Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Melihat Kirana ngerem mendadak dari depan, Azka dan Rizal yang di belakang pun, mengerem secara bersama an. Sosok nenek nenek itu terlihat memakai baju kebaya jadul, rambutnya putih di sanggul, dia tampak menatap rombongan Kirana dengan tatapan tidak suka, melihat itu Kirana langsung turun dari motornya dan menghampiri nenek tua itu, Belum sempat Kirana menyapa,
"Jangan ikut campur!!!, atau kalian akan mati!!"
Ucap nenek itu lantang, seakan-akan sudah mengetahui maksud dan tujuan mereka kesana, aneh, Kirana dan Nisa sudah bertahun-tahun tinggal di kampung itu tapi tidak mengenal nenek ini, siapa beliau ini?? Batin Kirana.
"Pergii!!! Pergi dari sini...!! "pekik nenek tua itu sambil menunjuk ke arah jalan keluar kampung itu
"Assalamu'alaikum nek, maaf nenek siapa ya, sudah lama tinggal di kampung ini?" tanya Kirana sopan.
Nenek itu diam, tak menjawab pertanyaan Kirana, matanya terus melotot dengan tajam ke arah Kirana dan yang lain nya. Merasa tidak beres Kirana seakan sudah paham, seperti nya nenek ini sangat tidak suka dengan kehadiran mereka semua.
"Saya Kirana, saya lahir dan tumbuh di kampung ini, seumur umur saya disini, saya tidak pernah melihat nenek, nenek tidak ada hak mengusir saya, ini tanah kelahiran saya, saya kemari ingin melihat rumah dan sawah peninggalan orang tua saya, permisi! Assalamu'alaikum." Kirana lalu naik ke motor nya, dan memberi kode pada dua teman di belakang untuk segera melanjutkan perjalan mereka, Kirana mengabaikan nenek itu begitu saja, Azka dan Rizal pun segera melaju, mengikuti laju motor Kirana di depan mereka. Mereka mepet ke pinggir mencari jalan, karena nenek itu memang lah berdiri pas di tengah tengah jalan, nenek itu terus melototi mereka, Azka dan Rizal menundukan kepala mereka dengan sopan, tanda mereka menghormati orang tua, sekalipun kehadiran mereka tak diinginkan. Motor mereka berlalu, tapi nenek itu tetap berdiri di sana menatap mereka tanpa henti. Mereka pun kembali melewati beberapa rumah penduduk yang berjarak berjauhan.
Semua tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat berada di rumah, mereka pun tak henti henti nya menatap Kirana dan yang lain nya, tatapan seperti harimau yang melihat mangsa nya, rumah rumah penduduk disana telihat bagus bagus berbeda dengan dahulu, rata rata sudah bangunan permanen, terlihat pula beberapa mobil terparkir di depan rumah mereka, padahal dulu rata rata rumah rumah di sana terbuat dari kayu, Kirana takjub sekaligus heran melihat pemandangan di desa nya itu, terlihat warga warga disana berkembang maju.
Tibalah mereka di persimpangan di dekat surau, surau itu terlihat terbengkalai, semak semak memenuhi halaman nya, warna dinding nya sudah pudar cat nya, tampak sekali tak pernah di gunakan, Kirana dan yang lainnya sudah tak heran lagi, pastilah warga sini tak pernah ibadah di surau ini. Melawati surau dan persawahan warga, tibalah mereka di rumah Kirana dahulu, Kirana membelokan motor nya ke halaman rumah nya, diikuti motor Azka dan Rizal, setelah memarkirkan motor mereka, Kirana dan yang lain nya pun turun dari motor mereka, sejenak mereka memandangi rumah itu, rumput tampak tinggi menjulang, serta tanaman merambat mulai menjalar ke dinding rumah, Kirana memandangi keadaan rumah itu dengan meneteskan air mata, begitu juga Nisa, rumah itu menyimpan banyak kenangan masa kecil nya, masa masa di mana keluarga nya masih lengkaр, ayah ibunya masih ada, saat itu kampung ini masih normal, kampung yang orang orang nya masih ramai, dan penuh keceriaan, lalu Kirana melangkah ke pintu belakang, dia Ingat betul, waktu itu mereka pergi dari pintu belakang,
Krieettt!!!! Suara deritan pintu belakang yang di buka Kirana, bau lembab khas rumah kosong menyambut mereka, Kirana segera membukakan pintu depan yang terpalang waktu itu, Azka dan Rizal menunggu di depan, sementara Nisa mengekor sejak tadi,
Pintu di buka, Azka dan Rizal dipersilahkan untuk masuk,
"Assalamu'alaikum" salam Azka Rizal bersamaan.
"Walaikumsalam" jawab Kirana dan Nisa bersamaan pula,
Untung dikamar ibunya ada tikar yang disimpan, tikar yang hanya mereka keluarkan ketika ada tamu yang datang, mereka membentangkan tikar itu di ruang tamu dan langsung rebahan di atas nya, lelah sekali, sejak tadi malam mereka belum tidur, dan harus berkendara selama hampir tujuh jam perjalanan, debu debu dan sarang laba laba tidak mereka hiraukan lagi, tubuh mereka pegal, terutama di bagian pinggang, hampir remuk rasanya..
