Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Sangat lelah sekali. Tidak pernah di sangka ternyata pekerjaan rumah tangga sungguh menguras tenaga. Lasya menatap penuh bangga sekitarnya. Dia senang melihat rumah yang kiclong, rapi dan harum.
Ini pekerjaannya dan dia sangat merasa bangga.
" Astaga, aku berhasil. Aku sekarang menjadi seorang istri. Haahh.." Lasya merebahkan tubuhnya ke sofa. Tapi belum juga beberapa menit, dia buru-buru bangkit.
" Badan ku kecut. Kalau aku tiduran di sofa yang ada nanti sofanya kotor dan bau lagi."
Merasa menyayangkan, Lasya mengusap-usap sofa. Mengendusnya, memastikan aroma bau di badannya tidak menempel.
" Sedikit bau."
Bergegas Lasya mengambil pengharum ruangan.
Srotttt....
Semburan pewangi ini dia arahkan ke tempat sofa.
Aroma harum semerbak tercium menyebar ke seluruh ruangan.
" Ini baru bagus."
Senyum di bibir Lasya tertarik panuh. Dia kembali mengedarkan pandangannya, memastikan tidak ada kekurangan di pekerjaannya ini.
" Jam berapa ya sekarang?"
Teringat kalau dia sama sekali belum mengistirahatkan badannya. Bagaimanapun juga dia harus istirahat. Masih ada kegaiatan lagi nanti, yaitu membuatkan makan malam.
Lasya masuk ke dalam kamar. Memutuskan tidur untuk beberapa jam.
Berbeda dengan Lasya. Saat ini Bianka menatap beberapa perhiasan yang dia beli menggunaka card Andrian. Dia terlihat sangat senang. Bahkan dia sempat jingkrak-jingkrang karena kegirangan.
" Ini sangat bagus. Aku sangat beruntung punya Andrian. Yaaa walaupun bukan suamiku, setidaknya aku bisa di bahagiakan."
Tak percayanya.
" Andrian? Andrian mantan mu?"
" Hem..." Bianka manggut-manggut dan melihat nail art di kukunya.
" Kamu bercanda Bi! Tidak mungkin Andrian yang beliin ini buat kamu. Andrian itu hanya pengusaha biasa Bi. Lagian dia masih kerja di kantor papa-nya. Jadi nggak mungkin dia beliin ini buat kamu."
Bianka menghela napas kasar mendengar ucapan sang mama. Dia memegang ke dua bahu mama Tiara hingga mereka saling hadap.
" Andrian itu sekarang sudah sukses ma! Dia sekarang sudah jadi CEO, Dia kaya raya ma. Dia tidak lagi kerja di perusahaan om Hendrik. Asal mama tahu ya, perhiasan semua ini aku tadi beli habis hampir 4 MILIAR MA!"
Bianka menjelaskan dengan mengangkat empat jari tangannya.
Mama Tiara seketika syik syak syok. Dia sampai memegangi dadanya saking kagetnya. Pandanganya dia alihkan menatap perhiasan berkilau ini.
" Kamu bercanda Bi."
" no no no.. aku tidak bercanda ma. Aku serius, semua perhiasan ini habis 4 miliar!"
Mama Tiara langsung tertawa, dia tertawa dengan begitu bahagia dengan memegang kalung.
Dia menggeleng tak percaya, dia hendak mencoba kalungnya, tapi.....
" Jangan ma. Ini aku baru beli. Harus aku yang pakai pertama kali." Bianka mengambil kalungnya dia lalu kembalikan ke kotak perhiasan dan dia simpan.
" Ini milik aku. Kalau mama mau kapan-kapan aku akan mintain ke Andrian. Tapi tunggu waktu yang tepat." Ucap Bianka.
Hati mama Tiara jelas saja berbunga-bunga. Dia mendekati Bianka.
" Kamu serius? Kamu serius mau beliin buat mama juga?"
" Iyaa.. tapi tunggu waktu yang tepat."
" Kapan?" Mama Tiara sudah tidak sabar. Dia memegang bahu Bianka menuntut sebuah jawaban.
" Aku juga belum tahu kapannya. Yang jelas tunggu waktu yang tepat aja dulu. Nggak mungkin kan aku baru minta perhiasan terus minta lagi. Nanti bisa-bisa Andrian mikir aku cewek matre."
" Ya benar, kamu harus main kalem aja dulu. Jangan sampai Andrian ilfil sama kamu."
" Nah makanya, sabar aja dulu."
Mama Tiara manggut-manggut. Dia tetap tenang walaupun dalam hatinya berteriak meminta sekarang.
•
Jam 7 malam. Andrian baru pulang.
Lasya yang mendengar suara mobil, bergegas lari ke arah depan. Dia menyambut Andrian.
" Mas.."
Lasya mengulurkan tangannya, hendak bersalaman dengan Andrian. Tapi Andrian sama sekali tidak menjabat tangan Lasya. Dia malah berlalu begitu saja tanpa menyapa ataupun mencium kening istrinya.
Lasya tidak mempermasalahkan itu. Baginya apapun memang menbutuhkan waktu agar bisa sesuai dengan keinginan.
" Mas aku sudah masak lo. Kamu mau mandi dulu?"
Lasya terus mengekor. Dia ikut menapaki anakan tangga hendak naik ke kamar.
" Mas.." Lasya terus memanggil. Dia bahkan memegangi lengan Andrian.
" Lepas!"
Tanpa ragu, Andrian menyentak tangan Lasya.
Membuat Lasya langsung terdiam dengan raut tidak meyangkanya. Dia hanya terdiam menatap Andrian yang pergi.
Andrian melepaskan seluruh pakaiannya kasar. Masuk ke dalam kamar mandi lalu melakukan aktifitas mandinya.
Lasya yang takut membuat marah lagi. Memilih untuk duduk menunggu di kasur. Dia sebenarnya bertanya-tanya sebenarnya apa salahnya, sehingga tadi Andrian bisa marah.
" Apa dia di kantor ada masalah? Ya mungkin dia ada masalah, aku harus memaklumi ini. Sekarang aku lebih baik berpikir bagaimana cara menghibur dia, aku harus bisa mengalihkan pikirannya agar bebanya berkurang."
Lasya mulai berpikir, memikirkan sebuah cara.
Tak berselang lama suara pintu terdengar. Andrian keluar dengan mengenakan handuk yang hanya melilit di pinggang menawannya.
Lasya meneguk ludah, tubuh basah Andrian menghipnotis Lasya sampai diam membeku.
" Apa yang kamu lihat!"