Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 -Fitnah Paling Kejam
"Euungh."
Zoya melenguh, sulit sekali baginya untuk membuka mata. Kepala terasa berat dan tubuhnya tidak bisa bergerak. Ya, Tuhan apa yang terjadi. Kenapa rasanya sesulit ini? Berulang kali Zoya mencoba namun sungguh tidak bisa.
Matanya perlahan mengerjap, ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Hingga mata lelah Zoya mendadak terbuka lebar kala menyadari jika dia tengah terlelap dalam pelukan pria dengan tato angka romawi di dada bidangnya. Dengan nyawa yang belum terkumpul semua wanita itu sontak menendang tubuh pria itu hingga terjatuh dari tempat tidur.
Gubrak
"Aaaawww, ya Tuhan!! Sakit sekali."
Mimpi? Tapi kenapa jelas sekali, teriakan Zayyan begitu nyata terdengar dan Zoya yakin betul dia tidak berhalusinasi. Dia masih berusaha memahami keadaan dengan wajah bingungnya, sama sekali dia tidak peduli dengan Zayyan yang kini meringkuk menekan bagian bawah perutnya.
"Aarrgghh, Zoya!!" bentak Zayyan hingga wanita itu terperanjat kaget dan bingung hendak berbuat apa.
"Kakak kenapa tidur bersamaku? Pasti cari kesempatan lagi, iya, 'kan?" tanya wanita itu seraya menutup dadanya dengan kedua telapak tangan, panik luar biasa padahal semalaman dia tidur dalam dekapan Zayyan.
Masih dengan rasa sakit yang menjalar dalam dirinya. Pria itu bangkit dengan rambut acak-acakan dan hanya mengenakan celana pendek yang jelas saja menimbulkan fitnah.
"Curi kesempatan bagaimana? Andai saja aku mau sudah kuambil secara terang-terangan, Zoya."
Keringat membasah di keningnya, Zayyan mengerutkan dahi melihat sang adik yang berusaha melindungi diri dengan menarik selimut hingga lehernya.
"Lalu kalau bukan kenapa Kakak tidur bersamaku tanpa baju begitu? Kakak pasti berbuat sesuatu yang tidak-tidak padaku, 'kan?" selidik Zoya menatapnya tajam, apalagi kala dia menyadari pakaiannya sudah diganti, jelas saja Zayyan melihatnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang, pikir Zoya mulai sedikit kotor.
"Maksudmu apa, Zoya?"
"Aku tidak suci lagi? Hm? Jawab, Zayyan!!" bentak Zoya tidak terduga dan hal itu berhasil membuat Zayyan merasa benar-benar gila.
"Tidak suci apanya? Astaga, kita tidur bersama bukan hanya sekali ... dan aku tidak pernah melakukan hal segila itu, Azoya." Zayyan frustasi, jujur saja sekalipun dia ingin pria itu masih berpikir dua kali jika akan membuat hidup Azoya rusak ke depannya.
"Bohong!! Memang bukan sekali, tapi bari kali ini Kakak tidur tidak pakai baju begitu!!" sentaknya menunjuk wajah Zayyan dengan jemari yang bergetar, sengaja dia berdiri lantaran kemarahan sudah menyelimuti diri Azoya.
"Kakak manodaiku, 'kan?"
Dasar adik gila
Fitnahnya kejam sekali, Zayyan berdecak sebal kala jemari Zoya berada tepat di hadapannya. Pria itu menyingkirkan tangan Zoya dan kini mengikis jarak hingga wajah mereka hanya hampir saja bersentuhan.
"Jika aku menginginkannya, tanpa harus dengan cara memaksa aku bisa mendapatkan tubuhmu, Zoya."
Zayyan bicara tidak sebagai seorang kakak lagi. Melainkan sebagai pria yang dituduh menodai seseorang yang telah dia jaga sebaik mungkin tadi malam. Tidak tahu saja dia berapa sulitnya Zayyan semalam, pria itu harus tetap berusaha sadar meski adiknya menggila dan menuntut belaian lantaran mengira dia adalah Mahendra.
"Dasar gilla," gumam Azoya namun dapat terdengar begitu nyata di telinga Zayyan. Jelas saja bisa mendengar, jarak mereka sedekat itu mana mungkin terlewatkan begitu saja.
"Gilla? Coba ingat-ingat lagi, siapa diantara kita yang gilla tadi malam?"
Zoya terdiam, dia berusaha mengingat peristiwa semalam. Perlahan, semakin lama dia tatap wajah Zayyan, potongan teriakan dan amukannya terbayang nyata.
"Ingat?"
Wajah Zoya memerah kala pikirannya mundur delapan jam yang lalu. Wajah datar Zayyan membuatnya kian memanas dan mungkin setelah ini dia tidak punya keberanian untuk menatap wajah kakaknya lagi.
Betapa sulitnya Zayyan membawanya ke apartemen dalam keadaan mabuk berat dan tidak bisa lengah sedikit dia akan menganggap semua benda mati di sekitarnya sebagai Mahendra. Beruntung saja hanya ada mereka berdua hingga Zayyan tidak terlalu malu, tapi tetap saja Azoya yang tiba-tiba muntah dan mengotori pakaian Zayyan hingga bagian dalam sedikit menyiksa.
"Ya Tuhan, Zoya!! Sudah kukatakan jangan coba-coba masih saja!!"
Selama Zoya hidup baru tadi malam Zayyan mengeluh. Adiknya luar biasa penurut dan baru kali ini tidak seperti manusia. Apalagi ketika tiba di apartemen, Zayyan bahkan harus mengingkatnya dengan ikat pinggang agar tidak banyak bergerak lantaran dia yang harus mandi lebih dulu.
"Sudah ingat?" tanya Zayyan kemudian memecah ketenangan Zoya.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken