Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Sedih
Renata terdiam dengan tubuh kaku. Ia tidak menyangka Bryan melupakannya begitu saja setelah apa yang mereka lewati bersama. Merasa mendapatkan respon yang tidak enak, Renata akhirnya mematikan ponselnya.
"Ada apa dengannya? Apakah dia sudah tidak waras? Kemarin matanya yang buta dan sekarang otaknya yang konslet. Menyebalkan...!" Renata menghempaskan tubuhnya di kasur demi mengurai sesak di dada.
"Sayang, bunda aja sudah tidak diakui oleh ayahmu, bagaimana dengan kamu nanti kalau kita bakal ketemu suatu hari nanti?" Renata memejamkan matanya sambil menarik nafas panjang.
"Tunggu dulu....! Sepertinya nama itu sangat familiar denganku. Renata... Renata....Renata .....!" Bryan memaksakan dirinya untuk mengingat tentang sosok Renata namun rasanya buntu.
Bryan melanjutkan tidurnya karena masih mengantuk. Ia kembali ke alam mimpinya dan sebuah kenangan berputar di alam bawah sadarnya. Ia bermimpi sedang bercinta dengan Renata. Namun saat ingin membahas tentang mereka, ketukan pintu di luar sana membuat mimpinya buyar.
Bryan meraih ponselnya untuk melihat jam yang sudah menunjukkan pukul lima pagi.
"Astaghfirullah. Aku kesiangan." Bryan buru-buru bangun untuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
Renata mendengarkan penjelasan dokter tentang hal apa saja yang harus ia lakukan saat menjalani masa kehamilan. Ia menekan rasa sedihnya dan berusaha untuk menerima kehadiran bayinya tanpa Bryan.
"Bunda akan menunggumu sampai kamu datang dalam hidup bunda. Tidak enak hidup sendiri di dunia ini sayang. Mungkin Allah ingin menghibur bunda dengan adanya kamu," ucap Renata lalu bangkit dari tempat duduknya setelah dokter menyarankan dirinya untuk tidak stres di masa kehamilannya.
Renata berjalan menuju poli umum di mana dokter Lisa sedang praktek. Ia ingin pamit pulang lebih dulu karena dokter Lisa tugas hingga esok pagi baru pulang.
Saat melintas di tempat umum, ada dua orang pria dan satu wanita yang mengikuti Renata membuat Renata bingung harus lari atau bersikap biasa saja karena ada satpam di lantai itu.
"Sepertinya gadis itu yang aku ketemu kemarin. Ikuti saja dia dan tangkap dia setelah tidak terlihat oleh orang lain," ucap salah satu penjahat itu pada rekannya.
Renata berhenti dekat dengan satpam dan pura-pura menanyakan poli dokter Lisa. Padahal dia sudah tahu letak poli umum di mana dokter Lisa berada.
"Nona bisa menyusuri koridor ini dan dua poli lagi di mana dokter Lisa sedang praktek," ucap satpam itu.
"Terimakasih tuan," ucap Renata sambil melirik dua penjahat yang juga pura-pura berhenti untuk menerima telepon.
Renata melanjutkan langkahnya sambil menghubungi dokter Lisa agar bisa keluar untuk menemuinya. Entah mengapa Renata menjadi sangat penakut pada orang lain sejak dinyatakan hamil.
"Nona tunggu sebentar...!" tegur salah satu penjahat yang hampir menggapai lengan Renata namun dokter Lisa lebih dulu keluar membuat Renata merasa nyaman dan membalikkan badannya melihat ke arah penjahat yang langsung ciut karena ada dokter Lisa.
"Ada apa tuan?" tanya Renata dengan sikap santai.
"Maaf nona. Kami kira nona adalah istri teman kami," ucap penjahat yang sebenarnya kenal dengan dokter Lisa walaupun dokter Lisa tidak mengenali keduanya. Renata hanya mengangguk walaupun ia tahu kalau dia pria itu ingin menangkapnya.
"Sudah mau pulang?" tanya dokter Lisa saat melihat Renata yang membelakangi dirinya.
"Iya. Aku pamit duluan. Terimakasih dokter Lisa," ucap Renata.
