Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
" Alvino... " Ulang Velora, keringat mulai membanjiri pelipis nya, tangan wanita itu gemetar seiring tatapan penuh ketakutan yang membuat tubuh nya tak bisa bereaksi apapun.
Alvino yang menyadari guratan kekhawatiran dari wajah Velora hanya bisa menghela nafas, "nona tenang lah, saya tidak akan melakukan sesuatu terhadap anda. "
Velora menelan saliva susah payah, meremat jemari nya sendiri sebelum berusaha mengatur nafas untuk berbicara lebih panjang pada asisten sang ayah yang sekarang berdiri di depan nya, "apa ayah juga di sini? "
Suara Velora sangat kecil, tapi tak masalah bagi Alvino yang memiliki pendengaran tajam, "tidak nona, saya tidak bersama tuan Orion. "
Detik berikut nya Velora menghela nafas, terasa sedikit lega meski masih ketakutan jika nanti Alvino akan memberitahu tentang nya pada Orion. Velora tak ingin bertemu dengan Orion karena takut dia akan kembali mengancam untuk melakukan hal yang tak Velora ingin kan terhadap Krittin.
" Alvino boleh aku minta tolong? " Pinta nya dengan penuh harap dan cemas. "Tolong jangan beritahu ayah tentang aku di sini, dan kalau bisa... Anggap saja kita tidak pernah bertemu sebelumnya, ku mohon. "
" Nona... " Belum sempat Alvino mengucap kan sepatah kata, Velora dengan tergesa melangkah pergi melewati nya.
"Ternyata anda hidup dengan baik nona, syukurlah, setidaknya aku tahu kalau kamu baik-baik saja. " Gumam Alvino.
Langkah lebar Alvino terus bergerak mengikuti bayangan tubuh Velora, sampai kaki nya terhenti di ruangan VIP dengan velora yang terduduk di salah satu meja bersama seorang pria yang tak bisa ia lihat wajah nya.
" Siapa dia? " Tanya nya, entah pada siapa. Yang jelas Alvino merasa jika pernah melihat nya, tapi tak dapat mengingat di mana dan kapan lebih tepatnya.
Ingin sekali menghampiri, tetapi pergerakan Alvino di hentikan oleh suara sering telepon milik nya. Menarik benda pipih itu dari dalam saku, lalu menjawab panggilan yang sedang berlangsung. Tuhan seperti nya memiliki tujuan lain dari pertemukan nya dengan Velora, mungkin ia akan lebih sering bertemu lagi dengan wanita itu, makanya sekarang ia di takdir kan pergi lebih dulu untuk menyudahi semua urusan kantor yang tak pernah surut.
" Semoga kita bisa bertemu lagi nona. " Ucap Alvino, masih menatap sosok yang sangat ia rindukan sepanjang waktu ini. Sosok cantik dan lembut yang berhasil mencuri hati nya sejak pertemuan pertama mereka semenjak Alvino melamar sebagai bawahan Orion.
Sementara di dalam ruangan, Aiden terkejut melihat tampilan Velora yang terlihat sedikit pucat dengan peluh membanjiri pelipis. Bahkan saat mengangkat sendok untuk memasukkan sesuap spageti ke dalam mulut, Aiden dapat melihat dengan jelas tangan wanita itu gemetar hingga nyaris menjatuhkan sendok nya.
" Lora kenapa? Apa kau merasa tak enak badan? " Tanya Aiden dengan sorot mata khawatir.
Velora mengunyah makanan nya mentah-mentah, tak dapat menikmati hidangan mahal itu akibat mood makan nya hilang beberapa saat lalu, " Mungkin, aku merasa sedikit pusing sekarang. " Keluh nya, dan itu tak semua nya bohong.
Kepala Velora benar-benar terasa berdenyut nyilu hanya karena pertemuan tak sengaja dengan Alvino, memikirkan apakah pria itu akan mendengar kan permintaan nya atau malah memilih patuh pada majikan yang sesungguhnya.
" Apa sebaiknya kita pergi saja, mungkin ini ada hubungannya dengan luka mu sebelum nya. "
" Tidak Aiden, aku lapar dan mungkin sebentar lagi membaik kalau aku kenyang. "
" Baiklah, kamu yang paling tahu dengan kondisi tubuh mu sendiri, jadi ku harap kau tidak menutupi nya. "
" Hmm, " Velora mengangguk, tak berani menoleh ke mana-mana hanya menatap beberapa menu yang terhidang di meja nya.
Alvino, bisakah aku mempercayai mu?
.
.
*****
Raventhorn Corporation.
" Tuan. "
Orion tersadar dari lamunan nya, wajah pucat kelelahan terpampang jelas dengan lingkaran hitam yang terlihat begitu dalam seiring bola mata yang tampak kemerahan. Meraih gelas di hadapan nya yang berisi Wine lalu meneguk untuk membasahkan kerongkongan sebelum mulai berbicara.
