecil yang wajahnya mirip dengan Tuannya? Sungguh permintaan yang aneh. Haruskan dirinya memotret wajah Tuannya dan memberi pengumuman di setiap tempat agar mengetahui dan menemukan siapa anak itu? Sepertinya itu ide yang buruk. Tio hanya menghela nafas dengan perintah Tuannya ini.
"Bisa tidak?" tanyanya dengan kesal apalagi saat melihat wajah Tio yang sepertinya sedikit keberatan.
"Akan saya usahakan, Tuan," jawabnya menyetujui. Masalah dirinya bisa menemukan atau tidak itu urusan belakangan.
Tapi tanpa diketahui oleh mereka berdua, Laura yang ingin menemui Gavin mengurungkan niatnya saat mendengar obrolan Gavin yang meminta Tio mencari dua anak yang mirip dengannya. Ia bertanya-tanya kenapa Gavin meminta Tio untuk mencari seorang anak. Mungkinkah...? Tiba-tiba pikirannya mengarah pada wanita 6 tahun lalu. Mungkinkah wanita itu memiliki anak dengan Gavin?
"Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus secepatnya mengetahui apakah wanita itu memiliki anak atau tidak," gumamnya dan pergi. Setelah itu meminta seseorang yang dihubunginya tadi untuk segera datang menemuinya. Ia tidak akan membiarkan Tio mengetahuinya lebih dulu. Jika memang wanita itu memiliki anak, Laura tidak akan membiarkan mereka hidup. Apapun yang terjadi Laura harus membunuhnya.
----------------
Setelah menunggu kedatangan seseorang tersebut, kini pria yang ditunggu sudah berada di kamarnya.
"Selamat malam, Nona," sapa pria tampan yang memiliki wajah bule.
"Duduklah," perintahnya dan di angguki pria tersebut. Pria yang tak lain adalah anak buah ayahnya yang memimpin markas ZAPATA yang berada di Negara C.
Saat ini keduanya berbincang. Laura meminta pria tersebut untuk mencari tahu tentang seorang wanita. Ia memberikan sebuah Foto Queen yang sebelumnya di kirim Leonard padanya. Pria tersebut yang memiliki nama Zaen mengangguk, dan akan mencari tahu informasi tentang wanita tersebut.
Sebelum pergi Laura menyuguhkan minuman kepada bawahannya itu. Ia yang menggunakan pakaian se-xy membuat Zaen menelan ludah dengan kasar. Sungguh tubuh Nonanya ini sangatlah indah. Zaen yang sebagai pria normal tentunya tertarik dan ingin menyentuh, tapi semua itu hanya angannya saja karena tidak mungkin Nonanya tertarik dengannya. Tapi siapa sangka keberuntungan menghampirinya. Laura yang tidak pernah mendapat sentuhan Gavin karena Gavin terus menolaknya akhirnya mencari mangsa untuk memuaskan hasratnya. Laura mendekati Zaen dan duduk dipangkuan bawahannya yang lumayan tampan itu, membelai wajahnya dengan sensual.
"Apa kau mau menemani ku sebentar?" tanyanya membuat Zaen tidak melepas pandangannya dari wajah Nonanya, menatapnya dengan pandangan menginginkan.
Zaen mengangguk dan wajah mereka saling mendekat, bibir pun saling bertaut, menghisap dan melumat, mencari rasa nikmat yang menggairahkan.
linglung aq😅😅😅😅