Kraouukk...!!! Bunyi perut Azka,
"Laper pak Haji" celetuk Rizal mendengar kan suara dari perut sepupu nya itu
Seketika semua tertawa geli mendengar celotehan Rizal itu...
"Yaudah ayok makan dulu, abis itu baru kita sholat" ucap Kirana yang juga merasa perut nya minta di isi,
Siang itu mereka mengeluarkan nasi bungkus yang di beli di kota pagi tadi, sengaja minta lauk di pisah agar tidak basi, mereka makan dengan lahap, setelah itu lanjut sholat dzuhur berjamaah.
#BAB 27
Selesai mengisi perut, mereka memilih untuk lanjut beristirahat, mereka rebahan di atas tikar yang di gelar di ruang tamu, pintu di biarkan terbuka, agar sirkulasi udara bisa masuk, mereka sudah kadung lelah dan ngantuk, biar lah nanti saja membersihkan rumah ini pikir mereka, mata mereka terlalu berat, terlebih lagi buaian angin sejuk siang itu membawa mereka ke alam mimpi, untung saja ruang tamu itu lumayan luas, sehingga mereka bisa tidur berjarak,
Kirana!!! Suara berat namun bersahaja, memanggil Kirana, Kirana masih enggan untuk membuka mata, rasa kantuk nya tak tertahan kan,
Kirana...! Sosok lelaki tinggi tegap, berpakaian serba putih, memanggil nya, laki laki itu memanggil nya sekali lagi, Sontak Kirana membuka mata, tapi entah dimana dia berada, sosok laki laki itu tepat di depan mata nya.
"Siapa kamu?" Tanya Kirana.
"Aku Azmair, bangun lah, mereka mengintai kalian!! Cepat bangun!!"
Zeeup.. Kirana seperti tersadar, dia tersentak membuka mata, dan langsung duduk. Rizal, Azka, dan Nisa masih terlelap, Kirana Bangkit dari duduk nya, mencerna mimpi ya tadi, dia lalu keluar menuju pintu memeriksa sekeliling, di seberang jalan terlihat beberapa orang mengawasi rumah mereka, mereka berpakaian biasa saja, ketika Kirana melihat orang orang itu, mereka langsung berpaling berjalan seolah olah mereka hanya orang lewat saja, Kirana melihat jam ternyata sudah masuk ashar,
"Az... Azka..!! Bangun udah sore!!" sambil menggoyang kan tubuh Azka. Berkali kali tubuh nya di goyang kan tapi Azka tak bergeming, benar kata Rizal, dia tidur seperti sapi mati,
"Oiii Azka bangun woii!!!!" teriak Kirana di dekat telinga pemuda itu,
"Hah!! Apa apa dimana!!!!" Azka tersentak dan langsung duduk kebingungan, bukan hanya Azka saja yang bangun tapi Nisa dan Rizal juga terkejut mereka membuka mata seperti nyawanya belum terkumpul semua,
Kirana yang melihat pemandangan itu hanya tertawa kecil,
"Bangun bangun udah ashar, sholat ayuk" seru Kirana lagi, Kirana segera ke kamar mandi mau mandi dan ambil wudhu. Meninggalkan mereka yang termenung masih mengumpulkan nyawa. Sampai di kamar mandi, Kirana mencium aroma bunga dan dupa, dari mana asal wewangian ini pikir nya, Kirana mengendus endus dari mana asal aroma itu, dia berpaling ke pintu belakang, mencari cari aroma bunga itu, betapa terkejut nya ketika dia melihat keluar halaman belakang, banyak berbagai jenis kembang bertaburan, mengelilingi rumah mereka, bunga itu terlihat di antara rerumputan dan terus mengarah ke area depan rumah,
Hayo....!! Nisa menepuk pundak kakak nya dari belakang,
"Astagfirullah!!!, kamu Nis ngagetin aja lah,"
"Ngapain kak, gak jadi mandi? Aku duluan ya" kata Nisa sambil berlari kecil kekamar mandi,
"Gak ada gak ada kak dulu oi" susul Kirana kemudian.
Selesai mandi dan wudhu, Kirana dan Nisa pun sudah siap siap memakai mukena, dan menunggu dua orang pemuda itu membersihkan diri, tak lama Rizal tiba lebih dulu disusul Azka di belakang nya, mereka melaksanakan ibadah seperti biasa. selesai sholat....
"Kayak nya tadi ada yang kemari, mengawasi kita" ucap Kirana.
"Hah? Gimana gimana Kirana? "sahut Azka.
"Itu, tadi pas aku bangun, aku liat ada tiga orang di seberang jalan sana, mereka terus ngeliat ke arah rumah ini, dan lalu pergi gitu aja, terus tadi kalian ada nyium bau kembang gak?"
"Ada sih kak, iya ni masih bau kembang dan dupa gitu" Nisa mengendus bau itu.
"Iya iya ada "ucap Rizal juga sambil mengendus endus
"Rumah kita di taburi bunga liat aja sekeliling" jelas Kirana.
Mereka pun beranjak dari tempat duduk masing masing, menuju keluar rumah memastikan.
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