"Tunggu. Kamu bisa bareng dengan kekasihku. Dia juga mau ke apartemen ku. Tidak usah kuatir karena kekasihku bukan orang jahat," ucap dokter Lisa.
"Tapi saya....-" ucapan Renata terhenti saat melihat wajah seorang pria yang tidak lain adalah kepala bea cukai yang pernah memfitnahnya.
"Diaaa....?" Renata menelan salivanya dengan susah payah. Rasanya ia ingin pingsan saat ini.
"Maaf dokter Lisa aku bisa pulang sendiri dan....-"
"Itu kekasihku....!" ucap dokter Lisa ingin memperkenalkan Renata dan kekasihnya terlebih dahulu.
Sementara itu Bryan sedang berkutat dengan pekerjaannya. Ia ingin mengambil dokumen perusahaan yang disimpan di brangkas nya. Namun matanya tidak lepas pada sosok wanita yang ada dibingkai foto bersama dengan dirinya tanpa hijab.
"Siapa wanita ini? Bagaimana bisa dia foto denganku semesta ini?" Bryan mengambil ponselnya untuk melihat galeri foto yang mungkin saja menyimpan foto lain bersama dengan wanita yang sama namun sangat asing baginya. Betapa terkejutnya foto itu di tulis dengan nama Renata dan Bryan.
"Renata...? Jadi benar kalau aku punya wanita yang bernama Renata. Apakah aku sudah menikah dengannya? Mungkinkah Berlin mengetahuinya? Sebaiknya aku tanyakan Berlin tentang Renata. Berlin pasti mengetahui identitas Renata." Jantung Bryan berdegup kencang dengan rasa rindu yang meliputi hatinya.
"Renata. Ini adalah bukti tentang aku dan kamu namun sayangnya aku tidak mengingat kamu sama sekali," ucap Bryan merasa menyesal karena memutuskan pembicaraan dirinya dan Renata.
Bryan merapikan lagi foto dan dokumen perusahaan ke dalam berangkas. Ia segera memanggil Berlin untuk menanyakan perihal tentang Renata. Namun ada amplop yang tergeletak di bawah lantai yang ada tulisan namanya.
"Untuk suamiku tercinta Bryan...!" Bryan segera membuka amplop itu untuk membaca isi surat itu untuknya.
"Apa isinya...?" batin Bryan yang buru-buru membaca isi surat itu yang membuat dirinya tercengang.
"Astaghfirullah..! Jadi selama ini aku...-" ucapan Bryan menggantung di udara kala Berlin sudah masuk ke ruangannya.
"Apakah kamu tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk?" omel Bryan menatap tidak suka pada Berlin.
Renata melihat seorang pria yang baru saja datang menemui dokter Lisa dan Renata melihat lagi ke arah pria yang tidak lain adalah Neil.
"Alhamdulillah ya Allah. Aku kira pria bajingan itu adalah kekasihnya dokter Lisa. Syukurlah dia tidak mengenaliku karena pakaian ku," ucap Renata bernafas lega.
"Renata. Kenalkan ini adalah kekasihku Glen. Glen ini adalah teman baruku yang bernama Renata. Saat ini dia sedang hamil muda," ucap dokter Lisa dan Glen mengulurkan tangannya ke arah Renata yang hanya mengatupkan kedua tangannya di dada.
"Salam kenal tuan Glen. Namaku Renata," ucap Renata gugup karena Glen terlihat sangat tampan.
"Aku sudah mendengar tentang anda dari kekasihku Lisa. Semoga kalian berteman baik. Ini aku sekalian beli minuman untukmu," ucap Glen menyodorkan minuman untuk Renata yang menerimanya dengan senang hati.
"Sayang. Tolong antarkan temanku ke apartemen kita ya. Aku tidak tega menyuruhnya pulang sendiri dengan taksi," ucap dokter Lisa dengan manjanya.
"Baiklah sayang. Sampai jumpa lagi besok pagi. Aku akan menjemputmu besok pagi," ucap Glen yang tidak lain adalah mafia yang sedang mencari keberadaan Renata.
Sayangnya Renata sendiri tidak mengetahui kalau Glen sedang mencari keberadaannya. Apakah Glen tidak tahu kalau Renata adalah wanita yang sedang diincarnya?
next Thor
ditunggu selanjutnya...