" Bagaimana? Apa ada kendala juga dengan investor yang baru saja kau temui? "
"Tidak tuan. " Jawab Alvino cepat, melangkah lebih dekat dan meletakkan dokumen dalam genggaman nya tepat di depan meja Orion.
" Investor itu tertarik setelah saya melakukan berbagai macam penawaran, nominal yang di janjikan juga lumayan lebih banyak dari biasanya tuan. Jadi kemungkinan kita hanya butuh beberapa lagi untuk memulihkan perusahaan. "
" Bagus, " Orion bersandar " Apa ada hal lain yang kau dapatkan? "
Aku bertemu putri anda tuan, dia berada di restoran yang sama dengan tempat pertemuan ku dengan investor, tapi nona tidak ingin anda mengetahui nya. Jawab Alvino dalam hati.
" Seperti nya tak ada hal lain yang menarik. " Orion menjawab sendiri pertanyaan nya sebab tak kunjung mendapat jawaban dari sang asisten.
" Maaf tuan. "
Tangan Orion menarik sebuah benda kotak berwarna hitam dan memberikan nya pada Alvino, " Lihat semua video yang ada di dalam ini aku tidak percaya orang yang selama ini kita cari dan tidak dapat menemukan jejak nya sampai sekarang, ternyata karena bocah batu itu yang memungut nya."
Alvino mengamati video beberapa detik yang muncul dalam laptop nya setelah memasukkan flashdisk yang Orion berikan, mengalihkan perhatian bahkan sebelum tontonan nya usai, "jadi tuan Krittin yang selama ini menyembunyikan nona Hanian."
" Aku juga tidak habis pikir kenapa mereka sampai bertemu? dan apa yang terjadi dengan bocah batu itu, apa mungkin dia sadar jika itu adik nya sampai mau menampung begitu saja. Itu tidak seperti dirinya, jelas-jelas dia tidak punya hati! Bocah dingin yang angkuh Hah.... Aku jadi ingin membunuhnya!"
" Lalu bagaimana rencana anda selanjutnya tuan? "
Orion bangkit, menumpu kedua tangan nya di atas meja dan menatap Alvino lekat, "selidiki apa yang sebenarnya terjadi, dan... Di mana Krittin selama ini menyembunyikan nya. "
" Baik tuan. "
" Aku akan pulang dan tidur, seperti nya aku butuh penenang supaya tetap hidup. "
" Biar saya mengantar anda tuan. " Alvino langsung mengikut di belakang Orion, melewati beberapa karyawan dan masuk ke lift khusus CEO.
" Alvino. " Orion kembali bersuara setelah mobil yang di naikinya mulai berjalan dan melesat membelah jalan raya.
" Iya tuan. "
" Bagaimana dengan anak itu? Apa kau tetap tak bisa melacak posisi nya di mana? Aku yakin dia tidak akan bisa pergi jauh dari sini! "
" Maaf tuan, apa yang anda maksud adalah nona Velora? "
" Hmm. "
" Untuk itu, orang-orang kita belum mendapat informasi tuan. Saya akan berusaha mengerahkan mereka lebih banyak untuk segera menemukan tempat tinggal nona. "
" Sudahlah, aku juga tidak terlalu peduli, sebaiknya lebih fokus pada permasalahan perusahaan. "
" Baik tuan."
Mobil terparkir rapi di kediaman Fernandez. Alvino keluar lebih dulu untuk membukakan pintu sang majikan, mengikuti ke dalam karena berfikir mungkin kehadiran nya masih di butuhkan di sana. Hingga netranya tak sengaja menatap figura foto yang berukuran besar tergantung di ruang tengah, foto keluarga utuh Fernandez dengan Velora yang saat itu masih berusia lima belas tahun. Tapi meski masih belia, wajah cantik nya tak memiliki perubahan hingga dewasa dan senyum manis itu adalah salah satu hal yang sangat di rindukan Alvino.
" Kau bisa kembali. " Ucap Orion, menapaki anak tangga pertama tanpa membalikkan badan pada Alvino yang langsung menunduk hormat.
" Baik tuan, selamat beristirahat. "
" Oh ya satu lagi! "
Alvino tak jadi melangkah, tetap berdiri di tempat nya menunggu ucapan selanjutnya yang keluar dari mulut Orion, " Iya tuan. "
" Kalau bisa setelah menemukan persembunyian Hanian, langsung bunuh saja dia, aku mencintai ibu nya tapi tidak dengan dengan anak nya. Jadi sebaiknya mengurangi sedikit beban lebih baik, sebelum Krittin menyadari sesuatu. "
Alvino mengangguk meski ia sadar Orion tak dapat melihat gerakan nya, " Baik tuan, "
" Baiklah aku akan tidur sekarang, jangan lupa tutup pintu nya Alvino. Aku tidak ingin ada yang mengganggu tidur ku. "
Suara pintu kamar Orion yang tertutup menjadi akhir dari pembicaraan mereka, sekali lagi Alvino menatap bingkai foto itu. Tersenyum tanpa sadar, lalu menggeleng dan melangkah meninggalkan mansion keluarga Fernandez.