Menjadi penanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia lakukan, itulah yang harus dilakukan oleh Arumi. Menanggung luka atas goresan yang tak pernah dia ciptakan. Terlebih lagi orang yang menyebabkan lukanya adalah lelaki yang dia cintai. Setiap pembelaan yang dia ucapkan hanya dianggap omong kosong. Kekuasaan membungkam semuanya.
Bintang, polisi tampan yang menangani kasus kematian adik kandungnya sendiri. hingga sebuah fakta dia dapatkan sehingga memaksanya untuk memilih antara cinta dan keluarga.
Pengorbanan, cinta, air mata, dan siksa akan menjadi satu dalam cerita ini. selamat membaca
ig : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
HAPPY READING
Mobil yang dikendarai ali sampai di parkiran kantor polisi. Sepasang suami istri itu turun dari mobil dan berjalan bergandengan tangan. “anak saya ada diruangannya?” tanya ali pada polisi penjaga.
Polisi itu mengangguk sopan. “silahkan langsung ke ruangan saja, pak.” Siapa yang tidak kenal dengan indra ali nagara. Pengusaha sukses dengan berbagai cabang perusahaan diberbagai bidang. Teman-teman bintang sesama abdi negara yang menyayangkan pilihan lelaki itu untuk menjadi polisi, padahal uang menjadi pengusaha lebih banyak dari seorang abdi negara. Tapi memang inilah pilihan bintang. Tidak jadi pengusaha juga tidak akan membuat dia miskin. Toh dia juga ikut andil dalam perusahaan daddynya meskipun tidak intens.
“terimakasih,” jawab ali dan langsung berjalan menuju ruangan bintang bersama sasmita.
“mas,” panggil sasmita dengan perasaan cemas.
“mami gak usah khawatir. Semua akan baik-baik saja. Kita akan menuntut keadilan untuk anak kita disini,” ucap ali menenagkan istrinya yang Nampak sangat khawatir.
Sasmita menghela nafas Lelah dan mengangguk. Berjalan melewati beberapa ruangan, kini ali sampai di depan ruangan bintang. Membuka pintu tanpa mengetuk dan langsung masuk ke ruangan itu.
“om, tante,” sapa angkasa yang kebetulan juga ada disana. Angkasa langsung berdiri dan menyalami sepasang suami istri itu dengan bergantian.
“dimana ayahmu?” tanya ali menanyakan sahabatnya.
“ayah sedang ada urusan diluar tadi. Aku juga kurang tahu, om,” jawab angkasa jujur.
Ali mengangguk. Dia beralih pada bintang yang sudah duduk di sofa Bersama sasmita. “apa bisa kami menemuinya?” tanya ali langsung.
Bintang mengangguk. “sekarang?” tanya bintang.
Sebelum menjawab ali melihat pada sasmita yang juga menatapnya.
Sasmita mengangguk. “lebih cepat lebih baik, nak,” ucap sasmita menjawab pada bintang.
Bintang mengangguk. “kalau begitu ayo,” ajak bintang berdiri.
“kau ikut?” tanya bintang menatap angkasa.
Angkasa menggeleng. “aku masih ada kerjaan. Permisi, om, tante,” ucap angkasa sopan pamit pada ali dan sasmita.
Ali dan sasmita mengangguk. Ali menoleh pada istrinya Ketika mendengar helaan nafas keluar dari mulut sasmita. “kenapa, mi?” tanya ali heran.
“gagal mami dapat mantu ganteng kayak angkasa,” jawab sasmita jujur yang membuat kedua pria berbeda generasi itu memutar bola mata malas. Sasmita adalah orang yang menyayangi angkasa seperti anaknya sendiri. Apalagi perjodohan angkasa dan almarhumah anaknya kintani.
“ayo, mi. nanti kelamaan gak baik,” ucap ali dan langsung menggandeng tangan istrinya. Jika dibiarkan tetap pada hayalannya, maka bisa-bisa mereka mendengar curhatan sasmita yang berisi kata pujian untuk angkasa.
Sasmita mendelik menatap suaminya walaupun tetap menurut.
“bisa aku bertemu penghuni sel?” tanya bintang pada rekan polisinya yang menjaga sel arumi.
Polisi Wanita itu mengangguk. Dia berjalan lebih dulu untuk mengantar bintang dan kedua orang tuanya ke sel arumi yang berada paling ujung sendiri.
“silahkan,” ucap polisi Wanita itu dan meninggalkan mereka bertiga di depan sel arumi. Jika orang lain mungkin belum bisa menemui arumi karena status Wanita itu yang masih belum jelas. Tapi ini bintang dan juga keluarganya. Apalagi bintang memiliki jabatan di kepolisian, segalanya akan mudah. Terdengar tidak adil memang, tapi itulah yang terjadi. Jika kamu kaya dan berpangkat, maka keadilan bisa menjadi budak dalam hidupmu.
Bintang berdehem. Dan itu berhasil mengalihkan konsentrasi arumi yang sejak tadi asik dengan lamunannya menatap dinding sel yang jauh dari kata bersih.
Arumi membalikkan badannya. Matanya langsung menangkap sosok lelaki yang juga menatapnya malas. Lalu pandangan arumi beralih pada sepasang suami istri yang berdiri dibelakang bintang. “aku dan kedua orang tuaku ingin bicara denganmu,” ucap bintang dengan nada dinging.
Arumi bangkit dari duduknya dan berdiri berjalan mendekati bintang, ali dan sasmita. Kini jarak mereka bertiga hanya dibatasi jeruji besi dengan arumi.
“kau yang Bernama arumi tirani?” tanya ali menatap arumi.
Arumi mengangguk. Kakek dan nenek kamu datang, nak. Batin arumi memberitahu anak yang kini masih menjadi janin di dalam perutnya.
Dia menatap ali, sasmita dan bintang bergantian. Pantas saja bintang memiliki wajah yang sempurna, ternyata turunan dari kedua orang tuanya. Dia dan bintang memang sangat berbeda. Bagai langit dan bumi, bagai bulan desember dan januari yang tidak akan pernah menjadi satu. Jika mereka Bersatu, maka akan datang bencana untuk dunia. Arumi semakin paham sekarang kenapa bintang tidak mau melangkah lebih serius mengenai hubungan mereka. Dan apalagi sekarang ibi, kasus ini benar-benar membuat mereka akan berpisah.
Ali menatap arumi penuh selidik. Pantas anaknya itu jatuh hati pada arumi, kecantikan kembang desa ini sungguh tidak usah diragukan lagi. “apa tujuanmu membunuh anakku hingga membuatnya di fitnah karena relah bunuh diri?” tanya ali menatap arumi tajam.
Arumi diam. Kenapa semua orang selalu menanyakan itu padanya. Mereka bertanya seolah-olah memang arumi pelakunya.
“orang tuaku bertanya padamu,” ucap bintang tegas menatap arumi.
Arumi menatap sendu pada bintang. Lagi dan lagi dia sangat lemah dihadapan lelaki itu. “aku hanya tidak tahu harus menjawab apa,” jawab arumi pelan.
Bintang terkekeh pelan. “kau hanya perlu mengakui kesalahanmu. Ah iya, bagi penjahat tentu itu sangat sulit, bukan?” ucap bintang menatap tajam pada arumi.
Arumi tidak takut. Dia membalas tatapan bintang dengan mata sayunya. “aku takut jika nanti kamu lebih jahat, Mas Bintang.”
Sasmita yang sejak tadi diam memperhatikan arumi kini berjalan agar lebih dekat dengan Wanita itu. Sasmita juga tahu bagaimana hubungan bintang dengan arumi. Tapi dia tidak tahu sejauh mana kelakuan mereka dalam menjalin kasih.
“bisa tinggalkan mami dengan dia berdua?” tanya sasmita menatap bintang dan ali.
“mami mohon. Sesame perempuan mami ingin bicara dengannya,” lanjut sasmita lebih dulu sebelum bintang dan ali mengeluarkan protes padanya.
Bintang dan ali saling pandang. Ali mengangguk. “jangan lama-lama,” ucapnya dan mengajak bintang pergi dari sana.
Kini hanya ada sasmita di depan sel arumi. Sasmita mengeluarkan senyumnya. “kau Wanita yang cantik,” ucap sasmita memuji.
“pantas jika anakku sampai jatuh hati padamu,” lanjut sasmita yang membuat arumi menatap sediit terkejut padanya.
“maaf,” ucap arumi menunduk.
“tidak perlu minta maaf. Tidak ada yang bisa mengendalikan hati. Termasuk juga dirimu,” jawab sasmita tulus.
“boleh aku bertanya?” tanya sasmita lembut. Arumi benar-benar seumuran dengan anaknya yang sudah meninggal.
Arumi mengangguk.
“apa benar semua tuduhan yang kamu dapatkan?” tanya sasmita lembut. Entah kenapa, sebagai seorang Wanita dia dapat melihat ketulusan dari mata arumi. Tidak mungkin rasanya Wanita di depannya ini yang memiliki pandangan teduh dan ekspresi yang tulus bisa melakukan pembunuhan.
Maafin mami, kintani. Bukannya mami tidak mau mencari keadian untuk kamu. Tapi hati mami rasanya tidak percaya jika Wanita ini yang membunuh kamu. Jika saja mungkin, hadirlah sesekali dan beri petunjuk, nak. Batin sasmita menatap lekat pada arumi.
“apa anda akan percaya dengan apa yang saya sampaikan?” tanya arumi lebih dulu.
“tidak sepenuhnya. Tapi aku butuh jawabanmu.”
...****************...